Jumat, 09 Desember 2016

Buah melon untuk pengusir nyamuk

Melon merupakan buah yang tidak asing bagi sebagian besar masyarakat kita. Melon cocok untuk di makan secara langsung karena berasa segar dan manis. Seperti buah semangka. Ada yang merah, ada yang kuning. Melon juga biasa dibuat es buah atau juss dan aneka panganan buah lainnya.

Dalam perkembangannya ternyata buah melon  tidak hanya untuk dikonsumsi sebagai buah. Aroma Buah melon dapat digunakan untuk pengusir nyamuk,bahkan untuk membunuh jentik nyamuk. Tentu saja berbeda varian /  jenisnya dengan buah melon yang dikonsumsi.  Buah melon ini  bernama  Gamma melon marfume. Gamma melon parfum ini di kembangkan oleh dosen UGM Yogyakarta.

Informasi lebih lanjut bisa di baca  KLIK di link berikut ini. Beberapa  laman berita juga sudah menulis tentang temuan melon ajaib ini, diantaranya :


1. nationalgeographic.co.id
2. https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiin6Hkz-bQAhXIs48KHYQcCKwQFggyMAQ&url=https%3A%2F%2Fwww.edunews.id%2Fedunews%2Fkampus%2Fgama-melon-parfum-obat-anti-nyamuk-ala-ugm%2F&usg=AFQjCNEjMGp9p8G60bo_gCU_rczO0Eym1A&sig2=GXj6u3Jhkzj-UcjY9SPBWQ&bvm=bv.141320020,d.c2I
3. www.satuharapan.com
4. www.koran-jakarta.com
  

Jumat, 21 Oktober 2016

Kliping Berita Kesehatan Lingkungan

Situs  Nawasis (http://www.nawasis.com) merupakan situs yang banyak menampilkan berita (kliping) tentang kesehatan lingkungan. Beberapa yang menarik bagi saya (mungkin juga bagi mahasiswa Kesling) adalah berita  tentang :


Silakan KLIK  berita dimaksud, anda langsung disuguhi kliping berita yang sangat berguna untuk menambah wawasan.

Kamis, 30 Juni 2016

Reduksi sampah plastik melalui pembuatan ECOBRICK

Sampah plastik sudah merupakan problem utama dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan perkotaan. Upaya untuk mengatasinya sudah banyak dilakukan. Terakhir, salah satunya adalah penerapan kantong plastik berbayar di pertokoan modern. Hasil, bisa ditebak. Belum bisa menyelesaikan masalah sampah plastik.

Penyelesaian problem sampah plastik harus terus diupayakan. Harus melibatkan semua unsur. Teorinya, penyelesaian sampah plastik harus dimulai dari kita sendiri. dari rumah tangga. Biasakan melakukan pemilahan sampah di rumah tangga kita masing-masing. Sampah organik dibuat kompos. Sampah plastik bisa dibuat ECOBRICK.

Sampah plastik, utamanya kantong plastik atau kantong kresek, memang tidak memiliki nilai ekonomi yang menarik, sehingga tidak diminati oleh para pemulung.  Dampak negatif yang segera dan  sangat nyata dirasakan, adalah  soal keindahan. Keindahan taman akan segera musnah bila terdapat sampah plastik bertebaran.

Ecobrick bisa menjadi solusi. Semua bisa melakukan. Pembuatan ecobrick sangat mudah. Caranya ? Semua sampah plastik  dimasukkan kedalam botol plastik  bekas kemasan minuman. tak perlu dipilah yang bersih dan yang kotor, semua bisa dimasukkan kedalam botol.  Satu botol kemasan minuman mampu menampung 2,5 kg sampah kantong plastik  yang dimampat-padatkan. Jika dibiarkan terhambur, sampah kantong plastik seberat 2,5 kg  tersebut  akan dapat mengotori lahan/taman seluas lapangan sepak bola.

Botol kemasan minum yang telah terisi sampah kantong plastik yang mampat dan padat, inilah bentuk ecobrik yang siap digunakan untuk keperluan yang beraneka. Botol bisa dirangkai untuk sparator jalan atau untuk dinding pos keamanan, atau yang lainnya. Kreatifitas penggunaan sangat perlu sebagaimana penggunaan brick (batu bata) konvensional. Keawetan ecobrick sama dengan keawetan plastik. 90 tahun baru bisa busuk.

Pembuatan ecobrik dimaksud, nyata-nyata mampu mereduksi volume sampah kantong plastik.  Sangat dianjurkan untuk segera diterapkan di rumah tangga,  di kantor atau di mobil dalam perjalanan atau dimana saja.  Apabila semua melakukan, dipastikan tidak ada lagi kontong plastik yang mengotori taman.
Cobalah..

Minggu, 19 Juni 2016

Lidah Mertua Untuk Reduksi Radiasi Non Ionik

Tanaman lidah mertua  (Sansivera spp)  termasuk tanaman hias yang eksotis. Ada puluhan  bahkan ratusan jenis tanaman ini di Indonesia. Lidah mertua dikenal ampuh untuk mengurangi pencemar udara dalam ruangan.

Fakta terbaru tentang kemampuan tanaman lidah mertua telah ditemukan oleh Retno Printis (2016), seorang mahasiswa Diploma 4 Kesehatan Lingkungan Purwokerto. Ia menemukan bahwa tanaman lidah mertua memiliki kemampuan menyerap radiasi non ionik yang ada dalam ruangan. Radiasi non ionik adalah radiasi yang dipancarkan oleh beragam peralatan listrik dan elektronika. Radiasi ini dikenal pula sebagai radiasi elektomagnetik (EMF).

Informasi lebih rinci dapat dibaca di tautan ini.

Rabu, 15 Juni 2016

Koleksi Materi Kuliah Kesehatan Lingkungan

BUKU KESLING TERBARU (Klik)


PAPLC - A

  1. Sumber air dan karakteristiknya
  2.  Dasar-dasar pengolahan air
  3. Desalinasi air 
  4. Penyulingan air laut
  5. Penjernihan air
  6. Penghilangan Fe dan Mn serta  penambahan Flour
  7. Ekploitasi air tanah
  8. Pengeboran air tanah 
  9. Pendugaan air tanah
PAPLC - B
  1.  Prosedur penanganan limbah cair dan sistem pengumpulan limbah cair
  2. Aplikasi pengolahan limbah cair
  3. Proses Pengolahan limbah cair
  4. Sistem pengolahan air limbah dan lumpur
  5. Pengolahan air limbah secara fisik
  6. Pengolahan limbah secara fisik 2  
  7. Pengolahan limbah secara kimia
  8. Pengolahan limbah secara biologi
  9. Bioremediasi - mengolah air limbah dengan tanaman
  10. Pengoperasian IPAL  dan Pemeliharaan IPAL
PAPLC - C
  1. Karakteristik tinja dan limbah cair
  2. Pengolahan tinja secara biologi dan kimia
  3. Pengolahan air limbah berwawasan lingkungan 
  4. Teknologi pengolahan limbah cair
  5. Unit operasi pengolah limbah cair

OPERASI & PEMELIHARAAN  IPAL-IPAM

      Video IPAL -IPAM
  1. Pengantar O&M IPAL-IPAN
  2. Unit opersi dan unit proses
  3. Kriteria disain dan  model analisis
  4. K3 IPAL
  5. Operasi dan pemeliharaan
  6. OP Sludge drying bed dan biogas
  7. UV-C dan cartride filter
  8. Ammonia stripping
  9. UASB dan anaerobic digester
  PENGAMBILAN SAMPLE
  1. Pengambilan sampel  air  - untuk pemeriksaan mikrobiologis
  2. Pengambilan sampel air - untuk pemeriksaan kimia
  3. Pengambilan sampel air - untuk pemeriksaan fisika
  4. Pengambilan sampel udara - untuk pemeriksaan kimia
  5. Pengambilan sampel udara - untuk pemeriksaan partikulat
  6. Pengambilan sampel udara  - untuk pemeriksaan fisika 
  7. Pengukuran debit air  
  8. Pengukuran debit udara dan air hujan

LABORATORIUM KESLING
  1. Prosedur praktikum laboratorium (semua materi praktik)

INSTRUMENTASI KESLING

  1.  Pedoman praktik
  2. Terminologi instrumentasi
  3. Karakteristik Kinerja Instrumen
  4. Prinsip pengukuran dan Pengendalian
  5. Instrumentasi Penyehatan Air
  6. Instrumentasi Current Technology
  7. Teknik Pengukuran debit air, udara.


PENGENDALIAN VEKTOR DAN TIKUS

  1.  Buku Pengendalian Vektor
  2. Ringkasan teknik pengendalian vektor
  3. Pedoman praktikum pengendalian vektor
  4. Beragam jenis vektor dan hama
  5. Alami tidak selalu aman 
KESLING DARURAT DAN BENCANA
  1. Terminologi
  2. Peraturan per-UU-an
  3. Penyediaan air bersih
  4. Pengelolaan tinja dan air limbah

PROMOSI KESEHATAN

  1. Sejarah promosi kesehatan  
  2. Sejarah kesehatan lingkungan  

LAPORAN RISET
  1. Paramecium spp sebagai indikator pencemaran air
  2. Pengukuran cahaya dengan metode SATCS
  3. Pengukuran DHL dengan metode SATCS
  4. Bioremediasi  untuk limbah kakus
  5. Daya tampung beban pencemaran sungai Pelus
  6. Stabilisasi B3 dengan sampah plastik
  7. Reduksi radiasi EMF dengan orgone generator
  8. Pembuatan asap cair (Budi Tri, 2016)
  9. Local wisdom (Budi Tri, 2015)
  10. Perangkap tikus (Budi Tri, 2014) 
  11. Finger print (Budi Tri, 2013)

Minggu, 12 Juni 2016

Pengolahan (penghilangan) warna limbah tekstil

 Bahan kimia penyebab warna pada limbah tekstil dapat berasal dari berbagai zat warna (pewarna) yang digunakan pada proses produksi tekstil. Beberapa bahan kimia yang umum ditemukan dalam limbah tekstil yang menyebabkan warna antara lain:

  1. Azo dyes: Zat pewarna ini umumnya digunakan pada tekstil untuk memberikan warna merah, oranye, kuning, dan ungu. Senyawa azo dianggap berbahaya karena mengandung senyawa reaktif yang bisa terurai menjadi senyawa aromatik amine yang bersifat karsinogenik.

  2. Indigo: Zat pewarna ini biasanya digunakan pada denim untuk memberikan warna biru. Indigo adalah senyawa organik kompleks yang sulit diurai oleh bakteri dan cukup sulit untuk dihilangkan dari air limbah.

  3. Karotenoid: Senyawa ini digunakan pada pewarnaan tekstil untuk memberikan warna oranye atau merah.

  4. Reactive dyes: Zat pewarna ini digunakan pada tekstil untuk memberikan warna cerah dan tahan lama. Namun, penggunaan reactive dyes juga dapat menghasilkan limbah yang sulit diuraikan dan mencemari lingkungan.

  5. Sulfur dyes: Zat pewarna ini umumnya digunakan pada tekstil dengan warna gelap seperti hijau tua dan coklat. Sulfur dyes termasuk senyawa sulfonat dan sulfur dan sulit diuraikan dalam air limbah.

Bahan kimia tersebut dapat mencemari lingkungan jika tidak diolah dengan benar sebelum dibuang ke saluran pembuangan air limbah. Oleh karena itu, pengolahan limbah tekstil yang tepat perlu dilakukan untuk mengurangi dampaknya pada lingkungan dan kesehatan manusia.


Menghilangkan warna limbah tekstil memang menjadi tantangan yang cukup besar, terutama karena zat pewarna yang digunakan pada tekstil umumnya sulit diurai oleh proses pengolahan air limbah. Namun, ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak warna limbah tekstil pada lingkungan, di antaranya:

  1. Memisahkan limbah berdasarkan warna: Langkah awal dalam mengurangi dampak warna pada limbah tekstil adalah dengan memisahkan limbah berdasarkan warnanya. Hal ini bisa dilakukan dengan cara memilah limbah tekstil berdasarkan warna sebelum dimasukkan ke dalam mesin pencuci atau proses pengolahan lebih lanjut.

  2. Menggunakan bahan pemutih alami: Bahan-bahan seperti lemon atau cuka dapat digunakan sebagai bahan pemutih alami yang efektif dalam menghilangkan noda dan beberapa jenis pewarnaan pada tekstil.

  3. Menggunakan teknologi oksidasi: Teknologi oksidasi menggunakan senyawa oksigen untuk mengoksidasi zat pewarna pada limbah tekstil, sehingga dapat diuraikan menjadi senyawa yang lebih mudah diolah dan tidak berbahaya bagi lingkungan.

  4. Menggunakan proses adsorpsi: Proses adsorpsi melibatkan pemanfaatan bahan adsorben untuk menyerap zat pewarna dari limbah tekstil. Bahan adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif atau tanah liat.

  5. Penggunaan teknologi pengolahan air limbah modern: Metode pengolahan air limbah modern seperti Reverse Osmosis (RO), Ultrafiltration (UF), dan Nanofiltration (NF) dapat digunakan untuk menghilangkan zat pewarna dari air limbah dengan hasil yang efektif.

Perlu diingat bahwa setiap metode pengolahan limbah tekstil memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi terlebih dahulu terhadap kondisi limbah tekstil yang ada serta ketersediaan teknologi dan biaya yang diperlukan sebelum memilih metode pengolahan yang tepat


Ada beberapa bahan kimia yang bisa digunakan untuk menghilangkan warna limbah tekstil, di antaranya adalah:

  1. Sodium hypochlorite (bleach): Bahan ini dapat digunakan sebagai pemutih untuk menghilangkan warna dari limbah tekstil. Namun, penggunaan bleach harus dilakukan dengan hati-hati karena bisa menyebabkan kerusakan pada serat kain dan menjadi polutan berbahaya jika tidak dibuang dengan benar.

  2. Hydrogen peroxide: Bahan kimia ini juga digunakan sebagai pemutih alami dan aman untuk menghilangkan noda dan pewarna pada limbah tekstil.

  3. Sodium hydrosulfite: Bahan ini dapat digunakan sebagai agen reduktor yang dapat mengurangi warna pada serat tekstil.

  4. Sodium carbonate: Bahan ini digunakan sebagai penstabil pH dan juga dapat membantu menghilangkan noda pada limbah tekstil.

  5. Chlorine dioxide: Bahan ini dapat membantu menghilangkan zat pewarna dari limbah tekstil tanpa merusak serat kain.

Namun, penggunaan bahan kimia untuk menghilangkan warna pada limbah tekstil harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan hanya oleh profesional yang terlatih untuk mencegah pencemaran lingkungan dan bahaya bagi kesehatan manusia

Senin, 09 Mei 2016

Pengambilan Sampel Air untuk Pemeriksaan Legionella

Pengelolaan Sampel Air
1. Minimal sekali seminggu dilakukan pemeriksaan pada penampung air, untuk memeriksa apakah ada kerusakan fisik, bau busuk dari zat organik, serta adanya serbuk-serbuk yang mengandung bakteri Legionella.
2. Pengendalian bakteri Legionella dapat dilakukan dengan pemberian desinfektan setiap 6 (enam) bulan sekali dan dilakukan 3 (tiga) bulan setelah pemeriksaan sampel air.
3. Pemeriksaan sampel air dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali untuk mendeteksi bakteri Legionella

1) Pengambilan.

a. Perpipaan diambil di titik akhir distribusi :
(1) Ambil 10 ml air dari kran dengan tabung steril.
(2) Buka kepala kran/shower dan lakukan swab dengan cara memutar pada permukaan bagian dalam ujung pipa.
(3) Masukkan swab ke dalam tabung steril di atas.
(4) Buka kran/shower dan tampung air dalam botol atau jerigen steril sebanyak 1000 ml.
(5) Masukkan air dan swab yang ada pada tabung steril ke dalam botol atau jerigen di atas.
(6) Tambahkan natrium thiosulfat 10 % sebanyak x 1 ml untuk menetralisir khlor dari 1000 ml sampel air.
(7) Sterilkan tutup botol dengan alkohol 70%.
(8) Tutup mulut botol hingga rapat untuk mencegah adanya kontaminasi.
(9) Pasang label nama/kode, nomor, lokasi sumber air, tanggal dan jam pengambilan.

b. Penampungan air.
(1) Ambil air sebanyak 1000 ml dengan cara membenamkan botol/jerigen steril kedalam penampungan air. (mulut botol atau jerigen menghadap kepermukaan air).
(2) Tambahkan natrium thiosulfat sebanyak 100 mg untuk menetralisir khlor dari 1000 ml sampel air.
(3) Sterilkan tutup botol dengan alkohol 70 %.
(4) Tutup mulut botol hingga rapat untuk mencegah adanya kontaminasi.
(5) Pasang label nama/kode, nomor, lokasi sumber air, tanggal dan jam pengambilan.

2) Penyimpanan
Masukkan sampel air ke dalam kotak pendingin (ice box) yang berisi kantong pendingin (ice pack) tutup rapat kotak pendingin.

3) Pengiriman
a. Kirim segera sampel air ke laboratorium
b. Bila pengiriman membutuhkan waktu lebih dari 48 jam, sampel harus dibekukan (disimpan pada suhu – 20 0 C atau dalam tangki nitrogen cair).

Deskripsi tentang Legionella
Legionellosis adalah suatu penyakit infeksi bakteri akut yang bersifat new emerging diseases. Secara keseluruhan baru dikenal 20 spesies dan penyebab Legionellosis adalah Legionella pneumophila.
Pertama kali penyakit Legionella terjadi di Philadelpia Amerika Serikat pada tahun 1976, dengan jumlah kasus 182 dan kematian 29 orang (CFR 15,9 %) serta merupakan wabah pertama yang melanda dunia.
Di Indonesia kasus ini terjadi pada sejumlah tempat antara lain di Bali (1996), di Karawaci Tangerang (1999) dan di sejumlah kota lainnya. Dari hasil survei tahun 2001 pada air menara sistem pendingin di hotel-hotel yang ada di Jakarta dan Denpasar ditemukan hampir 20 % dari petugas pengelola air menara sistem pendingin tersebut, hal ini terlihat dari hasil pemeriksaan laboratorium terhadap darah para petugas pernah terpajan dengan bakteri Legionella.

Bakteri Legionella biasa hidup di air laut, air tawar, sungai, lumpur, danau, mata air panas, genangan air bersih, air menara sistem pendingin di gedung bertingkat, hotel, Spa, pemandian air panas, air tampungan system air panas di rumah-rumah, air mancur buatan yang tidak terawat baik, adanya endapan, lendir, ganggang, jamur, karat, kerak, debu, kotoran atau benda asing lainnya. Bakteri ini juga terdapat pada peralatan rawat di rumah sakit seperti alat bantu pernafasan.
Bakteri Legionella pneumophila termasuk bakteri Gram negatif, berbentuk batang, tidak meragi D glukosa, tidak mereduksi nitrat menjadi nitrit.

Koloni bakteri ini hidup subur menempel pada pipa-pipa karet dan plastik yang berlumut dan tahan terhadap kaporisasi dengan konsentrasi klorin 2-6 mg/l. Bakteri Legionella dapat hidup pada suhu antara 5,7 0 C. sampai 63 0 C dan hidup subur pada suhu 30 0 C-45 0 C.
Penularan bakteri Legionella pada manusia yaitu antara lain melalui aerosol di udara atau karena minum air yang mengandung bakteri Legionella. Penularan dapat pula melalui aspirasi air yang terkontaminasi, inokulasi langsung melalui peralatan terapi pernafasan dan pengompresan luka dengan air yang terkontaminasi. Masa inkubasi penyakit 1 – 10 hari.
Tempat keberadaan bakteri Legionella, sangat erat dengan kehidupan manusia, sehingga kemungkinan dapat terjadi kejadian luar biasa di masyarakat. Keberadaan bakteri Legionella di sarana rumah sakit yang tidak dikelola dengan baik juga dapat menimbulkan infeksi nosokomial. Dengan berkembangnya kasus penyakit Legionellosis di objek-objek wisata akan berdampak negatif terhadap perkembangan pariwisata tersebut.

Untuk mencegah berkembangnya bakteri Legionella, maka minimal seminggu sekali dilakukan pemeriksaan penampungan air terhadap kerusakan fisik, bau dan zat organik, dan adanya serbuk-serbuk yang mengandung bakteri Legionella.

Pengambilan Sampel Mikrobiologi Udara Ruangan Rumah Sakit

Mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1335/Menkes/SK/X/2002 Tanggal : 29 Oktober 2002 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN SAMPEL KUALITAS UDARA RUANGAN DI RUMAH SAKIT, Berikut ini adalah cara  pengambilan sampel gas /  udara  ruangan di Rumah Sakit untuk pemeriksaan mikrobiologi

1.Lokasi pengambilan sampel
  • Ruang operasi
  • Ruang perawatan
  • Ruang isolasi
  • Ruang cuci
  • Dapur

2. Titik pengambilan sampel
Jumlah titik Sampel minimal sebesar 10% dari jumlah masing-masing ruangan.

3. Waktu pengambilan sampel
a. Ruang operasi dilakukan menjelang operasi ( ruangan siap digunakan ).
Ruang perawatan dan isolasi dilakukan setelah dilakukan pembersihan ruangan
Cara pengambilan sampel
a. Nama alat : Mikrobiologi Air Sampler
b. Persiapan, pengoperasian alat dan metode analisis

1). Metode Agar

a). Persiapan
Lakukan uji fungsi alat
Lepas kipas dan pelindungnya lalu bungkus dengan kertas, sterilkan dalam autoclave dengan suhu 121oC selama 15 menit atau dengan sterilisasi kering dengan suhu 70oC selama 1 jam.
- Badan alat didesinfeksi dengan menggunakan alkohol 70% atau desinfektan lainnya.
- Pasang battery pada alat atau adaptor.
- Pasang kembali kipas dan pelindung pada badan alat.
- Atur waktu sesuai dengan lama pengambilan sampel yang direncanakan antara lain : ruang operasi dan ruang isolasi = 4 menit, ruang perawatan = 2 menit
- Pasang alat pada piring penyangga / Tripod.
- Siapkan agar strip (media agar)

b). Cara pengambilan sampel
- Tempatkan alat pada titik Pengambilan sampel
- Lepaskan media agar strip dari kemasannya dan segera pasangkan pada tempatnya (pelindung kipas) dengan posisi permukaan agar strip mengarah ke kipas.
- Hidupkan alat .
- Tekan tombol start pada remote starter (jarak petugas dengan alat minimal 3 meter) tinggalkan ruangan apabila alat sedang beroperasi.
- Alat akan berhenti secara otomatis sesuai dengan pengaturan waktu.
- Petugas segera masuk dan matikan alat .
- Lepaskan media agar strip dari tempatnya dan masukkan kembali pada kemasannya, tutup rapat dan disegel.
- Beri keterangan atau label seperlunya antara lain : waktu pengambilan, lokasi/tempat, lama pengambilan sampel dan nama petugas.
- Amankan agar strip tersebut dengan cara sbb :
* Lapisi agar strip dengan aluminium foil
* Simpan pada cool box (kotak pendingin) dengan suhu 4 – 100C

c). Metode analisis
Persiapan
- Masukan agar strip pada incubator dengan suhu 30-35oC dan selama 24 jam (bila 24 jam tidak ada pertumbuhan kuman, pembiakan 24 jam lagi).
- Setelah waktu pembiakan kuman selesai, jumlah koloni kuman yang tumbuh dihitung dengan menggunakan Colony Counter.

(2) Cara menghitung angka koloni kuman pada media agar :
- Hidupkan Colony Counter
- Tempatkan media agar dengan posisi terbalik pada display dan hidupkan lampu
- Pasang kabel detector pada coloni counter.
- Hidupkan kalkulator
- Hitung koloni kuman yang tumbuh dengan cara menekan ujung detektor pada agar strip.
- Jumlah koloni kuman yang terbentuk pada agar strip dapat dibaca pada kalkulator.

Menghitung jumlah koloni kuman, gunakan rumus :
                koloni kuman pada agar strip
KK/ m3 = ----------------------------------    X 1000 liter
                    40 lt X waktu (menit)
Keterangan :
KK = Jumlah Koloni kuman yang terbentuk
40 ltr = kemampuan alat untuk menghisap udara selama 1 menit adalah sebanyak 40 liter.


2). Metode Tuang (Pour Plate).
a). Persiapan
- Periksa battery melalui indikator flowrate (tingkat akhir) 2,0 Lpm (liter/menit) apabila indikator kisaran naik turun 0,2 Lpm perlu diganti battery
- Isi impinger dengan larutan fisiologis NaCl 0,9% sebanyak 10 ml.
- Tutup tabung impinger dengan rapat jangan sampai terdapat gelembung.
- Sterilisasi tabung impinger yang sudah berisi reagen penyerap dengan sterilisasi basah pada suhu 1210C,selama 15 menit
- Tempatkan impinger pada badan alat.

b). Pelaksanaan
- Impinger yang telah berisi larutan fisiologis NaCl 0,9% dihubungkan dengan flow meter
- Hidupkan alat dan atur flow meter 1-2 lpm.
- Baca dan catat flowmeter pada skala indicator.
- Lakukan pengambilan sampel selama 15 – 30 menit, sesuai dengan kondisi kebersihan ruang.
- Matikan alat dan lepaskan impinger dari badan alat.
- Masukkan sampel dalam cool box dan dikirim ke laboratorium.

c) Metode analisis
- Siapkan 5 petridish steril.
- tuangkan sampel ke dalam 4 petridis steril masing-masing 1 ml
- pada petridis ke 5 digunakan sebagai kontrol (tanpa sampel).
- pada ke 5 petridis masing-masing tuangkan media agar (Plate Count Agar) sebanyak 10 - 15 ml dalam suhu 46 – 50oC.
- goyangkan ke 5 petridis secara perlahan agar bercampur merata.
- Diamkan petridish yang berisi sampel sampai membeku. Kemudian masukan kedalam inkubator pada suhu 35oC selama + 24 - 48 jam dengan posisi petridis terbalik.
- Koloni yang tumbuh dihitung pada Coloni Counter.

Perhitungan :
R (koloni/ml) = (a-e) + (b-e) + (c-e ) + (d-e)
                      -----------------------------------------
                                 4

          R x V x 1000/M3
JK = -----------------------------
             Q x t

Keterangan :
JK = Jumlah Kuman
R = Jumlah koloni rata-rata
V = larutan fisiologis (ml)
Q = Debit aliran udara (L/menit)
t = Lamanya waktu pengambilan sampel (menit)
a-d = Jumlah kuman di petridis a,b,c dan d
e = Jumlah kuman pada petridis e (kontrol)

Pengambilan Sampel Gas / udara Ruang di Rumah Sakit

Mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1335/Menkes/SK/X/2002 Tanggal : 29 Oktober 2002 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN SAMPEL KUALITAS UDARA RUANGAN DI RUMAH SAKIT, Berikut ini adalah cara  pengambilan sampel gas /  udara  ruangan di Rumah Sakit

Parameter gas-gas polutan yang dipantau/diukur : H2S, NH3, CO, SO2, HC, Ozon, Ether dan NO2. Dalam buku ini terbatas pada gas-gas H2S, NH3, SO2 dan NO2, sedangkan untuk gas-gas CO, Ozon, HC dan Ether tidak dibahas karena metode yang digunakan adalah sistem kering dan dapat dilakukan pembacaan langsung.

1. Lokasi pengambilan sampel
  • Ruang perawatan pasien
  • Ruang laboratorium
  • Instalasi Gizi/ dapur
  • UGD
  • Laundry
  • Ruang farmasi

2. Titik pengambilan sampel
Jumlah titik sampel minimal 10 % dari jumlah masing-masing ruangan
Waktu pengambilan sampel
Pengambilan sampel gas polutan dilakukan pada siang hari.

Cara pengambilan sampel
Nama alat :
Impinger Gas Sampler (untuk pengambilan sampel gas : H2S, NH3, SO2, Ozone, NO2)
Plastic Bag (untuk pengambilan sampel gas : HC, CO, Ether)

Persiapan :
1). Impinger Gas Sampler
Lakukan uji fungsi alat dengan menggunakan aquades sebagai pengganti absorbans.
Siapkan dan set alat pada lokasi pengambilan sampel
2). Plastik Bag
Siapkan plastik bag
Cek dari kemungkinan adanya kebocoran

Cara pengoperasian :
1) Impinger Gas Sampler
Letak alat
Letakan alat pada titik pengambilan sampel yang sudah ditentukan
Merangkai alat :
5 tabung impinger yang telah diisi larutan absorbans (+ 10 ml) masing-masing dihubungkan dengan tabung impinger yang berisi silikagel menggunakan slang penghubung dari plastik.
Masing-masing tabung diatur pada alat air gas sampler (Vacum pump)
5 tabung yang berisikan larutan absorbans masing-masing dihubungkan dengan pompa vacum pada inlet dengan menggunakan slang penghubung dari plastik.

Cara pengambilan sampel :
kabel power dihubungkan dengan listrik, kemudian pompa vacum dihidupkan dengan mengatur panel ke posisi ON.
Masing-masing skala flow meter diatur debitnya dan dalam posisi low atau high sesuai dengan aliran udara yang dikehendaki.
Jika pengambilan sampel telah selesai, matikan alat dengan merubah panel vacum ke posisi OFF.
Masing-masing tabung impinger yang berisi larutan absorbans dilepas kemudian larutan absorbans dipindahkan ke dalam botol sampel warna gelap/coklat dan diberi tanda, kemudian disimpan dalam box pendingin tempat sampel.
Selanjutnya pengujian sampel gas dapat diperiksa di laboratorium.

Lama pengukuran
NH3, SO2, dan NO2 dilakukan selama 1 jam
H2S dilakukan pada siang hari selama 30 menit.

2) Plastic Bag
a) Sampel :
Udara dihisap sejumlah volume tertentu dengan bantuan pompa vacum, udara yang telah terhisap dimasukan ke dalam plastic bag.
Tutup mulut plastik bag dengan rapat
Analisa di laboratorium.
b) Lama pengukuran :
Pengukuran dilakukan secara sesaat

Pengukuran Pencahayaan di Rumah Sakit

Mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1335/Menkes/SK/X/2002 Tanggal : 29 Oktober 2002 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN SAMPEL KUALITAS UDARA RUANGAN DI RUMAH SAKIT, Berikut ini adalah cara  pengukuran  pencahayaan udara  ruangan di Rumah Sakit

1. Lokasi pengukuran
  • Ruang perawatan pasien
  • Ruang operasi.
  • Ruang anestesi dan ruang pemulihan
  • Ruang endoscopy dan laboratorium
  • Ruang X-Ray
  • Koridor
  • Tangga
  • Kantor/Lobi
  • Ruang alat/Gudang
  • Ruang farmasi
  • Dapur
  • Ruang cuci
  • Toilet
  • Ruang isolasi khusus penyakit tetanus
2. Titik pengukuran
Jumlah titik pengukuran minimal 10% dari jumlah masing
masing ruangan

3. Waktu pengukuran
a. Waktu pengukuran dilakukan pada siang hari, kecuali untuk koridor dilakukan pada malam hari.
b. Pada ruang perawatan, pengukuran dilakukan baik pada saat pasien sedang tidur maupun tidak tidur.

4. Cara pengukuran
a. Nama alat : Lightmeter
b. Persiapan alat :
Siapkan alat dan bacalah petunjuk penggunaan alat
sebelum alat dioperasikan.
c. Pengoperasian alat :
1)Letak alat
Ruang perawatan pasien :
Letakan alat diatas tempat tidur yang terjauh dari sumber cahaya (lampu).
Ruang operasi : letakan alat diatas meja operasi.
Ruang lainnya : letakan alat dimana terdapat kegiatan.
2) Lama pengukuran :
Pengukuran dilakukan sampai menunjukkan angka yang stabil

5. Cara pembacaan :
Pembacaan alat dilakukan secara langsung. Bila satuan alat dalam Foot Candel, maka perlu dikonversi pada lux dimana 1 Lux = 10 FC.

Pengukuran Kelembaban Udara di Ruangan Rumah Sakit

Mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1335/Menkes/SK/X/2002 Tanggal : 29 Oktober 2002 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN SAMPEL KUALITAS UDARA RUANGAN DI RUMAH SAKIT, Berikut ini adalah cara  pengukuran  kelembaban  udara  ruangan di Rumah Sakit

1. Lokasi pengukuran
Ruang operasi
Ruang bersalin
Ruang pemulihan/perawatan pasien
Ruang observasi
Ruang perawatan bayi
Ruang perawatan prematur
Ruang ICU

2. Titik pengukuran
Jumlah titik pengukuran minimal 10% dari jumlah masing-masing ruangan

3. Waktu pengukuran
Waktu pengukuran dilakukan pada siang hari .

4. Cara pengukuran.
a. Nama alat : Hygrometer
b. Persiapan alat :
Siapkan alat dan bacalah petunjuk penggunaan alat sebelum alat dioperasikan.
c. Pengoperasian alat :
1) Letak alat :
Letakan alat pada dinding ruang atau dapat menggunakan tripod.
Lama pengukuran :
Pengukuran dilakukan sampai menunjukkan angka yang stabil

5. Cara pembacaan :
Pembacaan hasil pengukuran dilakukan secara langsung

Pengukuran Temperatur Udara di Rumah Sakit

Mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1335/Menkes/SK/X/2002 Tanggal : 29 Oktober 2002 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN SAMPEL KUALITAS UDARA RUANGAN DI RUMAH SAKIT, Berikut ini adalah cara  pengukuran  temperatur  udara  ruangan di Rumah Sakit

1. Lokasi pengukuran
  • Ruang operasi
  • Ruang bersalin
  • Ruang pemulihan/perawatan pasien
  • Ruang observasi
  • Ruang perawatan bayi
  • Ruang perawatan prematur
  • Ruang ICU
2. Titik pengukuran
    Jumlah titik pengukuran minimal 10% dari jumlah masing-masing ruangan.

3. Waktu pengukuran
    Waktu pengukuran dilakukan pada siang hari, khusus ruang operasi dan ICU harus diperiksa pada saat sebelum dipergunakan.

4. Cara pengukuran.
a. Nama alat : Thermometer
b. Persiapan alat :
  • Siapkan alat, lakukan kalibrasi dan uji fungsi
  • Baca petunjuk penggunaan alat sebelum alat dioperasikan.
c. Pengoperasian alat :
  • Letak alat :
  • Letakkan alat pada dinding ruang atau dapat menggunakan tripot.
  • Hindarkan alat dari panas sinar matahari langsung.
  • Lama pengukuran: pengukuran dilakukan sampai menunjukkan angka yang stabil
5. Cara pembacaan
Pembacaan hasil pengukuran dilakukan secara langsung

Penurunan Kadar Fosfat dalam Air Limbah




·         PHOSPHAT biasanya hadir bersamaan dengan  nitrate dan karbon organic. Sering dihubungkan dengan  tumbuh melimpahnya  tanaman air.
·         Dalam air “bersih”  kadar P (total)  = 10 – 30 ug/l, kadang2 lebih tinggi. Kadar 100 ug/lt biasanya sudah menimbulkan ganguan serius di perariran (danau)

·         Teknologi untuk menghilangkan kadar phosphate yang tinggi  al. :
-          Fisika ( filtrasi partikel phosphate; membrane filter)
-          Kimia (presipitasi/pengendapan;  adsorbs fisiko-kimia)
-          Biologi (asimilasi;  Enhanced Biological Phosporus Removal =EBPR). 

·         Efisiensi removal pengolahan biologis  Phosphat dalam beragam bentuk:
-          Phosphat organic à 20-50% (pengolahan primer) dan 40-80% (pengolahan sekunder)
-          ORTHOPhosphate à 0-40% (pengolahan primer) dan 0-40% (pengolahan sekunder)
-          Condense Phosphat à 0- 20% (pengolahan primer) dan 40-80% (pengolahan sekunder)
-          Phosphate total à 5- 20% (pengolahan primer) dan 10-30% (pengolahan sekunder)

·         Pengolahan phosphate secara kimia  diantaranya  pakai kapur CaOH, tawas, Feri chloride
-          5Ca2+  +  4OH-  +  3 HPO4 2-  ---> Ca5 (PO4)3 (OH) + 3 H2O     (pakai kapur)
-          Al2 (SO4)2 + 2 PO4 3-   ---> 2 AlPO4  + 3 SO4 2-    (pakai tawas)
-          FeCl3 +  PO4 3-    --->  FePO4  + 3 Cl -      (pakai feri chloride)