Daya Sergap Chlor (DSC), juga dikenal sebagai chlorine demand, merupakan selisih antara jumlah klorin yang ditambahkan ke air dengan kadar sisa klor bebas setelah waktu kontak tertentu, biasanya 30-60 menit. DSC mengukur kemampuan zat pencemar dalam air untuk bereaksi dan mengikat klorin melalui proses oksidasi. Pada air tanah, DSC yang tinggi menandakan tingkat pencemaran lebih besar, sehingga memerlukan dosis klorin lebih tinggi untuk desinfeksi efektif.
Korelasi DSC dengan Kualitas Air Tanah
Kualitas air tanah berkorelasi langsung dengan DSC: semakin tinggi cemaran organik atau inorganik, semakin besar DSC karena klorin bereaksi lebih dulu dengan zat-zat tersebut sebelum membunuh mikroorganisme. Korelasi positif terlihat pada peningkatan DSC seiring konsentrasi natural organic matter (NOM), turbidity, dan total suspended solids (TSS), sementara DSC menurun pada pH tinggi atau alkalinitas lebih besar. Pada air tanah Indonesia, DSC rendah (misalnya 0 ppm) menunjukkan air relatif bersih dari organik, sedangkan nilai tinggi seperti 35-142 mg/L efektif menurunkan MPN coliform hingga 54%.
Zat pencemar utama pada air tanah yang meningkatkan DSC meliputi zat organik dari limbah domestik, pertanian, dan industri, serta logam berat.
Zat organik: Termasuk kotoran manusia/hewan, bangkai binatang, pestisida, dan NOM yang bereaksi kuat dengan klorin, menyebabkan DSC tinggi.
- Besi (Fe) dan mangan (Mn): Umum pada air tanah Indonesia, keduanya meningkatkan chlorine demand melalui oksidasi lambat saat terpapar oksigen.
- Amonia (NH3-N) dan nitrogen total (TN): Meningkatkan DSC secara linier, sering dari pupuk atau limbah ternak.
- Logam berat: Seperti arsenik, merkuri, timbal dari limbah industri/tambang, serta klorida dari intrusi air laut.
Faktor lain: Turbidity, TSS, dan suhu tinggi juga berkontribusi pada DSC lebih besar. Zat kimia dominan pada partikel TSS penyebab kekeruhan meliputi senyawa inorganik dan organik yang membentuk koloid atau suspensi.
Silika (SiO₂) dan tanah liat (aluminium silikat): Komponen utama lumpur dan sedimen, menyumbang >50% TSS di air tanah erosi.
- Oksida besi (Fe₂O₃) dan mangan (MnO₂): Teroksidasi membentuk partikel coklat/merah, umum di akuifer Indonesia.
- Karbonat kalsium (CaCO₃) dan magnesium (MgCO₃): Dari endapan kapur, meningkat turbidity saat larut parsial.
- Zat organik (humus, asam fulvat/humat): Protein, polisakarida dari limbah/dekomposisi, bermuatan negatif menstabilkan koloid.
Partikel TSS juga mengandung kontaminan sekunder dari aktivitas manusia.
- Fosfat (PO₄³⁻) dan nitrat (NO₃⁻): Dari pupuk/pencucian, teradsorpsi pada partikel tanah.
- Logam berat (Pb, Cd, As): Terikat pada oksida Fe/Mn atau organik dari limbah industri.
- Sulfat (SO₄²⁻) dan klorida (Cl⁻): Dari intrusi air laut atau polusi, membentuk garam tersuspensi.
Perhatikan tabel berikut merangkum zat kimia utama yang ada pada partikel TSS atau penyebab kekeruhan air :
Zat Kimia
Bentuk Partikel
Sumber Utama Air Tanah
SiO₂, Al-silikat
Tanah liat/lumpur
Erosia, resapan hujan
Fe₂O₃, MnO₂
Oksida merah/coklat
Akuifer alami
CaCO₃, MgCO₃
Endapan kapur
Batuan karst
Humus, fulvat
Koloid organik
Limbah organik
PO₄³⁻, NO₃⁻
Adsorpsi tanah
Pupuk pertanian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar