Selasa, 16 Juni 2009

Down Load Materi Kuliah

Link dibawah ini bermanfaat bagi para mahasiswa kesehatan. lingkungan dan kesehatan lingkungan.

bisa hanya sekedar baca atau bisa juga down load FULL TEXT, Gratis lagi.

Klik Saja disini http://www.scribd.com/Sugeng%20Abdullah SEMOGA BERMANFAAT

Kamis, 11 Juni 2009

Permiabilitas tanah

Alat dan Bahan :
- Pipet ukur
- Gelas ukur
- Tabung uji permiabilitas
- Oven / incubator
- Pasir / Tanah
- Air jernih

Cara Kerja :
- Siapkan tanah yang sudah dikeringkan
- Pasangkan kain tile (kain kasa/filter) pada alas tabung uji.
- Masukkan tanah kering kedalam tabung uji setebal minimal 40 Cm.
- Tutup kran pematus pada tabung uji
- Masukkan air jernih kedalam tabung uji sampai tanah dimaksud menjadi jenuh (Moisture / kelembaban 100%).
- Tambahkan air jernih sampai dengan volume tertentu (catat volumenya, misal: J ml)
- Buka kran pematus, kemudian tampung airnya. Catat lama pembukaan kran (misal: K menit). Catat pula volume air yang tertampung (misal: L ml).
- Catat sisa air jernih pada tabung uji (misal: S ml)
- Catat luas tabung uji (misal: A cm2)
- Hitung permiabilitas tanah (Pm) sbb.
Pm = L/K/A ml/menit/cm2

Porositas tanah

Alat dan Bahan :
- Pipet ukur
- Gelas ukur
- Oven / incubator
- Pasir / Tanah
- Air jernih

Cara Kerja :
- Siapkan tanah yang sudah dikeringkan
- Masukkan kedalam gelas ukur dengan volume tertentu. (catat volumenya, misal: X)
- Masukkan / teteskan air sedikit demi sedikit hingga permukaan air rata denganpermukaan tanah. (catat volume air yang digunakan, misal: Y)
- Hitung porositas tanah (P) dengan rumus :
Y
P = ------ x 100%
X

Periksa kekerasan pasir untuk saringan pasir

Alat dan Bahan :
- Pipet ukur
- Gelas ukur
- Oven / incubator
- Pengayak dengan diameter mess tertentu
- Pasir kwarsa (media filter)
- Asam sulfat pekat (H2SO4 )
- Air jernih

Cara Kerja :
- Pilih pasir yang akan diuji
- Pilih diameter tertentu dengan cara diayak
- Cuci dengan air hingga besih (air bekas cucian betul-betul jernih)
- Keringkan dalam oven (105oC)
- Masukkan pasir dengan volume tertentu kedalam gelas ukur (Catat volumenya, misal : A ml).
- Masukkan secara hati-hati larutan asam sulfat pekat kedalam gelas ukur hingga semua pasir terendam.
- Diamkan selama 24 jam
- Setelah 24 jam, kemudian asam sulfat dituang / isatkan.
- Psir dicuci dengan air hingga bersih (air bekas cucian betul-betul jernih)
- Amati volume pasir yang tersisa (catat volume sisa, misal : B ml)
- Hitung persentasi volume pasir yang keras, dengan rumus sbb. :
A - B
K = ----------- x 100%
A

Pemriksaan sanitasi tanah (telur parasit)

A. PENETAPAN LOKASI

Lokasi pengambilan sampel tanah adalah di halaman rumah-rumah penduduk misalnya di desa percontohan kesehatan lingkungan, P2LDT, daerah kumuh, desa nelayan, daerah transmigrasi dan lain-lain.
Lokasi pengambilan sampel adalah di lokasi yang ada program jambu. Prioritas lokasi adalah di halaman rumah penduduk yang diperkirakan belum semua anggota keluarganya menggunakan jamban.

Titik lokasi pengambilan sampel di tempat-tempat sebagai berikut :
a. Di dalam rumah, yang berlantai tanah perlu di ambil sampel tanah, seperti pada tempat-tempat yang dipakai pada ruang keluarga sekitar dapur dan kamar mandi.
b. Di halaman rumah, seperti sekitar tempat bermain anak-anak, sekitar jamban, halaman yang lembab atau di halaman rumah yang diperkirakan tercemar kotoran manusia.



B. PENGAMBILAN SAMPEL

Sampel tanah yang dimaksud adalah tanah permukaan. Tanah permukaan adalah bagian dari tanah yang berada pada permukaan. Bagian tanah ini diambil dengan mudah dengan cara pengerokan dengan sendok semen. Hal ini penting diketahui karena telur/larva cacing usus yang tersebar pada tanah adalah berada pada permukaan tanah.
1. Peralatan
Alat-alat yang dipergunakan untuk mengambil sampel adalah :
a. Garpu tanah
b. Sendok semen
c. Kantong plastik
d. Spidol
2. Cara Pengambilan
Setelah titik lokasi ditentukan lakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Bersihkan titik lokasi tersebut dengan farpu tanah dari dahan-dahan, rumput-rumput kering dan kerikil.
b. Siapkan kantong plastik kemudian diberi kode lokasi dan tanggal pengambilan sampel dengan spidol permanen.
c. Keroklah tanah permukaan pada lokasi tersebut seluas ± 40 x 40 cm2 dengan menggunakan sendok semen sebanyak ± 100 gram.
d. Ikatlah kantong-kantong plastik yang telah terisi dengan baik, untuk dikirim ke laboratorium. Jadi tiap rumah diperoleh 4 kantong sampel tanah.

E. PENGIRIMAN SAMPEL
Pengiriman sampel ke laboratorium hendaknya tidak lebih dari 7 hari. Dalam perjalanan hendaknya tidak terlalu panas.
Bila laboratorium puskesmas belum dapat melakukan pemeriksaan, dapat dikirim ke laboratorium Rumah Sakit, atau ke laboratorium lain yang terdekat.

F. PEMERIKSAAN SAMPEL
Sasaran
Sasaran pemeriksaan adalah telur dan larva cacing usus yaitu :
a. Telur untuk cacing : Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, cacing tambang
b. Larva untuk cacing : Strongiloides

Reagensia
Reagensi yang diperlukan :
a. Larutan hipoklorid 30%
b. Larutan Magnesium Sulfat (282 gr/liter)
c. Eosin
d. Aquadest

3. Peralatan
Alat-alat yang digunakan adalah :
a. Sendok tanah
b. Sentrifuse lengkap dengan tabung
c. Tabung reaksi dengan rak
d. Obyek glass (kaca benda)
e. Deck glass (kaca tutup)
f. Gelas ukur 1.000 ml
g. Steering rod (kaca pengaduk)
h. Hydrometer (pengukur BD)
i. Mikroskop
j. Kain kasa (5 cm x 5 cm)
k. Kaos kecil
l. Aplikator
m. Corong
n. Timbangan

4. Prosedur
a. Timbang sampel tanah yang telah dibersihkan dari kerikil dan daun-daunan (rumput-rumput kering) sebanyak 5 gram.
b. Masukkan tanah ini ke dalam tabung-tabung setrifuse.
c. Tambahkan 20 ml larutan hipokhlorit ke dalam tabung yang berisi tanah.
d. Aduk dengan steering rod hingga merata dan diamkan selama 1 jam.
e. Setelah semua rumah tabung dalam sentrifuse terisi semua, hidupkan sentrifuse dengan kecepatan 2000 rpm selama kurang lebih 2 menit. Lakukan kegiatan ini sampai 2 kali.
f. Setelah diputar selama 2 menit, buang cairan supernatant.
g. Endapan tanah yang ada ditambah dengan larutan MgSO4 yang telah disiapkan sampai mencapai lebih kurang ¾ volume tabung.
h. Putar lagi dengan sentrifuse dengan kecepatan 2500 rpm selama 5 menit.
i. Sentrifuse dihentikan, ambil tabung-tabung sentrifuse ini, tempatkan dalam rak yang telah tersedia.
j. Tambahkan larutan MgSO4 dengan BD 1.260 ke dalam tabung-tabung sentrifuse sehingga mencapai permukaan tabung dan permukaannya sedikit mengembung. Diamkan beberapa menit.
Pengaturan BD MgSO4 dapat dilakukan dengan penambahan air bila BD-nya tinggi sedangkan bila BD MgSO4 rendah (H.1.260) ditambah dengan larutan MgSO4.
k. Tutupkan deck glass kepada tiap-tiap tabung ini dan tunggu selama 30 menit. Jika ada telur dan larva cacing dalam tanah tersebut maka telur dan larva tersebut sudah mengapung dan menempel pada deckglass.
l. Pindahkan deck glass ini ke atas sebuah kaca benda (object glass). Jika perlu tambahkan eosin sebagai pewarna, maka sediaan telah siap.
m. Periksa sediaan ini di bawah mikroskop dan identifikasi telur/larva cacing usus yang ada.
n. Lakukan pemeriksaan terhadap semua sampel yang diterima.

F. INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN
Suatu titik lokasi dinyatakan positif (+) apabila paling sedikit 1 (satu) di antara keempat sediaan yang diperiksa dan titik lokasi tersebut positif telur atau larva cacing tersebut.

Uji sanitasi alat makan metode usap (swab)

Peralatan :
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Lampu bunsen
4. Lidi kapas/swab steril
5. Pipet ukur steril
6. Pipet filler
7. Cawan petri steril
8. Inkubator
9. Colony counter
10. Sarung tangan steril
11. Spidol
12. Formulir untuk pemeriksaan laboratorium
13. Gunting
14. Termos es / tas pembawa sampel

Bahan :
1. Larutan buffer phosphat steril
2. Media PCA (Plate Count Agar)
3. Kertas cellotape
4. Alkohol
5. Kapas
6. Karet
7. Label
8. Kertas aluminium foil
9. Korek api
10. Sampel alat makan atau alat masak

Cara Kerja :
Pengambilan sampel
1. Persiapkan sarung tangan yang steril untuk mengambil sampel alat makan atau alat masak.
2. Ambil alat makan atau alat masak yang akan diperiksa masing-masing diambil 4 – 5 buah tiap jenis yang diambil acak dari tempat penyimpanan.
3. Persiapkan catatan formulir pemeriksaan dengan membagi alat makan dan alat masak dalam kelompok-kelompok.
4. Persiapkan lidi kapas steril, kemudian buka tutup tabung reaksi dan masukkan lidi kapas steril kedalamnya.
5. Lidi kapas steril dalam tabung reaksi di tekan ke dinding untuk membuang airnya baru diangkat dan diusapkan pada setiap alat makan atau alat masak.
6. Permukaan alat makan atau alat masak yang diusap, cara melakukan :
- Cangkir dan gelas : permukaan luar dan dalam bagian bibir setinggi 6 mm.
- Sendok : permukaan bagian luar dan dalam seluruh mangkok sendok.
- Garpu : permukaan bagian luar dan dalam alat penusuk.
- Piring : Permukaan dalam tempat makanan diletakkan dengan menyilang siku-siku antara garis usapan yang satu dengan garis usapan kedua.
7. Setiap bidang permukaan yang diusap dilakukan 3 (tiga) kali berturut-turut.
8. Setiap satu alat menggunakan satu swab yang diusapkan dengan cara seperti pada butir 6.
9. Setelah melakukan usapan, lidi kapas dimasukkan ke dalam tabung reaksi, batang lidi kapas yang terkena tangan dipatahkan/diguntung, bibir tabung reaksi di panaskan, kemudian ditutup.
10. Tempelkan kertas label, tulis etiket dengan spidol yang menyatakan nama alat makan atau alat masak dan tempat diambilnya sampel.
11. Kirim segera ke laboratorium untuk diperiksa.

Pemeriksaan sampel
1. Aseptiskan tangan, meja dan alat kerja.
2. Ambil suspensi sebanyak 1 ml dan 0,1 ml masing-masing masukkan ke dalam cawan petri steril dan beri label.
3. Tuangkan media PCA sebanyak ± 15 ml atau 1/3 tinggi cawan.
4. Homogenkan membentuk angka 0 atau 8, tunggu sampai padat/membeku, bungkus dengan kertas pembungkus.
5. Inkubasi piaran dengan suhu 370C selama 2 x 24 jam.

Rumus :

Jml koloni/cm2 = ((koloni sampel/1ml) + (koloni sampel/0,1ml))/2 x 5 x (luas diusap/luas alat)

Pemeriksaan Bakteri Coliform (MPN)

Peralatan
1. Botol sampel steril
2. Pipet ukur 10 ml dan 1 ml steril
3. Pipet filler
4. Pembakar bunsen
5. Inkubator
6. Tabung reaksi
7. Tabung durham
8. Rak tabung reaksi
9. Timbangan
10. Mortar dan penggerus

Bahan :
1. Sampel makanan dan minuman
2. Media Lactosa Broth (LB)
3. Media Brillian Green Bile Lactose Broth (BGLB)
4. Alkohol
5. Kapas
6. Karet
7. Label
8. Kertas payung
9. Kertas aluminium foil
10. Korek api

Cara Kerja :
Uji Duga
1. Aseptiskan tangan, alat dan tempat kerja.
2. Bila sampel padat lakukan pengenceran. Timbang sampel sebanyak 10 gram masukkan ke dalam air pengencer 90 ml, sebagai pengenceran 10-1.
3. Ambil sampel masing-masing 10 ml masukkan ke dalam kelompok tabung 1/LBDS (double strenght lactose broth/laktosa cair konsentrasi 2 x lipat).
4. Ambil sampel masing-masing 1 ml masukkan ke dalam kelompok tabung 2/LBSS (single strength lactose broth/laktosa cair konsentrasi normal).
5. Ambil sampel masing-masing 0,1 ml masukkan ke dalam kelompok tabung 3/LBSS (single strength lactose broth/laktosa cair konsentrasi normal).
6. Homogenkan dan bungkus dengan kertas pembungkus.
7. Inkubasi semua piaraan pada suhu 370C selama 2 x 24 jam.
8. Amati piaraan itu setiap 24 jam. Apabila timbul gas dalam 24 jam menunjukkan uji positif dan apabila dalam 24 jam belum timbul gas dilanjutkan sampai dengan 2 x 24 jam. Apabila setelah 2 x 24 jam tidak terbentuk gas maka uji ini dikatakan hasilnya negatif yang berarti pula bahwa makanan atau minuman tidak tercemar coliform.

Uji Penegasan :
1. Aseptiskan tangan, alat dan tempat kerja.
2. Ambil tabung yang positif (adanya gelembung gas yang tertangkap oleh tabung durham) maupun yang meragukan.
3. Inokulasikan dengan jarum ose dari kelompok tabung 1/LBDS yang positif ke kelompok tabung 1/BGLB.
4. Inokulasikan dengan jarum ose dari kelompok tabung 2/LBSS yang positif ke kelompok tabung 2/BGLB.
5. Inokulasikan dengan jarum ose dari kelompok tabung 3/LBSS yang positif ke kelompok tabung 3/BGLB.
6. Homogenkan dan bungkus dengan kertas pembungkus.
7. Inkubasi semua piaraan pada suhu 370C selama 2 x 24 jam.
8. Amati piaraan itu setiap 24 jam. Apabila timbul gas dalam 24 jam menunjukkan uji positif dan apabila dalam 24 jam belum timbul gas dilanjutkan sampai dengan 2 x 24 jam. Apabila setelah 2 x 24 jam tidak terbentuk gas maka uji ini dikatakan hasilnya negatif yang berarti pula bahwa makanan atau minuman tidak tercemar coliform.
9. Catat angka kombinasi MPN dan MPN tabelnya.
10. Masukkan ke dalam rumus MPN sebenarnya.

MPN sebenarnya = MPN tabel x 1/faktor pengenceran n dari tabung tengah

Pemeriksaan pemanis sintetis

Peralatan :
1. Beaker glass
2. Pengaduk
3. Gelas ukur
4. Labu gondok
5. Statif
6. Cawan porselin
7. Tabung reaksi
8. Waterbath
9. Pipet tetes
10. Pipet ukur

Bahan :
1. Sampel minuman atau makanan
2. Larutan H2SO4
3. Larutan Eter
4. Larutan KNa Tartrat 3%
5. Larutan Nesler
6. Larutan NaNO2 10%
7. Larutan BaCL2 10%
8. Aquadest

Cara kerja :
1. Ambil sampel sebanyak 100 ml/gram.
2. Tambahkan larutan H2SO4 ± 0,5 ml sampai kondisi asam. (lakmus biru menjadi merah)
3. Masukkan sampel ke dalam labu gondok dan ektraksi dengan larutan Eter sebanyak 25 ml, lakukan sebanyak 2 (dua) kali.
4. Lapisan eter dipisahkan dan dikeringkan.
5. Tambahkan aquades sebanyak 10 ml.
6. Bagi dalam 2 bagian.

Pemeriksaan Sakarin
ü Masukkan 5 ml residu ke dalam tabung reaksi.
ü Tambahkan larutan KNa Tartrat 3% 0,5 ml.
ü Tambahkan larutan Nesler 0,5 ml.
ü Kocok dan amati. Apabila residu terbentuk larutan dan endapannya berwarna kuning berarti makanan atau minuman tersebut mengandung atau positif Sakarin.

Pemeriksaan Cyklamat
ü Masukkan 5 ml residu ke dalam cawan porselin
ü Tambahkan 5 tetes larutan NaNO2 10%.
ü Tambahkan 5 tetes BaCL2 10%.
ü Panaskan atau isatkan dalam waterbath selama 10 menit.
ü Bila terbentuk endapan putih berarti makanan atau minuman tersebut mengandung atau positif Cyklamat.

Pemeriksaan pewarna sintetis pada makanan

Peralatan :
1. Gelas kimia
2. Pengaduk
3. Sendok
4. Pinset
5. Krustang
6. Pipet ukur
7. Pipet tetes
8. Pipet filler
9. Kompor

Bahan :
1. Sampel makanan atau minuman
2. Larutan KHSO4 10%
3. Larutan NH4OH 10%
4. Larutan CH3COOH encer
5. Benang wool
6. Kertas lakmus biru dan merah

Cara Kerja
PEWARNA YANG DIPERBOLEHKAN
1. Ambil sampel makanan atau minuman yang telah diencerkan ± 50 ml.
2. Tambahkan larutan KHSO4 10% ± 0,5 ml sampai kondisi asam. (lakmus biru menjadi merah)
3. Panaskan sampai dengan mendidih
4. Bila telah mendidih tambahkan benang wool
5. Lanjutkan pendidihan selama 10 menit.
6. Ambil benag wool dan dicuci sampai dengan bersih.
7. Benang wool yang telah dicuci dibagi 2 (dua) bagian :
· 1 (satu) bagian benang wool ditetesi dengan larutan NH4OH 10% sehingga terjadi perubahan warna. Benang wool menjadi lebih kotor. Apabila terjadi perubahan tersebut makanan atau minuman tersebut mengandung atau positif pewarna alam.
· 1 (satu) bagian benang wool ditambah H2O ± 50 ml dan larutan NH4OH 10% ± 0,5 ml kemudian didihkan selama 10 menit. Setelah pendidihan selama 10 menit, benang wool diambil dan diganti dengan benang wool yang masih baru. Tambahkan larutan KHSO4 10% ± 0,5 ml lanjutkan pendidihan selama 10 menit. Apabila benang wool dan cairan berwarna maka makanan atau minuman tersebut mengandung atau positif pewarna sintetis yang diperbolehkan.

PEWARNA YANG TIDAK DIPERBOLEHKAN
1. Ambil sampel makanan atau minuman yang telah diencerkan ± 50 ml.
2. Tambahkan larutan NH4OH 10% ± 0,5 ml sampai kondisi basa. (lakmus merah menjadi biru)
3. Panaskan sampai dengan mendidih
4. Bila telah mendidih tambahkan benang wool
5. Lanjutkan pendidihan selama 10 menit.
6. Ambil benag wool dan dicuci sampai dengan bersih.
7. Masukan benang wool yang telah bersih ke dalam larutan CH3COOH encer ± 50 ml.
8. Panaskan sampai mendidih
9. Benang wool diambil dan diganti dengan benang wool yang masih baru.
10. Lanjutkan pendidihan sampai 10 menit.
11. Apabila cairan tidak berwarna dan benang wool berwarna maka makanan atau minuman tersebut mengandung atau positif pewarna sintetis yang tidak diperbolehkan.

Pemeriksaan parasit (telur cacing) pada sayuran

Peralatan :
1. Kerucut Imhoff volume 1 liter
2. Statif
3. Pipet tetes
4. Pipet ukur
5. Centrifuge dan tabungnya
6. Rak tabung
7. Pinset
8. Ember
9. Obyek glass
10. Cover glass

Bahan :
1. Larutan NaOH 0,2%
2. Larutan lugol 1%
3. Larutan eosin 1%
4. Aquadest
5. Sampel sayur-sayuran

Cara kerja :
1. Ambil sayuran secukupnya.
2. Rendam sayuran dalam 1 (satu) liter larutan NaOH 0,2%.
3. Diamkan selama 1 (satu) jam.
4. Setelah 30 menit sayuran digoyang-goyangkan dengan pinset lalu sayuran dikeluarkan.
5. Tuang larutan NaOH 0,2% ke dalam keruct Imhoff diamkan selama 1 (satu) jam.
6. Setelah 1 (satu) jam larutan bagian atas dibuang, sisakan 10 – 15 ml.
7. Masukan larutan NaOH 0,2% ke dalam tabung centrifuge lalu diputar dengan kecepatan 1500 rpm selama 15 menit.
8. Buang larutan bagian atas dan endapan bagian bawah diambil untuk diperiksa secara mikroskopis.
9. Ambil larutan lugol / eosin memakai pipet dan teteskan satu tetes pada obyek glass.
10. Ambil endapan dari tabung centrifuge satu tetes lalu teteskan pada obyek glass yang telah diberi lugol.
11. Tutup dengan hati-hati dengan cover glass (cairan harus merata dan tidak boleh ada gelembung udara).
12. Amati di bawah mikroskop.

Pemeriksaan Borak

Peralatan :
1. Waterbath
2. Kompor
3. Pemijar (Movel Furnace)
4. Cawan Porselin
5. Mortar dan penggerus
6. Pipet ukur
7. Rak Tabung Reaksi
8. Tabung Reaksi
9. Corong
10. Sendok
11. Pengaduk kaca
12. Timbangan

Bahan :
1. Kertas Saring
2. Kertas Curcuma
3. HCl 10%
4. Lakmus merah dan lakmus biru
5. Air kapur jenuh
6. Amoniak
7. Sampel makanan

Cara Kerja :
1. Bahan makanan atau minuman kurang lebih 20 gram (sebelumnya dihaluskan dulu) masukkan kedalam cawan porselin.
2. Tambahkan larutan kapur jenuh sampai basa (lakmus merah menjadi biru).
3. Isatkan dalam waterbath.
4. Panaskan di atas kompor.
5. Pijarkan sampai menjadi abu, kemudian kerjakan sebagai berikut :
a. Sebagian abu dimasukkan ke dalam tabung reaksi, tambahkan HCl 10% sampai menjadi asam, saring dengan kertas saring, celupkan kertas curcuma ke dalam air hasil saringan, jika kertas curcuma memerah kembali dengan asam tambahkan amoniak menjadi hijau biru tua maka dinyatakan adanya asam borat dan boraks.
b. Sebagian abu yang masih berada di dalam cawan ditambahkan 5 ml H2SO4 pekat, aduk sampai homogen hingga larutan menjadi asam (lakmus biru menjadi merah), tambahkan 10 ml Methanol kemudian nyalakan. Jika nyala api berwarna hijau maka dinyatakan adanya asam borat dan boraks.

SANITASI UDARA

Persiapan Bahan
Media NA steril dalam cawan petri.
Media PDA steril dalam cawan petri.
Larutan biru metil.
Pewarna gram.



Persiapan Alat
Gelas benda dan gelas penutup
Jarum spatula
Jarum ose
Pembakar bunsen
Inkubator
Colony – Counter

Cara Kerja
1. Buka media itu dan letakkan pada suatu ruangan selama 30 menit.
2. Setelah cukup waktu tutup cawan petri dikembalikan pada masing-masing cawan.
3. Inkubasi piaraan itu pada suhu 370C selama 2 x 24 jam.
4. Amati koloni yang tumbuh baik kapang (pada media PDA) maupun bakteri (pada media NA).
5. Buatlah preparat basah berwarna untuk kapang dan khamir dan pewarnaan gram untuk bakteri.
6. Amati tiap preparat di bawah mikroskop.
7. Tentukan jumlah jasad renik dari ruangan itu, dengan cara :
a. Perhatikan banyaknya agar yang dibuka pada suatu ruangan. Apabila ruangan itu besar media yang dibuka lebih banyak.
b. Banyaknya jasad renik di udara suatu ruangan adalah jumlah jasad renik yang jatuh pada permukaan seluas satu kubik kaki (feet) selama satu jam.
c. Hitung rata-rata jasad renik tiap satu cawan petri (NA dan PDA) dan jumlahkan. Ini berarti jumlah jasad renik tiap cawan petri.
d. Jumlah keseluruhan jasad renik dalam suatu ruang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Jumlah jasad renik ruangan = juml jasad renik tiap cawan x 60/30 x 144 in2/luas cawan in2

Sabtu, 04 April 2009

Penyehatan Air

Pemenuhan persyaratan fisik
Ø Tidak keruh (jernih), dapat dilakukan dengan : koagulasi- flokulasi, pengendapan (sedimantasi), penyaringan (filtrasi). Koagulan yang lazim dipakai diantaranya tawas, ferosulfat, ferichlorida, Poly Aluminium Chlorida (PAC), biji kelor.
Ø Tidak berwarna dapat dilakukan dengan : koagulasi-flokukasi berbasis silikon, aerasi.
Ø Tidak berbau / tidak berasa dapat dilakukan dengan : distilasi, ion exchange, filter karbon aktif / antrasit, aerasi, air stripping, deklorinasi dengan Na-thiosulfat.

Pemenuhan persyaratan kimia :
Ø Kondisi pH tidak ekstrim dapat dilakukan dengan penambahan larutan kapur untuk menaikan pH atau HCl untuk penurunan pH.
Ø Tidak mengandung Fe & Mn berlebihan dapat dilakukan dengan aerasi, filter pasir aktif media KMnO4 , filtrasi media MnO2, koagulasi-flokulasi (untuk Fe&Mn dalam bentuk senyawa organik), ion exchange.
Ø Tidak mengandung zat organik berlebihan dapat dilakukan dengan koagulasi kimia, aerasi, filtrasi.
Ø Tidak sadah dapat dilakukan dengan merebus air, ion exchange zeolit atau resin.
Ø Tidak mengandung CO2 agresif dapat dilakukan dengan kontak / filtrasi media marmer.
Ø Tidak salin dapat dilakukan dengan distilasi, freezing, demineralisasi, ion exchange, membran RO.
Ø Tidak mengandung logam berat dapat dilakukan dengan elektro coagulating, metal removal, distilasi, membran RO. Teknik ini dapat menghilangkan semua partikel terlarut, tersuspensi bahkan semua mineral juga dapat dihilangkan, sehingga air yang diolah menjadi setara air murni.
Ø Tidak mengandung racun dapat dilakukan dengan netralisasi racun, filter karbon aktif.
Ø Tidak kekurangan Mineral dapat dilakukan dengan penambahan mineral tertentu (mineral enrichment).

Pemenuhan persyaratan mikrobiologi
Ø Tidak terdapat Nematoda dapat dilakukan dengan filtrasi polister.
Ø Tidak mengandung patogen dapat dilakukan dengan disinfeksi menggunakan kaporit (Chlor), Na-hypoklorit, KMnO4, Ozon, radiasi UV-C, perebusan / pemanasan, Sodis.

Pemenuhan persyaratan Radioaktif
Hindarkan dari sumber radiasi pengion.


Sumber bacaan utama :
1. BPPT (1999), Kesehatan Masyarakat dan Teknologi Peningkatan Kualitas Air.
2. Linsley, RK dan Franzini, BJ. (1995), Teknik Sumber Daya Air, penerbit Erlangga Jakarta
3. Sugeng A (2005), CD-Kliping berita dan artikel dari internet
4. Salvato (1972), Environmental engineering & Sanitation, John Willy & Sons, NY.

Penyehatan Udara

Pemenuhan kualitas Fisik :
Ø Bebas debu menggunakan filter membran, filter polister, penangkap debu elektrik, exhauster.
Ø Bebas bau menggunakan filter karbon aktif, penyegar udara / parfum manual – konvesional maupun otamatis (parfum dispenser), filter plasma. Penyegar udara bisa dilakukan dengan menaruh bunga dalam ruangan, menyemprotkan parfum ruangan, membakar dupa ratus / kemenyan wangi dan sejenisnya.
Ø Over humidity menggunakan ventilator, bahan penyerap air (hygroskopis) seperti KOH, Silica gel.
Ø Temperatur dan kelembaban sesuai dengan kondisi kenyamanan tubuh dapat digunakan Fan / kipas angin, Blower, penyejuk udara (AC), pembuatan ventilasi silang dengan luasan yang sesuai.
Ø Bebas asap atau koloid sejenisnya menggunakan filter membran-karbon aktif, filter plasma (AC plasma).
Ø Bebas suara yang mengganggu dapat dilakukan dengan menghilangkan sumber suara atau penggunaan peredam suara.

Pemenuhan kualitas Kimia
Ø Bebas partikulat kimia, uap / gas kimia beracun dan berbahaya menggunakan filter plasma, ventilasi keluar setempat (exhauster), perangkap debu kimia, perangkap uap kimia (berupa tabir air, air mancur mini, dll), peletakan pot tanaman penyerap bahan B3 seperti tanaman Lidah Mertua, menjaga tekanan dalam ruangan lebih tinggi dari udara luar.

Pemenuhan kualitas Biologi
Ø Bebas patogen yang berupa virus, bakteri, tungau debu, serangga penghasil benang atau sejenisnya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan dan kelembaban ruangan.
Ø Bebas patogen dapat dilakukan sterilisasi ruangan dengan germisida, TEG, pemasangan filter UV, filter plasma.
Ø Bebas serangga melalui pembersihan secara rutin atau penyemprotan pestisida bila diperlukan atau pemasangan kasa jendela. Dapat juga dilakukan menggunakan dispenser pestisida (mat / liquid) otomatis, ultrasonic- electromagnetik.

Pemenuhan kualitas Radioaktif
Ø Bebas radiasi ionik dan radiasi non ionik dapat dilakuan dengan menghilangkan atau membatasi dan mengatur penggunaan sumber radiasi tersebut. Sumber radiasi ionik di rumah tangga antara lain kompor gas, air dari sumur artesis, material bangunan tertentu, lampu petromak. Sumber radiasi non ionik diantaranya photocopy, microwve, TV, HP, radioCB, Wireless, Listrik tegangan tinggi, Monitor komputer dan elektronik lainnya.

Sumber bacaan :
CD = Encarta Encyclopedia 2005, Environmental Biosfeer, World Book 2004, Hutchinson Edducational Encyclopedia 2000, Ensiklopedi Iptek YASAMAS 2005, Kliping Berita dan Artikel dari Internet.

Pemeiksaan Kapasitas Tukar Kation

Penetapan basa-basa tukar (Na+, K+, Ca2+, dan Mg2+) dan Kapasitas Tukar Kation (KTK) dapat dilakukan secara berurutan. Ekstraksi menggunakan prinsip pencucian unsur-unsur basa oleh suatu garam dalam suatu kolom tanah (perkolasi). Ekstraksi pertama menggunakan garam amonium asetat (CH3COO-NH4 atau NH4O Ac.) 1 N pH 7,0 akan mengenstrak semua kation-kation basa. Simpan ekstrak tersebut untuk penetapan basa-basa tukar (EKSTRAK I).
Setelah ekstraksi pertama misel tanah dijenuhi oleh ion NH4+. Selain berada di misel tanah, ion amonium juga menjenuhi larutan tanah. Untuk menghilangkan /membersihkan ion amonium yang berada pada larutan tanah, maka kolom perkolasi harus dibilas dengan alkohol 99%. Ekstrak dengan alkohol, dapat dibuang karena tidak digunakan dalam penetapan selanjutnya.
Setelah pencucian dengan alkohol dapat diyakini bahwa seluruh ion amonium hanya berada pada permukaan misel tanah. Prinsip ini yang nantinya digunakan untuk penetapan KTK. Ekstraksi dengan menggunakan KCL 0,1 N akan menggusur semua ion amonium yang ada pada permukaan misel. Ion NH4+ digantikan posisinya oleh ion K+. Ekstraksi dengan KCl 0,1 N akan digunakan dalam penetapan KTK (EKSTRAK II).
Hal yang perlu diperhatikan selama ekstraksi adalah jaga kolom perkolasi jangan sampai mengering, artinya proses pencucian harus berjalan kontinyu (tanah selalu tergenang) untuk mencegah terjadinga penguapan amonium.
Penetapan ion Na+ dan K+
Penetapan Na dan K menggunakan alat Flamefotometer dengan acuan deret standar masing-masing unsur Na dan K. Penentuan kadar Na dan K dihitung berdasarkan pada interpolasi dari garis hubungan (regesi) antara skala flamefotometer dengan standar Na dan K.
Bahan
Amonium Asetat (NH4OAc.) 1 N pH 7,0
Siapkan gelas beaker yang berisi sekitar 500 mL aquadest, tambahkan 57 mL asam asetat (CH3COOH) glasial 99,5 % dan 70 mL amoniak bd. 0,90 jadikan volume hingga 1 liter. Aduk (menggunakan stir magnetik) dan dinginkan. Atur pH larutan menjadi pH 7 dengan memberikan amoniak (jika pH <> 7)
Larutan Standar Na+ (100 ppm Na)
Timbang 0,1910 g KCl kemudian masukan kedalam labu ukur 1000 mL. Tambahkan aquades dan tetapkan menjadi 1 L.
Larutan Standar K+ (100 ppm K)
Timbang 0,1910 g KCl kemudian masukan kedalam labu ukur 1000 mL. Tambahkan aquades dan tetapkan menjadi 1 L.
Prosedur
Timbang 5 g tanah kemudian masukan kedalam tabung perkolasi. Tambahkan pengekstrak amonium asetat sebanyak 50 mL. Tampung hasil ekstraksi dalam gelas erlenmeyer 100 mL.
Setelah ekstrak didapatkan, masukan ekstrak kedalam labu ukur 50 mL dan tepatkan. Salin kembali ekstrak dari labu ukur ke tempat lain. Ekstrak ini disebut EKSTRAK I.
Siapkan instalasi pada alat Flamefotometer, antara lain : pasang kepala gas pada tabung LPG, hidupkan pompa, hidupkan Flamefotometer melalui tombol Power, buka panel gas pada Flamefotometer, tekan tombol ignition berkali-kali sampai api menyala di tungku pembakaran. Jika api tidak menyala, set keluarnya gas pada kran gas (kiri bawah) dan tekan tombol ignition berkali-kali.
Pilih jenis unsur yang akan diukur pada panel Flamefotometer (Na, K, dan Li) dengan jalan menarik atau mendorong panel sesuai dengan jenis unsurnya.
Jika memulai pekerjaan untuk analisa K, masukan larutan deret standar K yang terdiri dari 0, 10, 20, 30, dan 40 ppm K melalui selang flamefotometer. Buatlah garis regesi linier hubungan antara pembacaan skala flamefotometer dengan ppm K :
Y = bo + b1 X
Untuk: Y = skala flamefotometer
bo = intersep
b1 = slope
X = ppm K dari standar
Setelah pengukuran deret standar dilakukan, maka EKSTRAK I dimasukkan melalui selang dan baca skala flamefotometer. Masukan nilai skala dari sampel kedalam persamaan regesi linier di atas untuk mendapatkan ppm K.
Lakukan prosedur yang sama untuk menetapkan unsur Na dengan jalan merubah panel pada alat flamefotometer ke unsur Na.
Contoh perhitungan K-dd
5,0002 g tanah diekstrak dengan 50 mL NH4OAc. Kemudian ditetapkan dengan Flamefotometer. Jika diketahui hubungan antara ppm K (X) dan skala pembacaan (Y) adalah : Y = -0,6481 + 0,9259 X ; sedangkan pembacaan skala adalah 12 maka nilai X = (12 + 0,6481)/0,9259 = 13,6603 ppm K.
13,6603 ppm K = 13,6603 mg K/L = 13,6603/39 mmol K/L = 0,3502 mmol K/L = 0,3502 me K/L = 0,0175 me K/50 ml
Jadi nilai K-dd (me/100 g) :
0,0175 x 100/5,0002 = 0,35 me /100 g
Contoh perhitungan penetapan Na-dd:
5,0002 g tanah diekstrak dengan 50 mL NH4OAc. Kemudian ditetapkan dengan Flamefotometer. Jika diketahui hubungan antara ppm Na (X) dan skala pembacaan (Y) adalah : Y = -0,6481 + 0,9259 X ; sedangkan pembacaan skala adalah 12 maka nilai X = (12 + 0,6481)/0,9259 = 13,6603 ppm Na .
13,6603 ppm Na = 13,6603 mg Na /L = 13,6603/23 mmol Na /L = 0,5939 mmol Na/L
= 0,5939 me Na/L = 0,0297 me Na/50 mL
Jadi nilai Na-dd (me/100 g) :
0,0297 x 100/5,0002 = 0,59 me/100 g



Penetapan Ion Ca2+ dan Mg2+
Penetapan Ca dan Mg tukar (-dd) menggunakan larutan EKSTRAK I dari pencucian sampel menggunakan NH4OAc 1 N pH 7,0. Metode penetapan menggunakan prinsip titrasi balik dengan larutan Ca-standar (0,01 N). Sebelum proses titrasi, Ca dan Mg di dalam larutan tanah terlebih dahulu diikat oleh EDTA dari larutan di-natrium EDTA yang berlebih. Keberadaan ion-ion pengganggu, seperti Fe, Mn, dan P, sebelumnya harus di eliminir dengan menambahkan sedikit (10 tetes) larutan hidroksilamine-hidroklorida (NH2OH-HCl), kalium ferrosianida (K4Fe(CN)6), kalium sianida (KCN), dan trietanolamine (TEA). Indikator yang digunakan antara lain Eriochrome Black (EBT) untuk penetapan Ca+Mg dan indikator Calcon untuk penetapan Ca.
Bahan
Larutan Penyangga (Buffer)
Larutkan 67,5 g amonium klorida (NH4Cl) dalam 200 mL aquades. Tambahkan 570 mL amonium hidroksida (NH4OH) pekat dan encerkan larutan menjadi 1 liter dengan aquades.
Larutan di-natrium EDTA
Larutkan 2 g dinatrium EDTA (BM :372,254) dan 0,039 g magnesium clorida (MgCl2 6H2O) dalam aquades hingga volume 1 liter.
Larutan Ca-standart 0,01 N
Larutkan 0.5004 g kalsium karbonat yang kecil sekali Mg (telah dikeringkan pada 105oC) dalam 5 mL asam klorida (HCl) kira-kira 6 N dan encerkan menjadi 1 liter.
Larutan kalium sianida (KCN)
Larutkan 1 g KCN dalam 100 mL aquades
Larutan hidroksilamin-hidroklorida (NH2OH-HCl)
Larutkan 5 g NH2OH-HCl dalam 100 mL aquades
Larutan kalium ferrosianida (K4Fe(CN)6 .3H2O)
Larutkan 4 g K4Fe(CN)6 .3H2O dalam 100 mL aquades
Larutan trietanolamine (TEA)
Larutan pekat dan pro-analisis dengan merek dagang ®Tritiplex III
Larutan natrium hidroksida (NaOH) 10%
Larutkan 10 g NaOH dalam 90 mL aquades
Indikator Eriochrome Black (EBT)
Larutkan 0,2 g EBT dalam metanol. Buat larutan segar setiap 3 minggu.
Indikator Calcon
Larutkan 20 mg Calcon dalam 50 mL metanol. Buat segar setiap 1 minggu.
Prosedur
Pipet 5 mL Na2-EDTA dalam gelas erlenmeyer 100 mL. Tambahkan 15 mL larutan buffer dan 10 tetes masing-masing KCN, NH2OH-HCl, K4Fe(CN)6, TEA, dan indikator EBT sehingga larutan berwarna biru. Diamkan larutan tersebut agar reaksi-reaksi berjalan dan kemudian diitrasi dengan larutan Ca-standart 0,01 N. Titik akhir titrasi terjadi manakala warna larutan berubah dari biru menjadi keunguan. Catat pembacaan volume titrasi Ca-standart (Vblanko).
Pipet 2 mL larutan pada EKSTRAK I kemudian tambahkan 5 mL Na2-EDTA dalam gelas erlenmeyer 100 mL. Tambahkan 15 mL larutan buffer dan 10 tetes masing-masing KCN, NH2OH-HCl, K4Fe(CN)6, TEA, dan indikator EBT sehingga larutan berwarna biru. Diamkan larutan tersebut agar reaksi-reaksi berjalan dan kemudian diitrasi dengan larutan Ca-standart 0,01 N. Titik akhir titrasi terjadi manakala warna larutan berubah dari biru menjadi keunguan. Catat pembacaan volume titrasi Ca-standart (VCa+Mg).
Pipet 2 mL larutan pada EKSTRAK I kemudian tambahkan 5 mL Na2-EDTA dalam gelas erlenmeyer 100 mL. Tambahkan 2 mL larutan NaOH 10% dan 10 tetes masing-masing KCN, NH2OH-HCl, K4Fe(CN)6, TEA, dan indikator Calcon sehingga larutan berwarna biru. Diamkan larutan tersebut agar reaksi-reaksi berjalan dan kemudian diitrasi dengan larutan Ca-standart 0,01 N. Titik akhir titrasi terjadi manakala warna larutan berubah dari biru menjadi kemerahan. Catat pembacaan volume titrasi Ca-standart (VCa).
Ca+Mg (me/100 g) = (Vblanko – VCa+Mg) x N CaCO3 x 50/2 x 100/berat tanah
Ca-dd (me/100 g) = (Vblanko – VCa) x N CaCO3 x 50/2 x 100/berat tanah
Mg-dd (me/100 g) = (Ca+Mg) – Ca-dd
Conton Perhitungan Ca dan Mg :
Penetapan Ca+Mg . Penetapan Ca+Mg. 5,0002 g tanah diekstrak dengan 50 mL NH4OAc. Pipet 2 mL ekstrak dan masukan ke dalam erlenmeyer 100 mL kemudian tambahkan 15 mL larutan buffer dan 5 mL larutan Na2-EDTA (asumsi berlebih). Tambahkan masing-masing 10 tetes KCN, NH2OH-HCl, K4Fe(CN)6, TEA, dan indikator EBT. Titrasi larutan dengan Ca-std. 0,01 N menggunakan buiret mikro. Catat hasil tritrasi ketika larutan berubah warna dari biru ke ungu kebiruan. Jika diketahui titer CaCO3 standar pada saat penetapan Ca+Mg adalah 2,54 mL, maka me Ca+Mg/100 g adalah :
= (5,5 - 2,54) x 0,01 N x 50/2 x 100/5,0002 me/100 gr
= 14,80 me/100 gr
Penetapan Ca . Pipet 2 mL ekstrak dan masukan ke dalam erlenmeyer 100 mL kemudian tambahkan 5 mL larutan Na2-EDTA (asumsi berlebih) dan 2 mL NaOH 10 %. Tambahkan masing-masing 10 tetes KCN, NH2OH-HCl, K4Fe(CN)6, TEA, dan indikator Calcon. Titrasi larutan dengan Ca-std. 0,01 N menggunakan buiret mikro. Catat hasil tritrasi ketika larutan berubah warna dari biru ke ungu kemerahan. Jika diketahui titer CaCO3 pada saat penetapan Ca adalah 3,98 mL, maka me Ca/100 g adalah :
= (5,5 - 3,98) x 0,01 N x 50/2 x 100/5,0002 me/100 gr
= 7,60 me/100 gr
Pemisahan Ca-dd dan Mg-dd.
Jika diketahui :
- nilai Ca + Mg = 13,53 me/100 g
- nilai Ca-dd = 5,61 me/100 g
- nilai Mg-dd = 13,53 – 5,61 = 7,92 me/100 g
Penetapan Kapasitas Tukar kation
Kapasitas tukar kation diukur dengan prinsip pembebasan sejumlah ion amonium yang digunakan pada pengekstakan basa tukar dengan menggunakan KCL 0,1 N. Sebelum dicuci dengan larutan KCL, kolom tanah terlebih dahulu dicuci dengan alkohol (etanol) yang berfungsi untuk mencuci ion amonium yang berada pada larutan tanah. Ion amonium yang terlepas kemudian ditampung (EKSTRAK II). Ekstrak kemudian didestilasi dengan suasana basa
Bahan-bahan
Larutan KCl 0,1 N
Larutkan 7,46 g KCL dengan aquadest dalam labu ukur 1 liter sampai tanda garis
Larutan NaOH 40%
Larutkan 40 g NaOH dalam 60 mL aquades.
Larutan HCl Standar ± 0,01 N
Larutkan 2 g dinatrium EDTA (BM :372,254) dan 0,039 g magnesium clorida (MgCl2 6H2O) dalam aquades hingga volume 1 liter.
Larutan Asam Boraks (H3BO3) 2 %
Larutkan 2 g asam boraks dan tambahkan 98 mL aquadest.
Larutan Indikator Campuran MM dan BCG
Larutkan 1 g KCN dalam 100 mL aquades

Prosedur
1. Siapkan larutan penangkap amonium terlebih dahulu dan dipasang pada alat destilasi pada posisi selang tenggelam pada larutan. Larutan tersebut adalah 20 mL larutan asam boraks 2 % yang ditambahkan indikator campuran MM dan BCG sehingga muncul warna merah.
siapkan gelas destilasi yang terhubung dengan selang larutan penangkap. Pipet 20 mL larutan dari EKSTRAK II, kemudian masukan kedalam gelas destilasi. Tambahkan sekitar 20 mL larutan NaOH 40 % dan segera tutup sumbat selang kemudian letakan gelas keatas tungku pemanas.
Setelah semua alat terpasang, nyalakan pemanas sekitar 10 menit atau 5 menit dari saat larutan berubah dari merah ke hijau.
Setelah proses destilasi selesai, angkat larutan penangkap kemudian titrasi dengan larutan HCl standart.
Perhitungan
KTK (me/100 g) = Volume titer x N HCl x 50/20 x 100/berat tanah
Contoh Perhitungan Kapasitas Tukar Kation :
5,0002 g tanah diekstrak dengan 50 mL NH4OAc. dan jaga kondisi tanah agar tidak kering. Ketika larutan amoniun tersisa sedikit, tambahkan sekitar 50 mL alkohol 99 % untuk mencuci sisa amonium yang masih tersisa di larutan tanah. Hilangkan amonium yang ada pada kompleks pertukaran dengan menambahkan 50 mL KCl 0,1 N. Tampung dan tepatkan larutan dengan labu ukur 50 mL. Pipet 20 mL larutan untuk didestilasi dengan penangkap asam boraks. Hasil destilasi kemudian dititrasi dengan HCl standar 0,1 N dan ternyata memerlukan 2,5 mL. KTK tanah dapat dihitung sebagai berikut :
KTK (me/100 g) = 2,5 mL x 0,1 N x 50/20 x 100/5,0002 = 12,5 me/100 g

Selasa, 24 Februari 2009

Sanitarian Incar Jadi Operator IPAL ?

Meski masih diperdebatkan, namun tidak ada salahnya bila Sanitarian mengincar menjadi Operator IPAL, sebelum menjadi Supervisor. Paling tidak, kelak sudah punya pengalaman lapangan sebagai operator IPAL.

Untuk diketahui, bahwa operator IPAL juga harus trampil. Oleh karenanya harus mengikuti semacam pelatihan dengan kurikulum sbb. :
Kurikulum OP-Muda
Sub-topik

1. Dasar Pengelolaan Limbah Cair

Peserta akan memahami komponen pembentuk limbah cair, sumber-sumbernya, potensi pencemarannya, pengelolaan limbah cair terpadu, dan berbagai peraturan yang membatasi kita.
2. Operator IPAL

Peserta akan mendapatkan kesamaan pandangan tentang operator IPAL sebagai suatu profesi yang memiliki tugas dan tanggung jawab tertentu.
3. Keselamatan Kerja Operasi IPAL

Setiap pelaksanaan tugas O&M harus didasari oleh pertimbangan keselamatan kerja. Untuk itu, peserta akan diperkenalkan kepada berbagai jenis ancaman yang ada di IPAL dan jenis perangkat pelindung yang harus digunakan.
4. Dasar Instalasai Pengolahan Air Limbah

Peserta akan memilah IPAL menjadi beberapa bagian yang memiliki kesamaan fungsi. Yang terpenting memang bagian penanganan limbah cair, namun fungsi IPAL tidak akan berjalan dengan baik tanpa perhatian yang sama besar terhadap bagian IPAL lainnya.
5. O&M Unit Bagian Pengaliran

Bagian pengaliran dari suatu IPAL terdiri dari alat pengendali aliran, dan sistem perpompaan. Bahasan akan dilakukan tentang teori dasar, prinsip pengoperasiannya, dan permasalahan dari ke-2 anggota bagian ini.
6. O&M Unit Bagian Prasarana

Bagian Prasarana, yaitu Unit Penyiapan Larutan Konsentrat, akan dibahas mulai dari prinsip-prinsip larutan dan pencampuran bahan kimia sampai ke penentuan konsentrat Larutan Konsentrat.
7. O&M Unit Bagian Penanganan Limbah Cair

Pusat perhatian kita memang Bagian Penanganan Limbah Cair. Oleh karena itu pembahasan akan dilakukan dengan lebih intensif dan mencakup unit-unit Ekualisasi, Penyesuaian pH, Pengendapan Kimia, dan lumpur Aktif.
8. O&M Unit Bagian Penanganan Lumpur

Lumpur selalu dihasilkan oleh IPAL dan penanganannya juga membutuhkan teknik-teknik tersendiri. Dalam kesempatan ini, kita akan membahas tentang prinsip-prinsip pengelolaan lumpur yang disertai oleh beberapa contoh unit yang sering digunakan di Indonesia.
9. Pengumpulan Data Lapangan

Sub-topik ini merupakan bagian pertama dari topik Penyusunan Rencana O&M IPAL. Dalam paket ini, pembahasan hanya mencakup Pengenalan Bagian dan Kapasitas IPAL dan Analisa EfisiensiKerja Unit. Pelatihan ini akan dilakukan langsung di suatu lokasi IPAL.




Operator Profesional IPAL OP-Utama

Selain melanjutkan materi yang ada di paket OP-MUDA, modul-modul pelatihan dalam paket ini akan membantu peserta agar mampu menjalankan tugas :
· Pengelolaan (Manajemen) IPALmengelola aspek pembiayaan, SDM dan house-keeping IPAL dengan sebaik-baiknya.
· Penilaian Kinerja IPALmenilai kinerja IPAL dari berbagai aspek dan menduga batasan kemampuan optimal IPAL.




Kurikulum OP-Muda
Sub-topik

7. O&M Unit Bagian Penanganan Limbah Cair

Melanjutkan materi sebelumnya, pembahasan akan mencakup unit-unit Presiptasi Kimia Trickling Filter, Oxidation Ditch, dan Klorinasi
8. O&M Unit Bagian Penanganan Lumpur

Melanjutkan materi prinsip dasar penanganan lumpur, dalam kesempatan ini kita akan membahas tentang O&M unit Belt Filter Press dan Bak Penjemur Lumpur.
9. Pengumpulan Data Lapangan

Pembahasan sub-topik 9 dilanjutkan untuk memberikan paparan data pemantauan yang dibutuhkan untuk penyusunan rencana O&M.
10. Penyusunan Rencana O&M IPAL

Melanjutkan materi sub-topik 9, peserta akan diajak untuk mendiskusikan cara penentuan strategi O&M sampai ke pembuatan petunjuk operasi harian berdasarkan suatu strategi pengoperasian.
11. Pengelolaan Bagian IPAL

Peserta akan diberikan materi mengenai pengelolaan aset yang ada di IPAL, baik itu berupa peralatan, bahan, maupun bangunan.
12. Pengelolaan SDM IPAL

SDM yang baik akan memperingan tugas kita dalam melaksakan tugas O&M. Pembahasan diawali dengan alternatif organisasi yang ada, kemudian pemahaman tentang teknik peningkatan motivasi kerja.
13. Pengelolaan Biaya O&M IPAL

Tanpa kemampuan untuk menghitung biaya O&M yang benar, keputusan yang kita lakukan seringkali kurang tepat. Sub-topik ini akan mengajak peserta untuk secara langsung menghitung biaya O&M dan menyusun anggaran O&M untuk suatu strategi pengoperasian tertentu.
14. Kajian Kinerja IPAL

Peserta akan diajak untuk menilai kinerja suatu IPAL secara menyeluruh. Satu pertimbangan terpenting adalah biaya O&M untuk tiap satuan produk industri yang dihasilkan. Pelatihan ini akan dilakukan langsung disuatu lokasi IPAL.
15. Peningkatan Kinerja IPAL
Setiap IPAL memiliki batasan kinerja optimalnya yang jarang sekali diketahui. Sub-topik ini akan mengajak kita menerapkan teknik penentuan batasan kinerja optimal IPAL

Alat Makan Lolos Uji Sanitasi

Peralatan makan yang kita gunakan harus bersih, agar kita terhindar dari kemungkinan penularan penyakit. oleh karena itu perlu dilakukan uji sanitasi alat makan.

uji sanitasi alat makan lazimnya menggunakan uji ALT (Angka Lempeng Total) untuk mengetahui jumlah kuman yang ada di alat makan tersebut.

cara sederhana untuk memastikan alat makan kita bersih atau tidak, bisa dilakukan dengan uji kebersihan alat sbb. :

Menguji kebersihan secara fisik dapat dilakukan dengan cara :

1. Menaburkan tepung pada piring yang sudah dicuci dalam keadaan kering. Bila tepungnya lengket pertanda pencucian belum bersih.
2. Menaburkan garam pada piring yang kering, pertanda pencucian belum bersih.
3. Penetesan air pada piring yang kering. Bila air jatuh pada piring ternyata menumpuk/atau tidak pecah pertanda pencucian belum bersih.
4. Penetesan dengan alcohol, jika terjadi endapan pertanda pencucian belum bersih.
5. Penciuman aroma, bila tercium bau amis pertanda pencucian belum bersih.
6. Penyiraman. Bila peralatan kelihatannya kusam/tidak cemerlang berarti pencucian belum bersih.

Menguji kebersihan secara bakteriologi dilakukan dengan cara:

a) Pengambilan usapan kapas steril (swab) pada peralatan yang disimpan. Nilai kebersihan dihitung dengan angka sebagai berikut:
i. Angka kuman sebanyak-banyaknya 100/cm dari permukaan alat yang diperiksa
ii. Angka kuman E Coli harus 0/cm2

b) Pengambilan usapan kapas steril pada peralatan dilakukan segera setelah pencucian. Hal ini untuk menguji proses pencucian karena semakin lama akan semakin banyak terjadi pencemaran bakteri yang berasal dari udara dan akan memberikan penyimpangan lebih tinggi dari keadaan yang sebenarnya.

Okey, mudah bukan? bila Anda ingin tahun lebih lanjut anda bisa belajar / kuliah di JKL Purwokerto (KLIK saja)