Minggu, 17 Agustus 2014

INDIKATOR GLOBAL WARMING

Dampak terjadinya pemanasan global antara lain adalah peningkatan suhu di tingkat lokal. Satu contoh kasus adalah peningkatan suhu lingkungan di daerah wisata Baturraden, kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Beberapa indikator yang menunjukan  bahwa suhu lingkungan Baturraden telah meningkat antara lain dapat dibaca dari hasil riset Sugeng Abdullah.


Berikut ini adalah hasil riset sederhana yang menunjukkan bukti bahwa Baturraden makin panas. Riset dimaksud tidaklah mengacu pada metode riset dengan kaidah-kaidah sampling yang ketat. Hasil riset dimaksud adalah hanya sekedar menampilkan hasil “Obrolan” antara penulis dengan orang-orang  yang tinggal di kawasan wisata Baturraden. Mereka adalah penduduk asli  atau pendatang yang bermukim lebih dari 20 tahun di Baturraden. Mereka tinggal di desa Karangmangu, Kemutug Kidul, Kemutug Lor, Karangtengah dan Ketenger. Mereka umumnya dari kalangan awam berusia diatas 40 tahun yang penulis temui secara kebetulan. Pengakuan secara subjektip dan testimoni  dari mereka  dapat diungkapkan :

Pertama. Dahulu mereka selalu menggunakan kerudung sarung atau pakaian tebal dan  tutup kepala yang menutupi telinga, ketika keluar rumah, terutama pada waktu pagi,  sore dan malam hari.  Hal ini dilakukan karena  udara  diluar dirasa sangat dingin. Sekarang sudah panas, sehingga mereka  lebih suka menggunakan pakaian yang tipis dan topi biasa. Bahkan diantara mereka ada yang lebih suka menggunakan kaos singlet saja.

Kedua. Dahulu mereka selalu merasa dingin/nyaman ketika berada di dalam rumah. Ketika tidur menggunakan selimut. Lubang-lubang angin  ditutup rapat.  Sekarang mereka merasakan sering  gerah dan berkeringat ketika didalam rumah. Udaranya makin panas, lubang angin dan jendela tidak lagi ditutup rapat.

Ketiga.  Dahulu ketika masih dingin nyaris tidak dijumpai adanya nyamuk. Sekarang makin banyak nyamuk karena makin panas.

Keempat. Dahulu tidak ada keluarga atau kantor yang menggunakan kipas angin atau AC. Sekarang makin banyak keluarga dan kantor yang menggunakan kipas angin dan memasang AC. Itu merupakan bukti udara makin panas.

Kelima. Dahulu nyaris setiap hari selepas  dhuhur selalu diselimuti kabut. Sekarang jarang sekali  adanya kabut, bahkan nyaris tidak ada kabut.

Keenam. Dahulu setiap hari,  hampir sepanjang  tahun selalu turun hujan, Sekarang makin jarang  turun hujan.

Ketujuh. Dahulu kaca jendela rumah sering mengembun. Sekarang kaca jendela  tidak ada embun, malah  kadang  terasa hangat.

Kedelapan:  dahulu nyaris tidak dijumpai penjual minuman es, tapi pada awal tahun 2000an mulai banyak penjual es keliling. Bahkan saat ini  makin beragam penjual es termasuk es degan.

Bukti ilmiah.
Fakta ilmiah mengenai Baturraden makin panas perlu dilacak dan ditampilkan kepada publik. Bukti-bukti itu diperkirakan  ada  tersimpan di kantor meteorologi atau di lembaga pendidikan atau di lembaga-lembaga penelitian. Melalui  penelusuran dengan membaca ceceran arsip laporan praktek mahasiswa  SPPH/PAM-SKL/APK/AKL Purwokerto, ternyata  kondisi suhu udara dilingkungan laboratorium/ kampus tersebut (yang berada  di desa Karangmangu)  dahulu dan sekarang dapat dibandingkan.

Suhu udara dilingkungan laboratorium / kampus SPPH/PAM-SKL/APK/AKL Purwokerto (sekarang Kampus 7 Poltekkes Semarang) dari tahun  1980 sampai sekarang dapat dilihat pada catatan berikut. Tahun 1980an  suhu udara minimal  16-20 oC  dan  maksimal  24-27 oC. Tahun 1990an  suhu udara minimal  16-22 oC  dan  maksimal  26 - 30 oC. Tahun 2000an suhu udara minimal  19-23 oC  dan  maksimal  27 - 31 oC.  Akurasi pengukuran suhu yang terekam dalam laporan praktek mahasiswa ini, tentu masih bisa diperdebatkan karena dilakukan  dengan alat ukur yang tidak terkalibrasi secara sah oleh lembaga yang berkompeten. Kendatipun begitu, data tersebut dapat dijadikan fakta bahwa suhu udara di Baturraden makin panas.

Implikasi terhadap gangguan kesehatan
Perubahan suhu udara yang makin panas, secara teoritis dapat memicu timbulnya penyakit dan gangguan kesehatan.  Udara yang makin panas juga merangsang berkembang biaknya serangga penular penyakit.  Nyamuk sebagai penular penyakit Demam Berdarah Dengue, Chikungunya, Malaria dan Filaria sangat diuntungkan dengan  suhu udara yang makin panas di Baturraden.  Kewaspadaan dini terhadap munculnya penyakit dan gangguan kesehatan  akibat suhu makin panas harus nyata-nyata ditindak lanjuti.

Dahulu kasus Demam Berdarah di Baturraden nyaris tidak ada, tetapi sekarang makin sering kita dengar warga Baturraden yang terkena  penyakit tersebut. Hal ini manjadi logis, karena makin banyak nyamuk Aedes akibat suhu makin panas. Penggunaan  AC di Baturraden makin banyak. Penggunaan AC  yang tidak benar dapat memicu penyakit dan gangguan pernafasan akibat bakteri Legiunella sp. Penyakit dan gangguan kesehatan lainnya yang berhubungan dengan peningkatan suhu lingkungan  di Baturraden perlu makin diwaspadai.



-----------------------------
*) Sugeng Abdullah, Dosen Poltekkes Semarang;  Wakil Ketua Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) Cabang Banyumas.

Tidak ada komentar: