Dulu ada istilah 'kotoran malam', yaitu tinja padat manusia yang harus diangkut tiap malam dari kolam penampungan. Pekerjaan ini dilakukan oleh sejumlah 'pekerja kotoran malam'. Mereka mengeruk dari kolam-kolam penampungan di sejumlah pusat pengumpulan dalam kota. Berdasarkan kenyataan seperti ini kemudian muncul istilah untuk menyebut kotoran manusia (tinja/fekal) dengan sebutan night soil.
Kakus tempat pembuangan tinja yang sekarang lebih dikenal sebagai WC atau toilet, sesungguhnya merupakan sarana yang amat vital bagi kehidupan modern. Toilet yang kita pakai saat ini sudah amat bervariasi mulai dari yang sederhana hingga yang canggih. Kedengaran sepele: KAKUS, JUMBLENG, TOILET, WC, REST AREA, ternyata teknologinya melalui evolusi yang lama dan panjang seiring dengan perkembangan kebudayaan manusia di berbagai belahan dunia.
Zaman Kuno, sudah ada Toilet sederhana di Lembah Indus, Mesopotamia, dan Tiongkok; sistem pembuangan limbah. Pada Zaman Kegelapan: Sanitasi buruk, kotoran dibuang sembarangan, wabah penyakit merajalela. Ketika Renaissance–Revolusi Industri: Inovasi toilet siram, sistem pembuangan limbah, dan kesadaran sanitasi meningkat. Era Modern: Sistem saluran limbah kota, toilet siram di rumah-rumah, dan teknologi sanitasi yang lebih baik. periode perkembangan sistem pembuangan tinja dari masa ke masa dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel Sejarah Pembuangan Tinja (Kakus/WC)
Tahun/Periode | Peristiwa/Kemajuan Utama |
---|---|
~2500 SM | Peradaban Lembah Indus (India/Pakistan): Sistem toilet pribadi dan umum dengan saluran pembuangan tanah liat di setiap rumah25. |
~2000 SM | Mesopotamia: Kursi dari bata di atas lubang pembuangan, pipa tanah liat untuk mengalirkan tinja1. |
202 SM–220 M | Dinasti Han (Tiongkok): Toilet dibangun di samping kandang babi; kotoran dijadikan pakan dan pupuk2. |
100 M | Romawi Kuno: Toilet umum besar, air mengalir terus-menerus, sistem pembuangan limbah kota23. |
500–1500 M | Zaman Kegelapan (Eropa): Kotoran dibuang dari jendela atau ke sungai; banyak penyakit akibat sanitasi buruk45. |
1584–1591 | Sir John Harrington: Menciptakan toilet siram pertama di Inggris, dipamerkan ke Ratu Elizabeth I23. |
1738 | J.F. Brandel: Memperkenalkan toilet siram tipe katup5. |
1775 | Alexander Cummings: Mengembangkan toilet dengan saluran leher angsa (S-trap), mencegah bau235. |
1778 | Joseph Bramah: Mengubah katup geser menjadi katup engkol pada toilet5. |
1850–1900 | Revolusi Sanitasi: Kota-kota di Eropa dan Amerika mulai membangun sistem saluran limbah modern35. |
1858 | The Great Stink (London): Bau limbah di Sungai Thames memaksa pembangunan sistem saluran limbah3. |
Akhir abad ke-19 | Toilet siram masuk ke rumah-rumah: Kloset siram lebih efisien, mengurangi pekerjaan pengangkut kotoran35. |
Abad ke-19 | Indonesia: Mulai mengenal toilet modern; sebelumnya buang hajat di sungai, kolam, atau lubang di pekarangan4. |
Abad ke-20–21 | Toilet modern: Penyempurnaan desain, penggunaan air lebih efisien, teknologi ramah lingkungan5. |
versi lain menjelaskan bahwa sejarah penggunaan kakus sedikit agak berbeda, misalnya seperti yang ditulis oleh Alexander Lumbantobing (liputan6.com) sebagai berikut :
Jamban pertama
Sepanjang sejarah, ada beragam teknik penyingkiran tinja. Bangsa Mesir Kuno memiliki sistem awal toilet di rumah-rumah mereka dengan menggunakan sistem aliran yang baru dipakai lagi sekitar seribu tahun kemudian.
Kalangan kelas atas bangsa Romawi Kuno juga memiliki kamar mandi pribadi dengan menggunakan pergerakan saluran air (aqueduct).
Toilet Ratu Elizabeth
Sebelum urbanisasi pada abad ke-19 menambah kepadatan penduduk kota, para pekerja malam melakukan sebagian besar tugas penyingkiran kotoran manusia di sejumlah kota Eropa dan Amerika Utara.
Ratu Elizabeth I merupakan orang pertama memiliki toilet siram setelah ayah, Sir John Harrington, menciptakan toilet yang dijulukinya 'The John'. Walaupun mulai dipergunakan kalangan ningrat, perlu 200 tahun hingga akhirnya dipergunakan menjadi sanitasi umum.
Pengangkut Kotoran Manusia
Menjadi pekerja malam kotoran manusia bukanlah jenis pekerjaan yang paling mewah. Namun bayarannya cukup tinggi dan bisa dilakukan paruh waktu sehingga menjadi tambahan penghasilan pekerjaan lain yang ‘lebih bersih’.
Para pekerja biasanya terbagi dalam tim yang terdiri dari empat orang, yakni pekerja lobang, pekerja tali, dan dua pekerja bak penampung. Pekerja lobang bertugas merangkak ke kolam penampungan untuk menyendok kotoran-kotoran ke dalam ember atau keranjang. Pekerja tali mengerek ember ke permukaan dan memberikannya kepada petugas bak yang membawa ember-ember itu ke kereta.
Selain risiko kesehatan, para pekerja ini bisa juga tercekik oleh uap kotoran.
Kolam kotoran
Kolam kotoran adalah sebuah ruang berdinding bata sedalam 1,8 meter dengan lebar kira-kira 1,2 meter. Idealnya, kolam tampungan ini ditempatkan sejauh mungkin dari rumah. Namun permukiman yang padat memaksa penempatan di ruang bawah tanah. Peraturan mengharuskan para pekerja malam kotoran manusia untuk memulai tugasnya setelah hari sudah malam agar tidak mengganggu penduduk sekitar dengan bebauan dari kolam penampungan ini. Di masa kini, kerap dikenal sebagai tangki septik.
Dung Wharf
Sejak abad pertengahan, kotoran malam hari ini memainkan peran penting untuk berkebun. Setelah diletakkan dalam kereta dorong, kotoran itu dibawa ke pinggiran kota untuk diolah menjadi pupuk.
Di London, ada sebuah kawasan yang dikenal sebagai Dung Wharf, yaitu tempat penampungan limbah untuk keperluan tanaman jualan.
Ada sejumlah perkakas khusus untuk melakukan tugas ini agar kotorannya meresap ke dalam tanah. Kotoran malam ini kerap dipadatkan menjadi bongkahan yang mudah dicacah dan disebarkan.
Kotoran hewan
Tentunya bukan hanya kotoran manusia yang bertebaran di jalan-jalan kota utama pada saat itu. Secara khusus, kotoran kuda termasuk yang sukar dibersihkan. Sebelum 1890-an, ada 1.000 ton kotoran kuda bertebaran di jalan-jalan Kota London setiap hari. Untuk kotoran kuda, anak-anak jalananlah yang berperan melakukan pembersihan.
Sistem Limbah
Kloset siraman air dipatenkan oleh Alexander Cummings pada 1775 dan mulai dipakai di rumah-rumah pribadi, tapi malah menambah persoalan penyingkiran limbahnya. Kloset air mula-mula terhubung langsung dengan kolam tinja karena tidak ada sistem utama untuk limbah. Dengan demikian, tugas pembersihan lagi-lagi dilakukan oleh para pekerja malam.
The Great Stink
Setelah orang makin menyadari hubungan antara pembuangan limbah secara ceroboh dengan penyakit, muncullah ketakutan berurusan dengan kotoran malam hari.
Pada 1872, pihak kota New York membayar Manhattan Odorless Excavating Company untuk memompa kotoran malam hari, tapi mesin mereka tidak banyak berguna di daerah-daerah yang sempit.
Pada 1858, kejadian The Great Stink di London memaksa pemerintah kota untuk menerapkan sistem limbah yang lebih efisien. The Great Stink adalah kejadian di mana bau tinja manusia di Sungai Thames yang membelah Kota London sudah keterlaluan sehingga pihak parlemen tidak tahan lagi. Sebagai catatan, gedung parlemen Inggris terletak tengah Kota London, di tepi Sungai Thames tersebut.
Pembangunan Sistem Pengelolaan Limbah
Di akhir Abad ke-19, kebanyakan kota besar telah membangun jaringan limbah. Chicago merupakan kota utama AS pertama yang menerapkan sistem limbah pada 1855. Disusul oleh New York dengan saluran limbah sepanjang 844 mil (1358 km) pada 1890-an. Kloset siram yang jauh lebih efisien memasuki pasar pada 1920-an sehingga para pekerja malam tidak diperlukan lagi.
Referensi :
1. Tak Terduga, Ini Sejarah Kakus dari Masa ke Masa - Global Liputan6.com
2. Hari Toilet Sedunia, Sejarah Toilet dan Perannya dalam Perkembangan Peradaban!
3. Sejarah Penemuan Toilet di Dunia | kumparan.com
4. Peradaban dari Jamban ke Jamban
5. Sejarah Toilet dari Masa ke Masa | Dari yang bikin shock sampai yang Wow !! - Griya Satria
Tidak ada komentar:
Posting Komentar