Kemarau panjang dan kekeringan tahun 2015 ini telah memicu kebakaran hutan dan bencana asap di
Sumatera dan Kalimantan. Kata para ahli, itu semua karena dampak dari El Nino. Para ilmuwan juga
menyatakan bahwa 75% El Nino akan
diikuti oleh La Nina, yang juga dapat
memicu bencana dahsyat. Dalam catatan di Indonesia, telah terjadi 8 kali La
Nina, yaitu tahun 1950, 1955, 1970, 1973, 1975, 1988, 1995 dan 1999.
Jika mengacu bahwa setelah
El Nino akan selalu diikuti La Nina, maka Indonesia harus bersiap
menyambut datangnya La Nina. Indonesia harus bersiap menghadapi bencana dahsyat berikutnya. Kedatangan La Nina dapat menimbulkan petaka di berbagai kawasan khatulistiwa,
termasuk Indonesia. Curah hujan berlebihan dapat menimbulkan banjir dan tanah longsor di
berbagai wilayah di Indonesia. Angin puting beliung ikut melengkapinya. Itulah “Nasib”
Indonesia. Lepas dari bencana satu, datang
bencana berikutnya. Indonesia memang
dikenal sebagai hypermart bencana. Artinya semua bencana ada di Indonesia.
Tinggal kita, mampukah mengantisipasinya ?.
La Nina datang, dikuti
bencana banjir, tanah longsor dan puting beliung. Dampak berikutnya
adalah persoalan sosial-ekonomi dan
kesehatan. Lazim sebuah bencana, maka bencama akibat La Nina akan menimbulkan banyak
korban harta dan manusia bahkan nyawa. Korban
atau pengungsi akibat bencana itu akan mengalami banyak penderitaan. Kelaparan,
kedinginan, hidup dan tidur berdesak-desakan, stress, dan gangguan
kesehatan adalah kenyataan yang harus
dialami. Ketidak-nyamanan hidup adalah dampak minimal dari La Nina.
Banjir, longsor dan angin ribut dapat menghancurkan beragam
sarana dan prasarana ekonomi dan kesehatan.
Sarana air minum dan sanitasi ikut
rusak, dampaknya layanan sanitasi kesehatan lingkungan nyaris tidak ada.
Akibatnya berbilang penyakit menular siap menjangkiti manusia, utamanya mereka yang memiliki tingkat kerentanan yang
tinggi, yakni anak-anak, ibu hamil/menyusui dan manula.
Curah hujan yang tinggi dan banjir dipastikan akan
mempengaruhi dinamika penyakit menular di Indonesia. Banjir dapat mencemari
sumber air minum, yang pada akhirnya akan menyebabkan naiknnya angka
kesakitan penyakit intestinal, penyakit
saluran pencernaan termasuk diare.
Banjir juga dapat menyebarkan bakteri Leptospira yang berasal dari kencing
tikus penyebab penyakit leptospirosis. Hujan yang berkepanjangan dapat menurunkan kondisi daya tahan tubuh
manusia, akibatnya mudah terkena
penyakit batuk pilek dan sejenisnya.
Hujan juga dapat menciptakan ekosistem mikro berupa tampungan air di sampah, kaleng dan kemasan
bekas, pelepah pohon, bonggol bamboo, dan lainnya. Ekosistem mikro ini
dapat menjadi tempat perindukan bagi nyamuk Aedes sp. Nyamuk ini akan
berkembang biak dan pada saatnya akan
menularkan penyakit demam berdarah dan chikungunya. Di tempat yang sama dapat
saja terjadi ledakan perkembangbiakan nyamuk
Culex penular penyakit kaki gajah atau filariasis. Jenis nyamuk
Anopheles tertentu juga akan berkembang biak, dan pada akhirnya dapat
menularkan penyakit malaria.
Beberapa saat setelah banjir surut, dimana-mana terdapat
sampah yang menumpuk. Sampah ini merupakan
tempat perindukan yang ideal bagi lalat. Lalat akan berkembang luar
biasa besar, dan dapat menularkan penyaki kolera, tifus, disentri, dan panyakit
perut lainnya.
Jika kita sudah tahu, La Nina segera hadir dengan beragam bencana
dan persoalan sosial, ekonomi dan kesehatan;
selanjutnya apa yang harus diperbuat. Para pengelola negeri ini tentu
harus melakukan antisipasi, demikian juga masyarakatnya. Pemerintah
harus melaksanakan tindakan preventif, mitigasi dan
kesiap-siagaan menghadapi bencana. Rencana kontingensi harus dibuat di level
kabupaten/kota. Masyarakat termasuk
ormas2 harus patuh terhadap
aturan-aturan pemerintah untuk
menghidari / mengatasi bencana, sambil terus memberikan kritik dan masukan kepada
penguasa negeri.
Kendatipun La Nina sering dihubungkan dengan banyaknya
bencana banjir dan longsor di Indonesia, sejatinya La Nina juga memberikan dampak positif. Saat terjadi La Nina suhu muka laut di barat
Samudera Pasifik hingga Indonesia menghangat. Kondisi ini mendorong ikan tuna
dari Pasifik
timur yang dingin bergerak masuk ke kawasan timur Indonesia. Nelayan di wilayah ini akan panen raya ikan tuna. (Sugeng Abdullah (2015))
timur yang dingin bergerak masuk ke kawasan timur Indonesia. Nelayan di wilayah ini akan panen raya ikan tuna. (Sugeng Abdullah (2015))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar