Kamis, 30 Juni 2016

Reduksi sampah plastik melalui pembuatan ECOBRICK

Sampah plastik sudah merupakan problem utama dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan perkotaan. Upaya untuk mengatasinya sudah banyak dilakukan. Terakhir, salah satunya adalah penerapan kantong plastik berbayar di pertokoan modern. Hasil, bisa ditebak. Belum bisa menyelesaikan masalah sampah plastik.

Penyelesaian problem sampah plastik harus terus diupayakan. Harus melibatkan semua unsur. Teorinya, penyelesaian sampah plastik harus dimulai dari kita sendiri. dari rumah tangga. Biasakan melakukan pemilahan sampah di rumah tangga kita masing-masing. Sampah organik dibuat kompos. Sampah plastik bisa dibuat ECOBRICK.

Sampah plastik, utamanya kantong plastik atau kantong kresek, memang tidak memiliki nilai ekonomi yang menarik, sehingga tidak diminati oleh para pemulung.  Dampak negatif yang segera dan  sangat nyata dirasakan, adalah  soal keindahan. Keindahan taman akan segera musnah bila terdapat sampah plastik bertebaran.

Ecobrick bisa menjadi solusi. Semua bisa melakukan. Pembuatan ecobrick sangat mudah. Caranya ? Semua sampah plastik  dimasukkan kedalam botol plastik  bekas kemasan minuman. tak perlu dipilah yang bersih dan yang kotor, semua bisa dimasukkan kedalam botol.  Satu botol kemasan minuman mampu menampung 2,5 kg sampah kantong plastik  yang dimampat-padatkan. Jika dibiarkan terhambur, sampah kantong plastik seberat 2,5 kg  tersebut  akan dapat mengotori lahan/taman seluas lapangan sepak bola.

Botol kemasan minum yang telah terisi sampah kantong plastik yang mampat dan padat, inilah bentuk ecobrik yang siap digunakan untuk keperluan yang beraneka. Botol bisa dirangkai untuk sparator jalan atau untuk dinding pos keamanan, atau yang lainnya. Kreatifitas penggunaan sangat perlu sebagaimana penggunaan brick (batu bata) konvensional. Keawetan ecobrick sama dengan keawetan plastik. 90 tahun baru bisa busuk.

Pembuatan ecobrik dimaksud, nyata-nyata mampu mereduksi volume sampah kantong plastik.  Sangat dianjurkan untuk segera diterapkan di rumah tangga,  di kantor atau di mobil dalam perjalanan atau dimana saja.  Apabila semua melakukan, dipastikan tidak ada lagi kontong plastik yang mengotori taman.
Cobalah..

Minggu, 19 Juni 2016

Lidah Mertua Untuk Reduksi Radiasi Non Ionik

Tanaman lidah mertua  (Sansivera spp)  termasuk tanaman hias yang eksotis. Ada puluhan  bahkan ratusan jenis tanaman ini di Indonesia. Lidah mertua dikenal ampuh untuk mengurangi pencemar udara dalam ruangan.

Fakta terbaru tentang kemampuan tanaman lidah mertua telah ditemukan oleh Retno Printis (2016), seorang mahasiswa Diploma 4 Kesehatan Lingkungan Purwokerto. Ia menemukan bahwa tanaman lidah mertua memiliki kemampuan menyerap radiasi non ionik yang ada dalam ruangan. Radiasi non ionik adalah radiasi yang dipancarkan oleh beragam peralatan listrik dan elektronika. Radiasi ini dikenal pula sebagai radiasi elektomagnetik (EMF).

Informasi lebih rinci dapat dibaca di tautan ini.

Rabu, 15 Juni 2016

Koleksi Materi Kuliah Kesehatan Lingkungan

BUKU KESLING TERBARU (Klik)


PAPLC - A

  1. Sumber air dan karakteristiknya
  2.  Dasar-dasar pengolahan air
  3. Desalinasi air 
  4. Penyulingan air laut
  5. Penjernihan air
  6. Penghilangan Fe dan Mn serta  penambahan Flour
  7. Ekploitasi air tanah
  8. Pengeboran air tanah 
  9. Pendugaan air tanah
PAPLC - B
  1.  Prosedur penanganan limbah cair dan sistem pengumpulan limbah cair
  2. Aplikasi pengolahan limbah cair
  3. Proses Pengolahan limbah cair
  4. Sistem pengolahan air limbah dan lumpur
  5. Pengolahan air limbah secara fisik
  6. Pengolahan limbah secara fisik 2  
  7. Pengolahan limbah secara kimia
  8. Pengolahan limbah secara biologi
  9. Bioremediasi - mengolah air limbah dengan tanaman
  10. Pengoperasian IPAL  dan Pemeliharaan IPAL
PAPLC - C
  1. Karakteristik tinja dan limbah cair
  2. Pengolahan tinja secara biologi dan kimia
  3. Pengolahan air limbah berwawasan lingkungan 
  4. Teknologi pengolahan limbah cair
  5. Unit operasi pengolah limbah cair

OPERASI & PEMELIHARAAN  IPAL-IPAM

      Video IPAL -IPAM
  1. Pengantar O&M IPAL-IPAN
  2. Unit opersi dan unit proses
  3. Kriteria disain dan  model analisis
  4. K3 IPAL
  5. Operasi dan pemeliharaan
  6. OP Sludge drying bed dan biogas
  7. UV-C dan cartride filter
  8. Ammonia stripping
  9. UASB dan anaerobic digester
  PENGAMBILAN SAMPLE
  1. Pengambilan sampel  air  - untuk pemeriksaan mikrobiologis
  2. Pengambilan sampel air - untuk pemeriksaan kimia
  3. Pengambilan sampel air - untuk pemeriksaan fisika
  4. Pengambilan sampel udara - untuk pemeriksaan kimia
  5. Pengambilan sampel udara - untuk pemeriksaan partikulat
  6. Pengambilan sampel udara  - untuk pemeriksaan fisika 
  7. Pengukuran debit air  
  8. Pengukuran debit udara dan air hujan

LABORATORIUM KESLING
  1. Prosedur praktikum laboratorium (semua materi praktik)

INSTRUMENTASI KESLING

  1.  Pedoman praktik
  2. Terminologi instrumentasi
  3. Karakteristik Kinerja Instrumen
  4. Prinsip pengukuran dan Pengendalian
  5. Instrumentasi Penyehatan Air
  6. Instrumentasi Current Technology
  7. Teknik Pengukuran debit air, udara.


PENGENDALIAN VEKTOR DAN TIKUS

  1.  Buku Pengendalian Vektor
  2. Ringkasan teknik pengendalian vektor
  3. Pedoman praktikum pengendalian vektor
  4. Beragam jenis vektor dan hama
  5. Alami tidak selalu aman 
KESLING DARURAT DAN BENCANA
  1. Terminologi
  2. Peraturan per-UU-an
  3. Penyediaan air bersih
  4. Pengelolaan tinja dan air limbah

PROMOSI KESEHATAN

  1. Sejarah promosi kesehatan  
  2. Sejarah kesehatan lingkungan  

LAPORAN RISET
  1. Paramecium spp sebagai indikator pencemaran air
  2. Pengukuran cahaya dengan metode SATCS
  3. Pengukuran DHL dengan metode SATCS
  4. Bioremediasi  untuk limbah kakus
  5. Daya tampung beban pencemaran sungai Pelus
  6. Stabilisasi B3 dengan sampah plastik
  7. Reduksi radiasi EMF dengan orgone generator
  8. Pembuatan asap cair (Budi Tri, 2016)
  9. Local wisdom (Budi Tri, 2015)
  10. Perangkap tikus (Budi Tri, 2014) 
  11. Finger print (Budi Tri, 2013)

Minggu, 12 Juni 2016

Pengolahan (penghilangan) warna limbah tekstil

 Bahan kimia penyebab warna pada limbah tekstil dapat berasal dari berbagai zat warna (pewarna) yang digunakan pada proses produksi tekstil. Beberapa bahan kimia yang umum ditemukan dalam limbah tekstil yang menyebabkan warna antara lain:

  1. Azo dyes: Zat pewarna ini umumnya digunakan pada tekstil untuk memberikan warna merah, oranye, kuning, dan ungu. Senyawa azo dianggap berbahaya karena mengandung senyawa reaktif yang bisa terurai menjadi senyawa aromatik amine yang bersifat karsinogenik.

  2. Indigo: Zat pewarna ini biasanya digunakan pada denim untuk memberikan warna biru. Indigo adalah senyawa organik kompleks yang sulit diurai oleh bakteri dan cukup sulit untuk dihilangkan dari air limbah.

  3. Karotenoid: Senyawa ini digunakan pada pewarnaan tekstil untuk memberikan warna oranye atau merah.

  4. Reactive dyes: Zat pewarna ini digunakan pada tekstil untuk memberikan warna cerah dan tahan lama. Namun, penggunaan reactive dyes juga dapat menghasilkan limbah yang sulit diuraikan dan mencemari lingkungan.

  5. Sulfur dyes: Zat pewarna ini umumnya digunakan pada tekstil dengan warna gelap seperti hijau tua dan coklat. Sulfur dyes termasuk senyawa sulfonat dan sulfur dan sulit diuraikan dalam air limbah.

Bahan kimia tersebut dapat mencemari lingkungan jika tidak diolah dengan benar sebelum dibuang ke saluran pembuangan air limbah. Oleh karena itu, pengolahan limbah tekstil yang tepat perlu dilakukan untuk mengurangi dampaknya pada lingkungan dan kesehatan manusia.


Menghilangkan warna limbah tekstil memang menjadi tantangan yang cukup besar, terutama karena zat pewarna yang digunakan pada tekstil umumnya sulit diurai oleh proses pengolahan air limbah. Namun, ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak warna limbah tekstil pada lingkungan, di antaranya:

  1. Memisahkan limbah berdasarkan warna: Langkah awal dalam mengurangi dampak warna pada limbah tekstil adalah dengan memisahkan limbah berdasarkan warnanya. Hal ini bisa dilakukan dengan cara memilah limbah tekstil berdasarkan warna sebelum dimasukkan ke dalam mesin pencuci atau proses pengolahan lebih lanjut.

  2. Menggunakan bahan pemutih alami: Bahan-bahan seperti lemon atau cuka dapat digunakan sebagai bahan pemutih alami yang efektif dalam menghilangkan noda dan beberapa jenis pewarnaan pada tekstil.

  3. Menggunakan teknologi oksidasi: Teknologi oksidasi menggunakan senyawa oksigen untuk mengoksidasi zat pewarna pada limbah tekstil, sehingga dapat diuraikan menjadi senyawa yang lebih mudah diolah dan tidak berbahaya bagi lingkungan.

  4. Menggunakan proses adsorpsi: Proses adsorpsi melibatkan pemanfaatan bahan adsorben untuk menyerap zat pewarna dari limbah tekstil. Bahan adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif atau tanah liat.

  5. Penggunaan teknologi pengolahan air limbah modern: Metode pengolahan air limbah modern seperti Reverse Osmosis (RO), Ultrafiltration (UF), dan Nanofiltration (NF) dapat digunakan untuk menghilangkan zat pewarna dari air limbah dengan hasil yang efektif.

Perlu diingat bahwa setiap metode pengolahan limbah tekstil memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi terlebih dahulu terhadap kondisi limbah tekstil yang ada serta ketersediaan teknologi dan biaya yang diperlukan sebelum memilih metode pengolahan yang tepat


Ada beberapa bahan kimia yang bisa digunakan untuk menghilangkan warna limbah tekstil, di antaranya adalah:

  1. Sodium hypochlorite (bleach): Bahan ini dapat digunakan sebagai pemutih untuk menghilangkan warna dari limbah tekstil. Namun, penggunaan bleach harus dilakukan dengan hati-hati karena bisa menyebabkan kerusakan pada serat kain dan menjadi polutan berbahaya jika tidak dibuang dengan benar.

  2. Hydrogen peroxide: Bahan kimia ini juga digunakan sebagai pemutih alami dan aman untuk menghilangkan noda dan pewarna pada limbah tekstil.

  3. Sodium hydrosulfite: Bahan ini dapat digunakan sebagai agen reduktor yang dapat mengurangi warna pada serat tekstil.

  4. Sodium carbonate: Bahan ini digunakan sebagai penstabil pH dan juga dapat membantu menghilangkan noda pada limbah tekstil.

  5. Chlorine dioxide: Bahan ini dapat membantu menghilangkan zat pewarna dari limbah tekstil tanpa merusak serat kain.

Namun, penggunaan bahan kimia untuk menghilangkan warna pada limbah tekstil harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan hanya oleh profesional yang terlatih untuk mencegah pencemaran lingkungan dan bahaya bagi kesehatan manusia