Mikrobiolog Kesehatan

Mikrobiolog Kesehatan

Pengantar.
Mikrobiolog kesehatan berkecimpung tidak terbatas pada bidang mikrobiologi saja, akan tetapi seringkali bekerja  (dengan Tim) dalam bidang parasitologi. Informsi dibawah ini lebih tepat disebut sebagai "SaTe".  Sate (Salin dan Tempel =  Copy - Paste) dari beberapa blog, buku, dll, yang berasal dari antara lain  http://dewirha93.blogspot.co.id http://www.biologi.lipi.go.id/index.php/laboratorium-mikrobiologi/mikrobiologi-kesehatan;    http://parasitfkundip.blogspot.co.id/ 
http://mediblock.blogspot.co.id/2012/10/rangkuman-parasitologi-kedokteran-1.html.  Pembaca dianjurkan untuk dapat langsung KLIK pada link diatas.

Parasitologi Kesehatan
Parasitologi kesehatan atau kedokteran  adalah ilmu yang mempelajari jasad-jasad yang hidup untuk sementara atau tetap, di dalam atau pada permukaan jasad lain, dengan maksud untuk mengambil sebagian atau seluruh makanan jasad lain itu

Parasitologi kedokteran meliputi :  Protozoologi , Helmintologi, Entomologi.  Parasitologi kedokteran mencakup aspek a).  Biologis parasit  (Identitas, Biokemis, Fisiologis, Daur hidup, Hubungan parasit-inang) dan b). Medis parasitisme  (Nama penyakit, Simtomatologi (gejala), Patogenesis, Patofisiologis, Imunologi, Diagnosis, Terapi, Epidemiologi (penyebaran penyakit), Pemberantasan/Pencegahan).  Baca lebih lanjut ......

Mikrobiologi Kesehatan
  
1.Latar Belakang
Dalam sejarah kehidupan, mikroorganisme telah banyak sekali memberikan peran sebagai bukti keberadaannya. Begitu banyak dan dominannya peranan mikroorganisme dalam kehidupan ini menjadi salah satu unsur dalam cakupan mikrobiologi. Dengan semakin majunya teknologi mikroskop, semakin mendukung perkembangan mikrobiologi, sehingga pembahasan tentang ilmu ini semakin luas dan mendalam. Bahkan mikrobiologi telah dibagi menjadi beberapa cabang, seperti mikrobiologi pertanian, mikrobiologi kesehatan, mikrobiologi lingkungan dan lain-lain.
Pembagian ini bertujuan untuk mengakomodir  perkembangan mikrobiologi yang pesat dan besarnya peranan serta mungkin dampak dari mikroorganime di dalam kehidupan. Mikrobiologi dalam kehidupan telah diterapkan di banyak sekali sektor kehidupan, yang paling mashur adalah di bidang pangan; pembuatan tempe, bir, tape, keju dan lain-lain, Dalam bidang kesehatan penggunaan mikroorganisme dapat mengetahui lebih dalam tentang penyakit infeksi, penyebarannya serta cara pengobatannya dengan berbagai cara seperti pemberian antibiotika.

2.1. Mikrobiologi Kesehatan
2.1.1. Postulat Koch
Pada tahun 1880, Koch memanfaatkan kemajuan metoda laboratorium dan menentukan kriteria yang diperlukan untuk membuktikan bahwa mikroba spesifik merupakan penyebab penyakit tertentu. Kriteria ini dikenal dengan postulat Koch
yaitu:
1. Mikroorganisma tertentu selalu ditemukan berasosiasi dengan penyakit yang ditimbulkan.
2. Mikroorganisma dapat diisolasi dan ditumbuhkan sebagai biakan murni di laboratorium.
3. Biakan murni tersebut bila diinjeksikan pada binatang yang sesuai dapat menimbulkan penyakit.
4. Mikroorganisma tersebut dapat diisolasi kembali dari hewan yang telah terinfeksi tersebut.
Adanya kriteria tersebut menjadi jalan ditemukannya berbagai bakteri penyebab berbagai penyakit dalam waktu yang cukup singkat (kurang dari 30 tahun). Penemuan virus, adanya bakteri yang dapat menimbulkan berbagai penyakit serta adanya penyakit tertentu yang ditimbulkan oleh lebih dari 1 mikroorganisma memerlukan modifikasi dari postulat Koch.
Pada tahun 1892 Dimitri Ivanovski menunjukkan bahwa agen yang menyebabkan penyakit mosaik pada tembakau dapat ditularkan melalui ekstrak tanaman yang sakit. Ekstrak terebut disaring dengan filter yang ditemukan oleh kawan-kawan Pasteur dimana filter tersebut diketahui dapat menyaring bakteri. Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa agen tersebut mempunyai ukuran yang jauh lebih kecil dari bakteri. Yellow fever merupakan penyakit pertama pada manusia yang diketahui disebabkan oleh virus.
Pada tahun 1900 seorang ahli bedah bernama Walter reed (1851-1902) dengan menggunakan manusia sebagai volunteer membuktikan bahwa virus tersebut dibawa oleh nyamuk tertentu lainnya membawa protozoa penyebab malaria. Salah satu cara penting untuk mencegah penyakit tersebut adalah mengurus air yang tergenang yang digunakan nyamuk untuk tempat berkembang biak.
2.1.2 Mekanisme Penetrasi Bakteri Patogen
Suatu patogen pertama kali harus mencapai jaringan inang dan memperbanyak diri sebelum melakukan kerusakan. Dalam banyak kasus, hal yang dibutuhkan pertama kali adalah mikroorganisme harus menembus kulit, membran mukosa, atau epitel intestin, permukaan yang secara normal bertindak sebagai barrier mikroorganisme. Melintasi kulit masuk ke lapisan subkutan hampir selalu terjadi melalui luka, jarang dilakukan patogen menembus melewati kulit yang utuh.
Permukaan mukosa ditutupi oleh selapis tipis mukus, yang tersusun dari beberapa senyawa karbohidrat. Lapisan ini merupakan barrier pertama yang dilalui oleh patogen ketika memasuki inang beberapa organisme memiliki kemampuan untuk menguraikan mukus dengan menggunakan enzim yang dikeluarkannya. Faktor lain yang membantu penembusan lapisan mukosa adalah motilitas atau pergerakan. Sebagai contoh motilitas dalam kolonisasi Vibrio cholerae. Motilitas meningkatkan serbuan salmonella dan penembusan sel epitel, meskipun tidak sangat diperlukan. Walaupun demikian, patogen lain yang menembus permukaan mukosa dan berinteraksi secara baik dengan sel epitel mukosa adalah nonmotil (tidak bergerak). Beberapa contoh termasuk spesies Shigella dan Yersiniae. Sel M suatu sel epitel khusus, memiliki sedikit mukus pada permukaannya, sebaliknya sel epitel bentuk silinder dilapisi mukus yang lebih tebal. Sebagian besar mikroorganisme menembus lewat sel M karena tidak terdapat barrier mukus pada sel M. Beberapa toxin bakteri yang menyebabkan diare juga menyebabkan hilangnya mukus. Hilangnya mukus memudahkan jalan masuk ke sel epitel mukosa, meskipun mikroorganisme penghasil toxin tersebut ingin menghindari pencucian selama proses ini.
Sebagian besar infeksi mikroorganisme dimulai dengan menembus membran mukosa pada saluran pernafasan, urin, atau saluran reproduksi. Hal ini membuktikan bahwa bakteri atau virus mampu memulai infeksi dengan kemampuan melekat secara spesifik kepada sel epitel. Bukti untuk spesifinitas ada beberapa tipe. Pertama merupakan spesifisitas jaringan. Suatu mikroorganisme penyebab infeksi tidak melekat pada semua sel epitel secara bersama-sama, tapi memperlihatkan selektifitas dengan melekat pada daerah tubuh tertentu dimana secara normal dia dapat masuk. Sebagai contoh, Neisseria gonorrhoae, agen penyebab penyakit menular secara seksual melekat lebih kuat terhadap epitel urogenital dibanding ke jaringan lain. Kedua, spesifisitas inang, suatu strain bakteri yang secara normal menginfeksi manusia akan lebih kuat melekat kepada sel epitel manusia yang cocok dibanding dengan sel yang sama pada hewan atau sebaliknya.
Perlekatan terhadap permukaan mukosa memainkan suatu peranan yang besar dalam kolonisasi mukosa untuk hampir semua patogen mukosa. Mekanisme yang sebenarnya digunakan untuk perlekatan sering melibatkan pengikatan pada permukaan bakteri seperti pili(fimbria) terhadap reseptor permukaan sel inang. Banyak penelitian yang sudah dilakukan terhadap daerah ini, termasuk karakterisasi gen yang dilibatkan pada sintesis pili dan identifikasi reseptor inang. Sebagai alternatif, bakteri dapat membuat adhesin non-fimbria sebagai perantara perlekatan. Sebagai contoh adalah adhesin non-fimbria dari bakteri E.coli dan hemaglutinin bentuk filamen dari bordetella pertussis.
Jenis perlekatan lainnya adalah perlekatan terhadap reseptor permukaan mukosa, beberapa adhesin bakteri memerantarai kontak bakteri dengan bakteri lain, terbentuk dalam susunan mikrokoloni yang berikatan secara bersentuhan. Beberapa patogen yang diperantarai tipe tersebut termasuk enteropatogen bakteri E.coli dan V. Cholerae. Peranan perlekatan antara bakteri dalam kolonisasi mukosa tetap menentukan, meskipun hal ini bersifat spekulasi dengan alasan sekali suatu patogen berhasil berikatan terhadap permukaan inang, mereka dapat menyebar. Proses ini menguntungkan karena dapat  menolong sel-sel lain yang berikatan. Dengan kata lain, bakteri berpisah pada permukaan inang, mereka dapat tetap tinggal dan saling berikatan dengan sesamanya lebih cepat daripada langsung kepada permukaan sel inang, yang membatasi daerah ini. Perlekatan antara bakteri ini dianggap bahwa bakteri mengekspresikan reseptor khusus yang menyerupai sel inang atau adhesin tersebut dapat mengenali reseptor yang berbeda pada bakteri dan sel inang. Dengan kata lain, bakteri mengekspresikan tipe adhesin yang berbeda untuk kontak antar spesies(bakteri sel inang) dan dalam suatu spesies (bakteri-bakteri).
BAKTERI
Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan penyakit adalah,
  1. Staphylococcus
Staphylococcus merupakan bagian mikroflora indigenus dan berpindah  ke berbagai bagian tubuh tanpa gejala. Penyebaran dari tempat tersebut menyebabkan penyakit endemik dan epidemik. Sumber infeksi staphylococcus merupakan pasien atau pegawai rumah sakit yang memiliki lesi. Pembersihan nanah dari lesi pasien, dapat membahayakan orang lain karena kemampuan bakteri untuk menyebar melalui lingkungan yang terkontaminasi. Kontak langsung melalui tangan merupakan salah satu jalur penularan terpenting (Kusnadi, 2003).
  1. Streptococcus pyogenes 
 Streptococcus pyogenes termasuk strptococcus grup A Lancefield. Bakteri ini termasuk salah satu patogen terpenting pada manusia, yang dapat menghasilkan berbagai infeksi sistemik dan infeksi kulit dan sering menyebabkan fangitakut. S. pyogenes merupakan bakteri berbentuk bola atau bulat, berdiameter 0,5-1,0 mm. Banyak faktor patogenisitas pada S. pyogenes. Sejumlah faktor virulensi dihasilkan, sehingga bakteri ini dapat berinteraksi dengan reseptor jaringan dan bertahan dari sistem pertahanan inang, dan berkembangbiak dalam tubuh inang (Kusnadi, 2003).
  1. Corynebacterium diphtheriae
 Difteria merupakan  infeksi akut yang disebabkan oleh Corynebacterium diphtheriae. Lesi primer biasanya terdapat pada tenggorokan atau nasofaring dan dicirikan dengan adanya penyebaran pertumbuhan pseudomembranosa keabu-abuan. Bakteri berbiak pada tempat tersebut, dan mengeluarkan eksotoksin yang dibawa oleh darah ke berbagai jaringan tubuh, menyebabkan hemoragik dan kerusakan nekrotik pada berbagai organ. Strain C. diphtheriae toxigenik dan nontoxigenik  dapat menyebabkan penyakit, hanya strain yang menghasilkan toksin yang menyebabkan manifestasi sistemik yang sering berhubungan dengan penyakit yang berat atau mematikan (Kusnadi, 2003).
  1. Streptococcus pneumoniae
Perlekatan terhadap permukaan mukosa merupakan awal peristiwa kolonisasi dan infeksi. Streptococcus pneumoniae melekat dan berinteraksi dengan  Nasetilglukosamin-galaktosa dari glikolipid permukaan sel. Kekuatan melekat terhadap sel epitel sangat penting untuk kolonisasi pneumococcus pada nasofarinx  dan menyebabkan otitis media (infeksi telinga-tengah). 
5.  Haemophilus influenzae
 H. influenzae merupakan bakteri bentuk batang gram-negatif, pleomorfik, kecil dan pertumbuhannya lambat. Pada cairan spinal, caiiran sendi, dan kultur primer dari bahan tersebut pada medium yang diperkaya, bakterii ini sebagiian besar berbentuk kokobasil, berukuran lebar 0,2-0,3 (m dan panjang 0,5-0,8 mm. Meskipun tidak  menyebabkan influenza epidemik sebagaimana namanya, bakteri ini mampu menyebabkan infeksi yang berat. Pada bayi dan anak-anak, bakteri ini menyebabkan meningitis akut, dan beberapa penyakit serius lain. H. influenzae tipe b merupakan patogen primer pada anak-anak dibawah 5 tahun  Pada orang dewasa, H. influenzae tipe b berhubungan dengan pneumonia dan penyakit paru-paru kronik. Strain H. influenzae tanpa-tipe dan Haemophilus lain dapat menyebabkan sinusitis, otitis, dan infeksi saluran pernafasan atas. Alkoholik, perokok, orang yang terinfeksi-HIV, dan penderiita penyakit paru-paru kronik, memiliki risiko terinfeksi bakteri ini. Strain penghasil-beta-laktamase, lebih sering terdapat pada anakanak dibanding pada orang dewasa (Kusnadi, 2003).
6. Neisseria meningitidis 
 N. meningitidis merupakan bakteri kokus gram-negatif, diameter 0,6-1,0 (m. Bakteri ini  biasanya terlihat berpasangan dengan sel disebelahnya. Isolat segar sebagian besar  N. meningitidis mempunyai kapsul. Bakteri ini membentuk sejumlah besar membran luar yang mengandung-LPS selama pembelahan, dan vesikula bahan tersebut dilepaskan ke luar sel. LPS dari meningococcus lebih poten menginduksi fenomena Shwartzman daripada E. coli dan S. typhimurium. LPS dilepaskan ke dalam sel endotelium vaskuler menyebabkan nekrosis vaskuler dan menimbulkan respon peradangan. Jadi endotoksin dilibatkan dalam merusak vaskuler, khususnya  terlihat pada lesi kulit dimana dihasilkan berbagai komponen penyakit.
7. Bordetella pertussis
 Terdapat tiga spesies Bordetella : B. pertussis, B. parapertussis, dan B. bronchiseptica.  Hubungan sifat genetis, fisiologi, dan antigenik serta komponen isoenzim yang menyebabkan tiga spesies ini ditempatkan dalam satu genus. Bordetellae merupakan parasit obligat pada manusia dan hewan. Berbiak di antara silia sel epitel. Manusia hanya merupakan inang alami B. pertussis, B. parapertussis, dan, sedangkan B. bronchiseptica tetap merupakan patogen pada hewan. Bordetella merupakan bakteri aerob sempurna, tidak menghasilkan hidrogen sulfida, indol atau asetilmetilkarbinol. emaglutinin. B. pertussis memiliki dua hemaglutinin yang memerantarai perlekatan bakteri ini kepada silia saluran pernafasan manusia.
8. Legionella pneumophila
 Dari genus Legionella, Legionella pneumophila merupakan bakteri penyebab infeksi terbesar (70%) pada manusia. Terdapat 14 serogrup L. pneumophila yang berbeda. L. pneumophila merupakan parasit intraseluler fakultatif dan dapat tumbuh dalam leukosit manusia juga dalam protozoa. Bakteri ini difagositosis oleh neutrofil dan makrofag paru-paru, tetapi bertahan hidup dan tumbuh intraseluler. Penyakit Leginnaire menyebar luas di seluruh dunia. Penyakit ini terjadi secara sporadis, juga pada kelompok epidemik. Meskipun infeksi terjadi sepanjang tahun, tetapi sebagian kasus terjadi pada musim panas. Terdapat dua tipe faktor risiko : berhubungan dengan penderita dan lingkungan. Perokok, penderita penyakit paru-paru kronik, dan alkoholik, atau penderita imunosupresif, memiliki risiko tinggi. Pasien cangkok ginjal dan membutuhkan dialisis juga mengalami peningkatan risiko penyakit tersebut. Pria dan wanita memiliki perbandingan 2,6:1. Sebagian kasus terjadi pada usia 50 tahun atau lebih. Demam pontiac, juga sering terjadi pada orang yang sehat (Kusnadi, 2003).
9. Acinetobacter
Acinetobacter genus anggota Moraxellaceae keluarga di urutan Pseudomonadales. Spesies yang paling penting dari genus ini pada manusia adalah  Acinetobacter baumanii . Organisme ini adalah anggota dari kelompok spesies fenotipik serupa yang . sering dikelompokkan bersama di kompleks A.calcoaceticus-A.baumannii.  Dalam pengaturan kesehatan, organisme ini kelompok yang umumnya terlibat dalam wabah dan rumah sakit-terkait infeksi.  Ada sesekali. laporan infeksi oportunistik pada individu immunocompromised disebabkan oleh A. lwoffii. lwoffii dan spesies lainnya.  Bakteri dalam genus Acinetobacter secara ketat aerobik,adalah bakteri gram negatif. Pada pewarnaan gram, mereka digambarkan sebagai  cocobacilus,.cocobacilus, memiliki bentuk peralihan antara batang (basil) dan bola (kokus) (1.     Rosenbaum, Patricia RNC, CIC.2010)
Bakteri Acinetobacter sering muncul lebih basil-seperti selama fase pertumbuhan dan dari cairan. Mereka sering terlihat  berpasangan, dan meskipun gram negatif, kadang-kadang akan muncul gram variabel pada satu gram noda. Mereka mudah berkembang dalam budaya pada standar mikrobiologi media pada suhu antara 20 dan 30 derajat C Mereka adalah. nonmotil bakteri oksidase negatif, biasanya nitrat-negatif, dan non-fermentasi laktosa, meskipun mereka dapat sebagian fermentasi laktosa ketika tumbuh pada agar-agar MacConkey.
Genitourinary
           Pada pasien dengan urethritis “menyerupai gonorrhea” yang resistensi penicillin kadang disalah artikan sebagai akibat infeksi Acinetobacter. Meskipun tractus urinarius bagian bawah terdapat kolonisasi Acinetobacter, namun jarang invasif. Walaupun begitu ada data yang menunjukkan terjadinya cystitis dan pyelonephritis pada pasien dengan kateter menetap.
Meningitis
          Meningitis oleh karena Acinetobacter jarang terjadi. Meskipun jika ditemukan berasal dari prosedur bedah saraf. Meningitis bermanifestasi kasar. Gambaran rash petechie tampak pada Acinetobacter meningitis.
Jaringan lunak
           Acinetobacter dapat menimbulkan cellulitis yang dihubungkan dengan i.v cateter. Pada luka, trauma, luka bakar, dan insisi post operasi. Hal ini karena Acinetobacter dapat tubuh subur pada jaringan dan benda asing. 
Jaringan lain
           Acinetobacter dapat menimbulkan infeksi di seluruh jaringan tubuh. Pada mata dapat menyebabkan conjungtivitis, endopthalmitis, perforasi kornea oleh karena kontaminasi contact lens. Endocarditis oleh karena katup buatan, osteomyelitis, septic arthritis, abses liver dan pancreas, juga pernah dilaporkan oleh karena Acinetobacter (Navon-Venezia1, Shiri , Leavit, Azita and Carmeli, Yehuda.2007).
VIRUS
Beberapa virus dapat menyebabkan penyakit adalah,
  1. Influenza 
Penyakit ini disebabkan oleh virus golongan orthomyyxovirus yang berbentuk bola. Asam nukleatnya terdiri dari 8 bagian RNA yang berbeda di dalam kapsid. Kapsid terdiri dari membran protein dan molekul glikoprotein. Virus ini ditularkan lewat udara dan masuk ke tubuh manusia melalui alat  pernapasan. Gejala influenza adalah demam, sakit kepala, pegal linu otot, sakit tenggorokkan, hidung bersin dan kehilangan nafsu makan. Virus flu burung tergolong virus influenza (Nirmalasari, Irma. 2012).
  1. Flu burung/ H5N1
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang biasanya menjangkiti unggas dan mamalia. Virus flu burung pertama dideteksi di Hongkong tahun 1997. Setelah mereda, virus kembali merebak di akhir tahun 2003 dan mematikan ratusan ribu ekor avam diberbagai negara, termasuk Indonesia. Dari berbagai strain virus flu burung, hanya ada satu strain yang dapat menginfeksi manusia, yaitu H5N1. Penularan dari unggas ke manusia terjadi jika manusia menghirup udara yang tercemar virus flu burung atau kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung. Sifat virus ini adalah dapat bertahan hidup di air hingga 4 hari pada suhu 220C dan lebih dari 30 hari pada suhu 0oC serta dapat bertahan lebih lama dalam tubuh atau tinja unggas, tetapi mati pada pemanasan 600C selam 30 menit. Gejala yang dialami oleh manusia yang terinfeksi virus ini adalah demam, sakit tenggorokkan dan nyeri otot (Nirmalasari, Irma. 2012).
  1. Campak
Penyakit ini disebabkan oleh paramyxovirus.  Campak biasanya menyerang anak-anak. Gejala campak adalah demam tinggi, mengigau, batuk, mata pedih jika terkena cahaya dan rasa ngilu di seluruh tubuh. Pada fase inkubasi awal, virus berkembang biak di saluran pernapasan atas yang menyebabkan gejala batuk kering dan radang tenggorokkan. Di akhir fase inkubasi, virus menuju darah dan beredar ke seluruh bagian tubuh, terutama kulit, sehingga terlihat bercakbercak merah di kulit. Infeksi virus campak sering diikuti infeksi sekunder oleh bakteri penyebab pneumonia dan infeksi telinga.
  1. Cacar air dan Herpes Zoster
Varicella Zoster virus adalah nama virus yang menyebabkan penyakit cacar air dan herpes zoster. Virus ini dapat menular melalui udara jika udara mengandung partikel virus yang berasal dari penderita yang batuk dan bersin. Gejala penyakit cacar air adalah demam, sesak napas, pegal, linu dan timbul gelembunggelembung berair di kulit yang terasa gatal. 
  1. Cacar
Cacar menyerang tubuh dan menimbulkan luka pada sekujur tubuh. Jika sembuh, cacar meninggalkan bekas (luka parut) pada tubuh dan wajah. Virus cacar berbentuk seperti bata yang dilapisi 2 membran. Inti virus terdiri dari pita ganda DNA. Virus ini dapat bertahan hidup di luar sel inang. Cacar adalah penyakit yang akut, fatal, dan sering epidemik. Cacar menginfeksi tubuh melalui saluran pernapasan. Gejala awalnya adalah menggigil, demam, sakit kepala, sakit punggung, dan lesu. Luka pertama muncul diwajah dan kemudian menyebar ke lengan atas, tangan, dan anggota badan. Masa inkubasi virus ini biasanya 12-16 hari (Nirmalasari, Irma. 2012).
  1. Hepatitis
Pada penyakit ini, virus menyerang hati penderita sehingga membengkak, mengakibatkan empedu beredar ke seluruh tubuh. Akibatnya, kulit dan bola mata penderita berwarna kuning. Itulah sebabnya penyakit ini disebut penyakit kuning.  Saat ini dikenal ada lima virus hepatitis yang dapat menginfeksi manusia yaitu virus yang menyebabkan hepatitis A, B, C, D, dan E. Hepatitis A dan E tergolong ringan dan dapat pulih dalam beberapa minggu. Hepatitis B, C, dan D dapat menyebabkan hepatitis yang kronis yang diderita selama hidup. Hepatitis A dan E disebarkan melalui feses dan dapat menginfeksi tubuh melalui air dan makanan yang tercemar feses penderita. Untuk mencegah terkena hepatitis A dan E, kita harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan serta makanan dan minuman yang kita santap. Hepatitis B, C, dan D ditularkan terutama melalui kontak darah dengan penderita. Hepatitis D diderita hanya oleh orang yang terinfeksi virus hepatitis B. Hepatitis B juga dapat ditularkan melalui kontak seksual dan dari ibu kepada anak saat persalinan.
  1. Polio
Virus polio adalah virus penyebab penyakit polio yang dapat menyebabkan lumpuh jika virus menginfeksi selaput otak (meninges) dan sum-sum tulang belakang. Polio umumnya menyerang anak-anak. Gejalanya adalah demam, sakit kepala, tidak enak badan, mengantuk, sakit tenggorokan, mual, dan muntah. Gejala tersebut kadang disertai juga oleh kaku leher dan tulang belakang. Penyakit ini dapat disembuhkan. Masa inkubasi virus ini 3-35 hari, tapi umumnya antara 7-14 hari. Sumber utama virus ini dari saluran usus orang yang terinfeksi. Feses orang tersebut mengandung virus polio yang dapat menular lewat mulut melalui makanan yang terkontaminasi olehnya. Di awal infeksi, penyakit ini dapat disebarkan melalui infeksi saluran pernapasan (Nirmalasari, Irma. 2012).
  1. Gondong
Penyakit gondong disebabkan oleh paramyxovirus yang hanya memiliki RNA. Paramyxovirus dapat tumbuh di jaringan otak, selaput otak, pankreas, testis, glandula parotid, dan hati AIDS (acquired immunodeficiency syndrome) adalah penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV (human immunodeficiency virus). HIV merupakan golongan retrovirus yang memiliki 2 molekul RNA. Virus masuk ke dalam darah, menyerang sel-sel darah putih T4, yaitu sel darah putih yang berperan menjaga sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tersebut mampu memproduksi antibodi, yaitu senyawa kimia yang dapat menawarkan racun penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Jika tubuh terinfeksi HIV, sel T4 akan hancur sehingga tubuh tidak mampu lagi melawan bibit penyakit
  1. Ebola
Virus ini merusak jaringan dan sel tubuh yang dapat menyebabkan kematian dalam jangka waktu kurang dari dua minggu. Ebola ditularkan melalui kontak lansung dengan cairan tubuh penderita ebola misalnya, darah, feses, urin, ludah dan keringat.
  1. Herpes Simpleks 
Penyakit ini disebabkan oleh virus anggota famili Herpesviridae yang menyerang kulit dan selaput lendir. Penyakit ini mengenai mata, bibir, mulut, alat kelamin, dan kadang-kadang otak.
  1. Rabies
Virus rabies adalah virus yang menyebabkan penyakit rabies, yang ditularkan kepada manusia melalui gigitan hewan yang terinfeksi. Gejala rabies pada manusia adalah sakit kepala, gugup, demam, lesu dan lumpuh.
  1. Mata belek
Penderita mengalami sakit mata parah, mata berwarna merah sekali dan mengeluarkan air mata serta kotoran mata yang banyak. Biasanya mata penderita agak membengkak. Penyakit demikian sering disebut sebagai mata belek atau belekan.
  1. Demam Berdarah
Demam berdarah disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk genus Flavivirus. Ada beberapa subtipe virus ini, misalnya DEN - 1, DEN - 2, DEN - 3, dan DEN - 4. Virus ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Gejala penyakit ini adalah demam atau panas tinggi, sakit kepala, timbul bercak kemerahan pada kulit, mimisan, dan pada tingkat yang lebih parah terjadi pendarahan pada organ-organ tubuh sehingga dapat menyebabkan kematian. Pendarahan terjadi karena virus menyebabkan jumlah trombosit (zat pembeku darah) menurun.
  1. SARS
SARS (severe acute respiratory syndrome) disebabkan oleh coronavirus yang mengakibatkan penderita mengalami gejala seperti pneumonia sehingga SARS disebut CVP (coronavirus pneumonia). Selain itu, gejala lain yang dialami penderita SARS adalah panas tinggi ( lebih dari 38°c)kepenatan otot, sakit kepala, batuk kering, peradangan pada paru-paru sehingga susah bernapas dan diare (Nirmalasari, Irma. 2012)
Selanjutnya virus-virus yang menyerang hewan adalah MBV. Menurut Alifuddin (2002) menyatakan bahwa penyakit virus MBV (Monodon baculovirus) yang menyerang ikan / udang windu (Penaeus monodon) telah menyebabkan 40% tambak di seluruh Indonesia terhenti kegiatan operasinya.
JAMUR
Beberapa jamur yang dapat menyebabkan penyakit adalah,
1.      Cryptococcus neofarmans
Cryptococcus neofarmans adalah jamur seperti ragi (yeast like fungus) yang ada dimana-mana di seluruh dunia. Jamur ini menyebabkan penyakit jamur sistemik yang disebut cryptococcosis, dahulu dikenal dengan nama Torula histolitica. Jamur ini paling dikenal sebagai penyebab utama meningitis jamur dan merupakan penyebab terbanyak morbiditas dan mortalitas pasien dengan gangguan imunitas. Cryptococcus neofarmans dapat ditemukan pada kotoran burung (terutama merpati), tanah, binatang juga pada kelompok manusia (colonized human).
Gejalanya seperti meningitis klasik yang melibatkan meningitis secara difus. Dengan adanya AIDS, insiden cryptococcal meningitis meningkat drastis. Di Amerika, meningitis ini termasuk lima besar penyebab infeksi oportunistik pada pasien AIDS. Ada tiga pola dasar infeksi jamur pada susunan saraf pusat yaitu, meningitis kronis,vaskulitis daninvasi parenkimal.pada infeksi Cryptococcal jaringan otak menunjukkan adanya meningitis kronis pada leptomeningen bsal yang dapat menebal dan mengeras oleh reaksi jaringan penyokong dandpt mengobstruksi aliran likuor dari foramen Luschka dan Magendi sehingga terjadi hidrosefalus (Adams RA. 1989)
2.      Mucormycosis
Serebral mucormycosis (phycomycosis) adalah penyakit akut, jarang dapat disembuhkan yang disebabkan oleh jamur klas phycomycetae khususnya genera rhizopus. Jamur ini terdapat diseluruh dunia pada tumbuhan busuk, pupuk dan makanan yang mengandung banyak gula. Infeksi pada manusia hampir selalu terjadi pada pasien yang mempunyai penyakit utama termasuk diabetes melitus yang tidak terkontrol, keganasan darah, lymfoma, keadaan imunosupresif, penggunaan antibiotik jangka panjang dan penggunaan sitostatik.
Jamur ini masuk ke dalam tubuh manusia yang rentan melalui hidung menyebabkan sinusitas dan sellulitis orbitalis, kemudian penetrasi ke arteri dan terjadi trombosis arteri oftalmika danar karotis interna dan selanjutnya menyerang vena dan saluran linfe. Dapat terjadi penyakit yang desiminata pada mata, serebral,paru danintestinal.
Gejala klinis biasanya dimulai dengan tanda-tanda infeksi sinus paranasalis seperti hidung tersumbat, sekret dari hdung kadang-kadang berdarah, nyeri pada daerah sinus dan demam. Jika tidak diobati, penyakit ini akan menyebar keotak melalui lamina kribriformis atau setelah terlibatnya tulang tengkorak. Kemudian terjadi gejala-gejala lobus frontalis dan meningen basalis bersama dengan penurunan kesadaran drowsyness nyeri kepala, perubahan status mental. Gejala neurologis yang sering terjadi yaitu proptis,kelumpuhan mata dan hemiplegi yang mana keadaan ini berhubungan dengan terlibatnya arteri arteri orbitalis dan karotis danjaringan disekitarnya. Organisme ini dapat menginvasi meningen atau dapat menembus otak sehingga menimbulkan ensefalitis jamur dan dapat menyebabkan Infark dan perdarahan otak. Beberapa hifa terdapat didalam trombus dandinding pembuluh darah dan sering sekali masuk ke dalam perinkim sekitarnya. Biasanya penyakit ini cepat berakibat fatal dalam beberapa hari atau minggu.
Diagnosa penyakit in ditegakkan berdasarkan pemeriksaan sputum, cairan serebrospinal atau eksudat jaringan sinus paranasalis. Kultur rhizopus dapat membantu tapi bukan merupakan diagnostik oleh karena kebanyakan merupakan kontaminan. Terapi terdiri dari pemberian Amphotericin B dan kontrol faktor predisposisi seperti diabetes melitus. Juga diperlukan drainase lokal dan operasi jaringan nekrotik secepatnya untuk mencegah penyebaran penyakit (Adams RA. 1989).
3.      Candidiasis (moniliasis)
Spesies candida merupakan suatu flora mikrobial yang normal terdpat dalam tubuh manusia. Candidiasis kemungkinan merupakan infeksi jamur oportunistik terbanyak. Infasi ke susunan saraf pusat sebenarnya sangat jarang kecuali terjadi kerusakan sistem kekebalan tubuh host. Banyak faktor yang menunjang terjadinya infeksi candida seperti terapi antibiotik spectrum luas, luka bakar berat, nutrisi parental total, prematuritas, keganasan pemasangan kateter, terapi kortikosteroid, neutropenia, operasi abdomen, diabetes mellitus, dan penggunaan obat parenteral yang tidak semestinya (parentral drug abuse)
Bentuk patologi infeksi susunan saraf pusat oleh candida berupa penyebaran mikro abses intraparenkimal, granuloma nonkaseosa, abses besar, meningitis dari ependimitis. Pada kebanyakan kasus diagnosis belum dapat ditegakkan pada saat pasien masih hidup, kemungkinan oleh karena sukarnya menemukan organisme pada cairan serebrospinal . Prognosis biasanya jelek walaupun dengan penggunaan amphotericin B (Adams RA. 1989).
4. Aspergilosis
Aspergilosis fumigatus dan A.flavus dapat menyebabkaninf susunan saraf pusat manusia. Hal ini terjadi melalui penyebaran langsung dari sinus paranasalis atau setelah traumakapitis, operasi lumbal fungsi, atau melalui penyebaran hematogen pada orang dengan gangguan imunitas terutama yang mengalami neutropenia dalam jangka waktu yang lama. Penulis lain menyatakan bahwa infeksi jamur ini terutama jika terjadi sinusitis kronis (khususnya spenodialis) dengan osteomielitis basis tengkorak atau akibat komplikasi otitis dan masstoiditis.
Manifestasi klinis penyakit ini berupa gangguan nevrus kranialis pada sekitar daerah infeksi, abses serebri, granuloma kranial dan spinal pada duramater. Keadaan ini tidak bermanifestasi sebagai meningitis. Pada beberapa kasus penyakit ini didapat di rumah sakit ditandai dengan adanya gejala infeksi paru yang tidak mempan terhadap antibiotik. Diagnosis biasanya ditegakkan dengan melakukan biopsi atau dengan  kultur.
Terapi anti jamur seperti ampotericin B dan kombinasi dengan limaflurocytosine dan imidazole masih dipertanyakan keberhasilannya. Jika obat-obatan ini diberikan setelah operasi pengeluaran materi yang terinfeksi, beberapa pasien dapat disembuhkan (Adams RA. 1989).
5. Coccodiodomycosis
Penyakit infeksi jamur ini banyak didaerah Barat Daya Amerika. Biasanya hanya menyebabkan gejala influensa dengan infiltrat pada paru sebagai pneumonia non bakterial. Keadaan ini dapat berlangsung progresif menjadi diseminata termasuk infeksi pada meningen. Reaksi patologi dan gambaran kliniknya pada meningen dan cairan serebrospinal sangat mirip dengan meningitis tuberkulosa. 
Terapi terdiri dari pemberian ampotericin B intravena. Ada juga yang menganjurkan pemberian ampotericin B intratekal. Pemberian melalui lumbal fungsi yaitu dengan campuran ampotericin B dalam glukosa 10%, pasien dalam posisi kepala agak kebawah (head dowm position) ampotericin B diberikan 3 kali seminggu selama 3 bulan, atau sampai sel pada cairan serebrospinal kurang dari 10 mm3 dan complement fixing menghilang dari cairan likuor.
6. Histoplasmosis
Histoplasma capsulatun terdapat pada daerah ohio dandaerah lembah Missisipi tengah Amerika. Infeksi terjadi setelah inhalasi spora. Kebanyakan pasien hanya memperlihatkan gejala yang minimal atau tanpa gejala selama infeksi primer pada paru paru. Perkembangan penyakit yang progresif (desimilata) terjadi pada penderita gangguan pertahanan tubuh (cell mediated immune defence) setengah dari penderita dengan gejala diseminata merupakan pasien dengan terapi imunosupresif, Lymphoma, lymphocytic leukimia, gangguan limfa atau AIDS. Jika terjadi keaadaan disseminata , lokasi yang terutama adalah susunan saraf pusat. 
Terapi yang dianjurkan adalah pemberian ampotericin B intravena 50 mg/hari pada orang dewasa dan 1 mg/kgBB/hari pada anak-anak dengan berat badan kurang dari 50 kg, selama 6-12 minggu, dengan dosis total sekitar 35 mg/kgBB. Terapi pemeliharaan (maintenance) diberikan 50-80 mg setiap 1 atau 2 minggu, untuk mencegah relaps pada penderita AIDS (Adams RA. 1989).
Vaksin adalah sediaan yang mengandung zat antigenik yang mampu menimbulkan kekebalan aktif dan khas pada manusia. Vaksin dapat dibuat dari bakteri, riketsia atau virus dan dapat berupa suspensi organisme hidup atau inaktif atau fraksifraksinya atau toksoid.
Jenis-jenis vaksin (menurut FI IV)
1.       Vaksin Bakteri dibuat dari biakan galur bakteri yang sesuai dalam media cair atau padat yang sesuai dan mengandung bakteri hidup atau inaktif atau komponen imunogeniknya.
2.       Toksoid Bakteri diperoleh dari toksin yang telah dikurangi atau dihilangkan sifat toksisitasnya hingga mencapai tingkat tidak terdeteksi, tanpa mengurangi sifat imunogenisitas.
3.       Vaksin Virus dan Riketsia adalah suspensi virus atau riketsia yang ditumbuhkan dalam telur berembrio, dalam biakan sel atau dalam jaringan yang sesuai. Mengandung virus atau riketsia hidup atau inaktif atau komponen imunogeniknya. Vaksin virus hidup umumnya dibuat dari virus galur khas yang virulensinya telah dilemahkan.
Jenis-jenis vaksin virus menurut Kistner, 2003 (2) :
1.        Vaksin virus hidup yang dilemahkan (Live Attenuated virus Vaccines).
2.        Vaksin virus inaktif/mati (Inactivated/killed virus Vaccines).
3.        Vaksin subunit (subunit Vaccines)  (Ertl HCJ, Xiang Z. 1996).
Vaksin virus inaktif/mati
Pada metoda ini, virus yang secara alami bersifat patogen diproduksi dalam jumlah besar dan diinaktifkan dengan menggunakan bahan kimia atau prosedur fisik yang dirancang untuk menghilangkan sifat infektif dari virus tanpa kehilangan sifat antigenisitasnya (yaitu kemampuan untuk memicu respons imun yang diinginkan).Teknik yang umum digunakan adalah dengan cara perlakuan dengan formalin atau beta propriolactine atau ekstraksi dari partikel envelope virus dengan detergen nonionik seperti Triton X-100. Jenis vaksin ini relatif tidak memerlukan proses pembuatan yang rumit dan berbiaya murah. Contoh Vaksin virus inaktif : Vaksin Influenza, Poliovirus (Salk Vaccine), Rabies , vaksin untuk hewan (veterinary) (Ertl HCJ, Xiang Z. 1996).
Vaksin Subunit
Mengambil hanya suatu bagian protein virus untuk dibuat menjadi suatu vaksin, contoh: vaksin hepatitis B dan vaksin influenza. atau Vaksin diformulasikan hanya dengan beberapa komponen yang dimurnikan dari virus (tanpa memasukkan seluruh bagian virus) disebut dengan vaksin subunit. Komponen virus yang diambil adalah protein virus yang dikenali oleh antibodi. Pada banyak kasus, protein yang digunakan adalah protein struktural virus, khususnya protein yang ditemukan pada permukaan virion, yang merupakan target utama dari respons imun (Hilleman MR. 1995).
Secara umum, vaksin Influenza ditumbuhkan pada media telur ayam yang berembrio (embryonated chicken eggs), tetapi sekitar periode tahun 1990-an telah ada beberapa perusahaan yang mencoba mengembangkan proses pembuatan vaksin influenza dengan menggunakan media kultur jaringan mamalia (tissue culture), tetapi belum diproduksi untuk skala komersial di Eropa. 
Berikut macam-macam vaksin dan juga kegunaannya :
1.      Vaksin Hepatitis A Vaksin ini berguna untuk melindungi dari penyakit hepatitis A.
2.      Vaksin Hepatitis B Vaksin ini berguna untuk mrncegah penyakit Hepatitis B.
3.      Vaksin Polio Vaksin ini berguna untuk melindungi dari penyakit polio yang menyebabkan kelumpuhan.
4.      Vaksin Campak Vaksin ini berguna untuk mencegah penyakit campak.
5.      Vaksin PCV ( Pneumococcal Conjugate Vaccine ) Vaksin ini berguna untuk melindungi dari penyakit Invasive Pneumococcal Disease ( IPD )
6.      Vaksin Hibvaksin Vaksin ini berguna untuk melindungi dari serangan meningitis,pneumonia, dan epiglotitis.
7.      Vaksin MMR ( Mumps, Measles, Rubella ) Vaksin ini berguna untuk melindungi dari campak, gondongan, dan rubella ( campak Jerman).
8.      Vaksin Influenza Vaksin ini berguna untuk melindungi dari kemungkinan flu berat ( Virus Influenza ).
9.      Vaksin Varicella Vaksin ini berguna untuk melindungi dari penyakit cacar air.
10.  Vaksin HPV ( Human Papilloma Virus ) Vaksin ini berguna untuk melindungi dari virus Human Papilloma ( penyebab kanker serviks )
11.  Vaksin BCG ( Bacillus Calmette Guerin ) Vaksin ini berguna untuk mencegah penyakit TBC.
12.  Vaksin DPT ( Difteri, Pertusis, Tetanus ) Vaksin ini berguna untuk melindungi dari Difteri ( infeksi tenggorokan dan saluran pernafasan yang fatal ) , Pertusis ( batuk rejan) dan Tetanus .
13.  Vaksin Tifoid Vaksin jni berguna untuk melindugi dari penyakit tifus. Itulah beberapa jenis vaksin, semoga bermanfaat bagi kalian (Aini, Fitri. 2013)
Serum
Serum adalah bagian dari plasma yang di dalamnya terlarut berbagai macam protein, diantaranya gamaglobulin yang berupa zat anti bodi dan berfungsi untuk mengebalkan seseorang dari gangguan penyakit. Gamaglobulin telah dipakai untuk memberikan kekebalan atau imunisasi berbagai penyakit seperti cacar air, campak, hepatitis B, dan polio.
Serum karena jumlahnya tidak terlalu banyak seperti vaksin, maka tidak perlu kita kelompokkan. Contoh serum yang sudah dapat dibuat di Indonesia adalah serum anti tetanus, serum anti difteri, serum anti bisa ular, dan serum anti rabies.
Fungsi-fungsi dari beberapa serum yang disebutkan di atas adalah sebagai berikut:
1. Serum Anti Tetanus
Berfungsi untuk pengobatan terhadap penyakit tetanus.
2. Serum Anti Difteri
Berfungsi untuk pengobatan terhadap penyakit difteri.
3. Serum Anti Bisa Ular
Berfungsi untuk pengobatan terhadap gigitan ular berbisa yang mengandung efek neurotoksik (Naja sputatrix / ular Kobra, Bungarus fasciatus / ular Belang) dan efek hemotoksis (Ankystrodon rhodostoma / ular Tanah).
4. Serum Anti Rabies
Berfungsi untuk pengobatan terhadap gigitan hewan yang sakit atau diduga rabies.
Pemindahsebaran Mikroba Penyebab Penyakit
Suatu patogen yang sangat virulen akan membawa kehancuran bagi dirinya sendiri apabila membunuh inang yang menghidupinya atau melalui resistensi inang yang menghancurkannya. Penyebaran atau penularan tergantug pada dua faktor penting, yaitu terlepasnya patogen dari inang dan masuknya patogen ke dalam inang yang rentan. Cara terlepasnya patogen tergantung pada situs infeksi pada inang. Patogen penyebab penyakit saluran pernapasan seperti, S. Pneumoniae, M. Tuberculosis, meninggalkan tubuh melalui eksudat dari mulut, hidung serta tenggorokkan. Bersin dan batuk mempercepat penyebarluasan mikroorganisme patogen dan menambah peluang untuk memasuki inang lain (Kusnadi, dkk., 2003).
Cara Pemindahan Penyakit
a.    Pemindahsebaran Melalui Udara
Mikroorganisme  yang  ditemukan di udara  dapat   berasal dari tanah, air, tumbuhan, hewan dan sumber lainnya. Di  udara terbuka, kebanyakan  mikroba berasal dari tanah.  Sedangkan di dalam ruangan jumlah mikroba dianggap lebih banyak  dibandingkan dengan udara di luarnya, dan kebanyakan ditemukan dalam  saluran pernafasan manusia (Pediatri, 2001).
Tanah  sebenarnya merupakan sumber asal  bakteri  di udara.  Angin berdebu membawa     populasi  mikroba yang   dapat  menyebar   secara luas.  Dalam   ruangan, sumber    utama  mikroba  adalah  saluran pernafasan manusia.  Hanya  sebagian  kecil dari mikroba tersebut yang   dapat  bertahan di udara,  sehingga dapat menular  secara efektif  kepada  habitat  yang  sesuai (manusia lain), terjadi dalam waktu yang  singkat.Walaupun demikian, patogen manusia tertentu  (Staphylococcus  dan Streptococcus) dapat bertahan  dalam  keadaan kering  dan tetap hidup pada  debu dalam periode   waktu yang   lama. Bakteri  gram-positif  umumnya lebih  resisten  terhadap kekeringan dibandingkan dengan bakteri gram-negatif,  hal   ini dapat menjadi  alasan mengapa   bakteri gram-positif  sering terlibat   dalam penyebarannya  melalui  udara. Sumber  lain dari mikroba yang ditemukan berasal  dari  tanah juga bakteri  grampositif (contohnya Micrococcus). Bakteri gram-positif  lebih resisten terhadap kekeringan karena dinding  selnya  lebih  rigid dan  tebal  dibandingkan dengan bakteri gram-negatif (Pediatri, 2001).
Menurut Waluyo, 2012 penyebaran penyakit yang melalui udara yaitu,
1.        Corynebacterium diphtheriae menyebabkan penyakit difteri. Difteri dalah penyakit saluran pernapasan bagin atas. Penyakit difteri baru nampak biasanya 2-5 hari sesudah penularan.
2.        Streptococcus pyogenes (Streptococcus beta hemolyticus Grup A) menyebabkan berbagai penyakit misalnya faringitis (tonsilitis) yang menyebabkan radang tenggorokan tanpa dahak, demam rematik (peradangan jaringan penghubung pada persendian dann organ terutama jantung), glomerulonefritis (peradangan ginjal; glomerulus). Kuman Streptococcus  pyogenes disebarkan terutama melalui bersin dan batuk. Kuman ini dapat bertahan berminggu-minggu di dalam dahak atau sekresi tubuh yang lain, sehingga membantu penyebarannya.
3.        Mycobacterium tubercolusis menyebabkan penyakit menular tuberkulosis pada manusia, disamping itu dapat menginfeksi primata dan kera. Penularan TBC melalui yang terutama terdapat dalam dahak. TBC pada manusia menyerang jaringan tubuh manapun, tetapi yang paling umum terinfeksi adalah paru-paru.
4.        Streptococcus pneumoniae dahulu namanya Diplococcus pneumoniae dan biasanya disebut pneumokokus. Kuman ini penyebab penyakit pneumonia. Hal ini karena penyebab pneumonia yang lain adalah Haemophilus influenzae aureus.
5.        Neisseria meningitidis menyebabkan penyakit meningitis (radang selaput otak dan sum-sum tulang belakang). Pada manusia kuman dapat menjalar ke selaput otak lewat darah dari nesofaring. Menimbulkan luka-luka patogenik pada kulit, tulang, dn kelenjar adrenalin yang  diduga karena endotoksin yang di keluarkan kuman tersebut. Masa inkubasi rata-rata seminggu setelah terkena kuman.
6.        Bordetella pertussis berbentuk batang, kokobasilus kecil-kecil dan terdapat sendiri-sendiri, berpasangan atau membentuk kelompok kecil serta bersifat aerobik. Kuman ini meneyebabkan penyakit pertusis atau batuk rejan (whoping cough). Penularan penyakit pertusis dengan menghisap droplet yang terinfeksi, kuman berkembangbiak dalam saluran pernapasan. Masa inkubasi antara 5-21 hari.
7.        Rhinovirus, tergolong piconavirus, mengandung ARN merupakan penyebab sindror. Gejala-gejala salesma disebabkan oleh infeksi peradangan virus ini yang jelas pada hidung, tenggorokan, sinus, trakhea, dan bronkhi, disertai oleh eksudasi fluida, dan tidak dijumpai demam. Masa inkubasi 12-72 jam.
8.        Influenzavirus merupakan penyebab penyakit influenza. Virus ini tergolong Orthomyxoviridae.
9.        Virus lain yang ditelurkan melalui udara, antara lain :
·      Virus variola, meyebabkan penyakit cacar (variola)
·      Virus Varisela-zoster, suatu herpesvirus, menyebabkan penyakit cacar air (vrisela)
·      Virus rubela, suatu toga virus, penyebb penyakit campak jerman (rubela)
·      Virus gondong, suara paramyxovirus menyebabkan penyakit gondong dan
·      Virus polio suatu suatu Piconvirus, menyebabkan penyakit polio.
10.    Beberapa jamur yang dipindahsebarkan melalui udara
·      Cryptococcus neofarmans (filobasidiella), menyebabkan kriptokokosis
·      Candida albicans menyebabkan penyakit moniliasis
·      Blastomyces dermatitidis, menyebabkan blastomikosis Amerika Utara.
·      Blastomyces brasiliensis menyebabkan blastomikosis Amerika Selatan.
·      Histoplasma capsulatum penyebab histoplasmosis
·      Coccidiodes immitis menyebabkan koksidiodomikosis
·      Sporothrix schenchii menyebabkan penyakit sporotrikosis
b.   Pemindahsebaran Melalui Makanan
Penyakit yang disebarkan melalui makanan dinamakan penyakit asal makanan. Pemindahsebaran melalui makanan terjadi dengan dua mekanisme (Waluyo, 2012),
1)   Mikroba yang terdapat dalam makanan menginfeksi hospes
2)   Mikroba mengeluarkan eksotoksin dalam makanan, kemudian menyebabkan penyakit keracunan makanan (mabuk makanan). Contoh bakteri Salmonella menyebabkan infeksi makanan, sedangkan spesies Clostridium dan Staphylococcus menyebabkan keracunan makanan.
c.       Pemindahsebaran Melalui Air
Sumber infeksi pada substrat ini adalah tinja yang berasal dari manusia atau hewan ynag mencemari air. Tinja tersebut mengandung patogen-patogen enterik. Bila air yang mengandung patogen mencemari makanan, infeksi ini menyebabkan infeksi asal makanan. Pemindah sebaran mikroba penyakit asal air dapat terjadi secara langsung. Misalnya dari ekskreta penderita ke mulut orang lain lewat tangan atau benda-benda yang secara potensial tercemari mikroba patogenik. Benda tercemar mungkin dicemari oleh serangga, seperti lalat yang sebelumnya hinggap di kotoran (Waluyo, 2012).
Mikroba-mikroba sebagai penyebab infeksi asal air antara lain Salmonella typhi penyebab demam tifoid, Sigella spp. penyebab penyakit disentri basiler.
d.      Pemindahsebaran Melalui  Serangga
Arthropoda merupakan sumber pemindah sebaran mikroba pada manusia. Jenis-jenis athropoda tertentu penting dari segi medik tidak hanya mampu menyebabkan kerusakan nekrotik dan alergi, tetapi diantaranya dapat berfungsi sebagai inang intermidiet bagi parasit atu sebgai vektor mikroba patogenik. Kebanyakan penyakit-penyakit utama manusia yang dipindahsebarkan oleh arthropoda sebagai vektor biologis. Salah satu contohnya adalah demam tifus klasik akibat bakteri Rickettsia prowazekki dengan vektor biologis kutu badan (Pediculus humanus), patogen berkembang biak dalam epitel usus tengah kutu. Manusia di infeksi lewat gigitan, tinja atau karena menghancurkan kutu di kulit (Waluyo, 2012).
Dalam Kusnadi, dkk., (2003) dijelaskan bahwa tubuh hewan termasuk manusia menyediakan lingkungan yang dicocok bagi pertumbuhan beberapa mikroorganisme. Hal ini  karena tubuh hewan atau manusia kaya akan nutrisi organik dan faktor pertumbuhan yang dibutuhkan oleh mikroorganisme heterotrof. Walaupun demikian tubuh hewan tidak harus dianggap sebagai suatu lingkungan bagi pertumbuhan mikroorganisme yang umum. Setiap daerah atau organ berbeda secara kimia dan fisik dari daerah lain, jadi menyediakan suatu lingkungan yang selektif diaman lebih disukai bagi mikroorganisme tertentu. Kulit, saluran pernapasan, saluran gastrointestin, dan yang lainnya menyediakan kondisi kimia dan fisik yang sangat beragam dimana mikroorganisme yang berbeda dapat tumbuh secara selektif. Hewan memiliki suatu perbedaan mekanisme pertahanan yang berbeda yang bertindak untuk mencegah atau menghambat masuk dan tumbuhnya mikroorganisme.
Secara umum infeksi seringkali dimulai pada suatu tempat yang disebut membran mukosa dari tubuh hewan. Membran mukosa ditemukan di seluruh tubuh termasuk mulut, faring, esofagus, saluran urin, pernapasan, dan gastrointestin.
Mikroorganisme hampir selalu ditemukan pada bagian ditemukan pada bagian tubuh yang terbuka ke arah luar seperti, rongga mulut, saluran pernapasan, intestin, genetourinari (Kusnadi, dkk., 2003).
KESIMPULAN
  1. Beberapa mikroba yang menyebabkan penyakit Staphylococcus, Streptococcus pyogenes, Corynebacterium diphtheriae, Streptococcus pneumoniae,  Haemophilus influenzae,  Neisseria meningitidis, Bordetella pertussis, Legionella pneumophila,  Acinetobacter
2.      Penyebaran mikroba penyakit dapat melalui udara, makanan, air, dan serangga. Hewan termasuk manusia menyediakan lingkungan yang dicocok bagi pertumbuhan beberapa mikroorganisme. Hal ini  karena tubuh hewan atau manusia kaya akan nutrisi organik dan faktor pertumbuhan yang dibutuhkan oleh mikroorganisme heterotrof. Setiap daerah atau organ berbeda secara kimia dan fisik dari daerah lain, jadi menyediakan suatu lingkungan yang selektif diaman lebih disukai bagi mikroorganisme tertentu. Kulit, saluran pernapasan, saluran gastrointestin, dan yang lainnya menyediakan kondisi kimia dan fisik yang sangat beragam dimana mikroorganisme yang berbeda dapat tumbuh secara selektif.

                                               DAFTAR PUSTAKA                  
Adams RA. 1989. rinciples of neurology. 4th ed. New York: McGraw Hill,(81-3 )
Aini, Fitri. 2013. Macam- macam Jenis vaksin dan Kegunaannya. (Online)
Alifuddin. 2002. Penyakit yang disebabkan Virus MBV (Monodon baculovirus). Lampung: Fakultas kedokteran Universitas Lampung.
Ertl HCJ, Xiang Z. 1996. Novel Vaccine Approaches. Journal of Immunology; 156(10):3579-3582.
Hilleman MR. 1995. DNA Vectors: Precedents and Safety. Annals New York Academy of Science; 772:1-14.
http://fitriinurraiini.blogspot.com/2013/08/macam-macam-jenis-vaksi dan-kegunaanya.html. Diakses pada tanggal 2 November 2014
Kusnadi,dkk.2003.Common TextBook MIKROBIOLOGI. Bandung: JICA.
Navon-Venezia1, Shiri , Leavit, Azita and Carmeli, Yehuda.2007. High tigecycline resistance in multidrug-resistant Acinetobacter baumannii. Faculty of Medicine, Tel Aviv University, Tel Aviv, Israel. (2007) 59, 772–774.
Nirmalasari, Irma. 2012. VIRUS. (Online) http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/05/13/n5im4i-penanganan-merscov- jangan-resahkan-masyarakat. Diakses pada tanggal 2 November 2014.
Pediatri, sari. 2001. Patofisiologi Infeksi Bakteri pada Kulit (online), diakses tanggal 29 Oktober 2014
Priyani,nunuk.tanpa tahun.Sejarah Penemuan Mikroba.Universitas Sumatera Utara
Ridwanas. 2012. Definisi Serum, Vaksin, Jenis Kekebalan Tubuh dan Pengaruh Bagi Kesehatan. (Online) http://ridwanaz.com/kesehatan/definisi-serum-vaksin-jenis-kekebalan-tubuh-dan-pengaruh-bagi-kesehatan/. Diakses pada tanggal 2 November 2014.
Rosenbaum, Patricia RNC, CIC.2010. Guidelines for the Elimination of Multidrugresistant Acinetobacter baumannii Transmission in Healthcare Settings.Cincinati USA Hospital.2010
Waluyo, Lud. 2012. Mikrobiologi Umum. Universitas Muhammadiyah Malang

Tidak ada komentar: