Sabtu, 28 September 2024

Nama-nama bau (Kategori Aroma atau Bau pada Air Limbah)

"bau"  merupakan istilah umum yang merujuk pada sensasi yang dihasilkan oleh zat kimia yang menguap dan terdeteksi oleh indra penciuman manusia. Dalam konteks air limbah, bau seringkali dikaitkan dengan proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme.

Beberapa istilah spesifik yang sering digunakan dalam konteks bau air limbah antara lain:

  • Senyawa Organik Volatil (VOCs): Senyawa organik yang mudah menguap pada suhu kamar. VOCs ini seringkali menjadi penyebab utama bau pada air limbah. Contohnya: hidrogen sulfida, amonia, mercaptan, indol, dan skatol.
  • Odor: Istilah yang lebih formal untuk "bau". Dalam bidang lingkungan, odor sering diukur dan dievaluasi secara kuantitatif.
  • Threshold Odor Number (TON): Nilai ambang bau, yaitu jumlah volume udara yang dibutuhkan untuk mencairkan satu unit volume sampel air limbah sehingga bau yang dihasilkan tidak terdeteksi oleh indra penciuman manusia.
  • Odor Unit: Satuan untuk mengukur intensitas bau.
  • Malodor: Bau yang tidak sedap atau mengganggu.
  • Off-flavor: Rasa yang tidak enak pada air atau makanan yang disebabkan oleh kontaminasi senyawa berbau.
  • Putrefaction: Proses pembusukan bahan organik yang menghasilkan bau busuk.

Karakteristik Bau:

  • Intensitas: Kekuatan atau tingkat keparahan bau.
  • Kualitas: Jenis bau, misalnya: busuk, amis, tajam, manis.
  • Durasi: Lama waktu bau terdeteksi.

Pengukuran Bau

Untuk mengukur bau, biasanya digunakan metode organoleptik (menggunakan indra penciuman manusia) dan metode instrumen (menggunakan alat ukur). Beberapa metode pengukuran bau antara lain:

  • Metode panel penilai: Sejumlah orang dilatih untuk mengidentifikasi dan mengukur intensitas bau.
  • Metode dilusi: Sampel air limbah dicampur dengan udara bersih hingga bau tidak terdeteksi.
  • Metode kromatografi gas: Mengidentifikasi dan mengukur konsentrasi senyawa organik volatil.
  • Metode sensor elektronik: Menggunakan sensor untuk mendeteksi perubahan sifat fisik udara yang disebabkan oleh adanya senyawa berbau.

Secara umum, aroma atau bau pada air limbah dapat dikategorikan berdasarkan senyawa organik volatil (VOCs) yang dihasilkan dari proses dekomposisi. Berikut adalah beberapa kategori utama:

  1. Bau Belerang:

    • Penyebab: Terbentuknya hidrogen sulfida (H₂S) akibat penguraian protein oleh bakteri anaerob.
    • Ciri khas: Bau telur busuk, menyengat.
  2. Bau Amonia:

    • Penyebab: Adanya amonia (NH₃) yang dihasilkan dari penguraian senyawa nitrogen organik.
    • Ciri khas: Bau tajam, menyengat seperti urine.
  3. Bau Indol dan Skatol:

    • Penyebab: Adanya indol dan skatol yang dihasilkan dari penguraian asam amino triptofan.
    • Ciri khas: Bau feses, menyengat.
  4. Bau Asam:

    • Penyebab: Terbentuknya asam-asam organik seperti asam asetat, asam propionat, dan asam butirat akibat fermentasi karbohidrat.
    • Ciri khas: Bau asam, tajam.
  5. Bau Tanah:

    • Penyebab: Campuran berbagai senyawa organik yang dihasilkan dari dekomposisi bahan organik kompleks.
    • Ciri khas: Bau tanah basah, sedikit manis.
  6. Bau Lainnya:

    • Penyebab: Adanya senyawa organik lain yang spesifik, tergantung pada jenis limbah dan kondisi lingkungan.
    • Contoh: Bau amis dari limbah ikan, bau obat-obatan dari limbah farmasi.

Faktor yang Mempengaruhi Jenis Bau:

  • Jenis limbah: Limbah domestik, industri, atau pertanian memiliki karakteristik yang berbeda dan menghasilkan bau yang berbeda pula.
  • Kondisi lingkungan: Suhu, pH, kadar oksigen terlarut, dan keberadaan mikroorganisme akan mempengaruhi jenis dan intensitas bau.
  • Proses pengolahan: Proses pengolahan yang tidak sempurna dapat menyebabkan peningkatan bau.

 Bau pada air limbah umumnya disebabkan oleh adanya senyawa organik yang terurai oleh bakteri. Senyawa-senyawa ini menghasilkan gas-gas yang berbau tidak sedap. Berikut adalah beberapa bahan kimia yang sering menjadi penyebab bau pada air limbah:

NoNama Bahan KimiaRumus KimiaBau yang DitimbulkanBahan Penjerap Umum
1Hidrogen Sulfida (H₂S)H₂STelur busukKarbon aktif, besi oksida
2Amonia (NH₃)NH₃Amis, seperti urineZeolit, tanah liat
3Mercaptan (R-SH)Berbagai jenisBawang putih, kubis busukKarbon aktif, resin penukar ion
4IndolC₈H₉NTinjaKarbon aktif, ozon
5SkatolC₉H₉NFesesKarbon aktif, ozon

Penjelasan Singkat:

  • Hidrogen Sulfida (H₂S): Gas beracun dengan bau seperti telur busuk, sering dihasilkan dari penguraian protein oleh bakteri anaerob.
  • Amonia (NH₃): Gas berbau tajam seperti amonia, dihasilkan dari penguraian senyawa nitrogen organik.
  • Mercaptan: Kelompok senyawa organik yang mengandung gugus sulfhidril (-SH), memiliki bau yang sangat menyengat.
  • Indol dan Skatol: Senyawa organik heterocyclic yang memberikan bau khas pada feses.

Proses Terjadinya Bau

Bau pada air limbah umumnya terjadi karena adanya proses dekomposisi bahan organik oleh bakteri. Proses ini menghasilkan berbagai senyawa organik volatil (VOCs) yang memiliki bau yang khas.

Bahan Penjerap

Bahan penjerap digunakan untuk menyerap senyawa-senyawa penyebab bau. Beberapa bahan penjerap yang umum digunakan antara lain:

  • Karbon aktif: Memiliki luas permukaan yang sangat besar sehingga dapat menyerap berbagai jenis senyawa organik.
  • Zeolit: Mineral berpori yang dapat menyerap ion-ion amonia.
  • Tanah liat: Memiliki kemampuan menyerap yang baik, terutama untuk senyawa organik polar.
  • Besi oksida: Efektif untuk menghilangkan hidrogen sulfida.
  • Resin penukar ion: Digunakan untuk menghilangkan ion-ion logam dan senyawa organik polar.

Metode Pengolahan Lain

Selain menggunakan bahan penjerap, ada beberapa metode lain yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau pada air limbah, antara lain:

  • Ozonasi: Ozon merupakan oksidator kuat yang dapat mengoksidasi senyawa organik penyebab bau.
  • Aerasi: Proses pengaliran udara ke dalam air limbah untuk membantu pertumbuhan bakteri aerob yang dapat mengurai senyawa organik.
  • Biologi: Menggunakan mikroorganisme untuk mengurai senyawa organik menjadi senyawa yang lebih sederhana dan tidak berbau.

Penting untuk diperhatikan:

  • Pilihan metode pengolahan: Pemilihan metode pengolahan tergantung pada jenis dan konsentrasi senyawa penyebab bau, serta volume air limbah.
  • Kombinasi metode: Seringkali, kombinasi beberapa metode digunakan untuk mencapai hasil yang optimal.
  • Perawatan sistem: Sistem pengolahan air limbah perlu dirawat secara teratur untuk menjaga efisiensinya.

Catatan: Tabel di atas hanya memberikan gambaran umum. Jenis dan konsentrasi bahan kimia penyebab bau pada air limbah dapat bervariasi tergantung pada sumber air limbah. Untuk penanganan yang lebih spesifik, diperlukan analisis air limbah yang lebih detail.

Pemeriksaan COD (ditulis oleh Ki AI)

 Prosedur Pemeriksaan COD Air Limbah

COD adalah parameter yang digunakan untuk mengukur jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi semua zat organik yang dapat dioksidasi dalam sampel air, baik secara biologis maupun kimiawi. Berikut adalah prosedur umum pemeriksaan COD:

Alat dan Bahan:

  • Tabung refluks
  • Pipet volumetrik
  • Labu erlenmeyer
  • Kondensor
  • Pemanas listrik
  • Spektrofotometer UV-Vis
  • Larutan K2Cr2O7 (kalium dikromat) sebagai oksidator
  • Asam sulfat pekat (H2SO4)
  • Kristal perak sulfat (Ag2SO4) sebagai katalis
  • Larutan ferroin sebagai indikator
  • Larutan standar FeSO4 (besi sulfat) sebagai titran
  • Aquades
  • Sampel air limbah

Prosedur:

  1. Preparasi Reagen:

    • Siapkan larutan K2Cr2O7, H2SO4, Ag2SO4, ferroin, dan FeSO4 sesuai dengan konsentrasi yang telah ditentukan.
    • Panaskan campuran H2SO4 dan Ag2SO4 dengan hati-hati untuk melarutkan Ag2SO4.
  2. Pengambilan Sampel:

    • Ambil sampel air limbah yang akan diuji dalam jumlah yang sesuai dengan prosedur.
  3. Pencampuran:

    • Masukkan volume sampel yang telah ditentukan ke dalam labu erlenmeyer.
    • Tambahkan volume tertentu larutan K2Cr2O7 dan H2SO4 ke dalam labu erlenmeyer.
    • Tambahkan beberapa kristal Ag2SO4 sebagai katalis.
    • Tutup labu erlenmeyer dengan kondensor dan kocok hingga homogen.
  4. Pemanasan:

    • Panaskan labu erlenmeyer dalam tabung refluks pada suhu 150°C selama waktu yang telah ditentukan (biasanya 2 jam). Proses pemanasan ini bertujuan untuk mengoksidasi semua zat organik dalam sampel.
  5. Pendinginan:

    • Setelah pemanasan selesai, dinginkan labu erlenmeyer sampai suhu kamar.
  6. Titrasi:

    • Tambahkan beberapa tetes larutan ferroin sebagai indikator.
    • Titrasi larutan hasil reaksi dengan larutan standar FeSO4 hingga warna berubah dari hijau kebiruan menjadi coklat kemerahan.
  7. Perhitungan:

    • Hitung nilai COD berdasarkan volume titran FeSO4 yang digunakan dan faktor kalibrasi.

Perhitungan COD:

COD (mg/L) = (a - b) x N x 8000 / V
  • a = Volume titran untuk sampel (mL)
  • b = Volume titran untuk blanko (mL)
  • N = Normalitas larutan FeSO4
  • V = Volume sampel (mL)
  • 8000 = Faktor konversi

Catatan:

  • Keselamatan: Proses ini melibatkan asam sulfat pekat yang bersifat korosif. Selalu gunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, kacamata safety, dan jas lab.
  • Kalibrasi: Sebelum melakukan pengujian, kalibrasi alat dan larutan yang digunakan untuk memastikan akurasi hasil.
  • Standar Metode: Ikuti prosedur yang tercantum dalam standar metode yang berlaku, misalnya SNI atau metode standar lainnya.
  • Interferensi: Beberapa senyawa dapat mengganggu hasil pengujian COD, seperti klorida dan nitrit. Jika terdapat senyawa pengganggu, perlu dilakukan koreksi atau modifikasi prosedur.

Tujuan Pemeriksaan COD:

  • Mengetahui tingkat pencemaran organik dalam air limbah.
  • Memonitor kinerja sistem pengolahan air limbah.
  • Menentukan beban organik yang masuk ke badan air penerima.

Dengan mengetahui nilai COD, dapat dilakukan tindakan yang tepat untuk mengelola dan mengurangi beban pencemaran organik dalam air limbah.

Apakah Anda ingin tahu lebih lanjut tentang parameter lain dalam pengujian kualitas air atau aspek lain dari pengolahan air limbah?

Disclaimer: Prosedur di atas merupakan garis besar umum. Prosedur yang sebenarnya dapat bervariasi tergantung pada metode yang digunakan dan jenis sampel air limbah. Selalu rujuk pada prosedur standar yang berlaku.

Pembuatan air murni untuk HD

 Kronologi Pengolahan Air Murni untuk Hemodialisis

Proses pengolahan air untuk hemodialisis sangat krusial karena kualitas air yang digunakan secara langsung akan berdampak pada kesehatan pasien. Air yang digunakan dalam proses hemodialisis harus sangat murni dan bebas dari kontaminan, baik organik maupun anorganik.

Berikut adalah tahapan umum dalam proses pengolahan air untuk hemodialisis:

  1. Pengambilan Air Baku:

    • Air baku biasanya diambil dari sumber air bersih seperti air sumur dalam, air PAM, atau sumber air permukaan yang sudah diolah.
  2. Pre-Treatment:

    • Penyaringan kasar: Air baku melalui saringan kasar untuk menghilangkan partikel-partikel besar seperti pasir, lumpur, dan karat.
    • Penjernihan: Proses ini bertujuan untuk menghilangkan kekeruhan dan zat organik dalam air. Metode yang umum digunakan adalah koagulasi-flokulasi, sedimentasi, dan filtrasi.
    • Penghilangan zat besi dan mangan: Zat besi dan mangan dapat menyebabkan pengendapan dan mempengaruhi kinerja membran. Proses yang umum digunakan adalah oksidasi dan filtrasi.
  3. Reverse Osmosis (RO):

    • Proses inti: RO merupakan teknologi membran yang sangat efektif dalam menghilangkan ion-ion terlarut, bakteri, virus, dan molekul organik dari air. Tekanan tinggi mendorong air melewati membran semipermeabel, sehingga hanya molekul air yang dapat melewati membran.
    • Konsentrat: Sebagian air akan tertahan sebagai konsentrat dan dibuang.
  4. Post-Treatment:

    • Deionisasi: Proses ini bertujuan untuk menghilangkan ion-ion sisa yang masih tertinggal setelah proses RO. Metode yang umum digunakan adalah penukar ion.
    • Ultraviolet (UV): Sinar UV digunakan untuk membunuh mikroorganisme yang mungkin masih ada dalam air.
    • Ozonasi: Ozon digunakan sebagai disinfektan yang kuat dan dapat menghilangkan zat organik yang sulit dihilangkan dengan metode lain.
  5. Distribusi:

    • Air murni yang telah diolah kemudian didistribusikan ke mesin hemodialisis untuk digunakan dalam proses dialisis.

Pentingnya Kualitas Air untuk Hemodialisis:

  • Kesehatan pasien: Air yang terkontaminasi dapat menyebabkan infeksi pada pasien hemodialisis.
  • Kinerja mesin: Kualitas air yang buruk dapat menyebabkan kerusakan pada membran dialisis dan komponen mesin lainnya.
  • Efisiensi proses dialisis: Air murni memastikan proses dialisis berjalan optimal dan efektif dalam membersihkan darah pasien.

Monitoring Kualitas Air:

Kualitas air hasil olahan harus terus dipantau secara berkala untuk memastikan memenuhi standar yang telah ditetapkan. Parameter yang umum diukur meliputi:

  • Konduktivitas: Menunjukkan total kandungan ion dalam air.
  • pH: Tingkat keasaman atau kebasaan air.
  • Total Dissolved Solids (TDS): Jumlah zat padat terlarut dalam air.
  • Bakteri: Jumlah koloni bakteri dalam air.
  • Endotoksin: Toksin yang dihasilkan oleh bakteri Gram-negatif.

Kesimpulan:

Proses pengolahan air murni untuk hemodialisis merupakan proses yang kompleks dan membutuhkan teknologi yang tepat. Kualitas air yang sangat murni sangat penting untuk menjamin keselamatan dan keberhasilan terapi hemodialisis.


---------------

Note: Tulisan diatas dibuat oleh mesin AI


Jumat, 20 September 2024

Poin-Poin Utama Terkait Perubahan Iklim

 

Isu-Isu

  • Kenaikan permukaan laut dan peningkatan banjir akan memengaruhi layanan pengumpulan dan pengolahan sampah rutin serta akses ke lokasi pembuangan.
  • Gelombang panas dan peristiwa cuaca ekstrem lainnya akan meningkatkan beban pada fasilitas kesehatan, meningkatkan produksi sampah, dan memperpanjang waktu penyimpanan sampah sebelum dibuang.
  • Biaya bahan bakar dan energi akan meningkat.
  • Pola penyakit geografis akan berubah.
  • Konsekuensi kesehatan yang lebih besar akan terjadi akibat peningkatan kemungkinan pergerakan populasi skala besar.

Opsi Tanggapan

  • Hindari menempatkan lokasi penanganan dan pembuangan sampah di lokasi yang rentan banjir.
  • Pastikan jarak ekstra selama perencanaan dan desain antara konstruksi bawah tanah (tempat pembuangan sampah, sistem septik, lubang kompos) dan muka air bawah tanah.
  • Pertimbangkan kemungkinan terputusnya layanan pengumpulan sampah akibat banjir saat merencanakan kebutuhan penyimpanan dan pengolahan sampah untuk fasilitas terpencil.
  • Rencanakan periode penyimpanan yang lebih singkat selama gelombang panas.
  • Pasang kontrol suhu di area penyimpanan sampah, mengingat peristiwa cuaca ekstrem dapat menyebabkan pemadaman listrik.
  • Pilih opsi pengolahan sampah yang hemat energi.
  • Pasang sumber energi terbarukan jika memungkinkan.
  • Kurangi kebutuhan sumber daya secara keseluruhan melalui praktik pengurangan sampah.
  • Kembangkan rencana kontingensi untuk dampak yang mungkin terjadi pada tingkat fasilitas, regional, nasional, dan internasional.

Kamis, 19 September 2024

Pertanyaan Kunci Rencana Kontingensi Darurat- Bencana

 Rencana kontingensi harus menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

  • Standar apa yang akan digunakan untuk memandu suatu tanggapan? Apa kriteria yang akan digunakan untuk menilai situasi dan menentukan tindakan yang tepat?
  • Apa kapasitas saat ini dari lembaga atau organisasi untuk merespons? Apakah mereka memiliki sumber daya manusia, peralatan, dan infrastruktur yang cukup untuk menangani situasi?
  • Apa pengaturan penilaian awal yang diperlukan? Bagaimana situasi akan dinilai secara cepat dan akurat untuk mengidentifikasi kebutuhan?
  • Tindakan apa yang akan diambil sebagai tanggapan langsung terhadap situasi? Apa langkah-langkah awal yang akan diambil untuk mengatasi masalah?
  • Siapa yang melakukan apa dan kapan? Siapa yang mengkoordinasikan dan memimpin? Bagaimana peran dan tanggung jawab masing-masing pihak akan dibagi dan siapa yang akan bertanggung jawab atas koordinasi keseluruhan?
  • Sumber daya apa yang dibutuhkan? Apa jenis dan jumlah sumber daya yang diperlukan untuk merespons situasi, seperti personel, peralatan, dan dana?
  • Bagaimana aliran informasi antara berbagai tingkat (lokal dan nasional)? Bagaimana informasi akan dibagikan dan dikoordinasikan antara berbagai pihak yang terlibat?
  • Apakah tindakan persiapan spesifik telah disepakati dan dipraktikkan? Apakah telah dilakukan latihan atau simulasi untuk memastikan kesiapan dalam menghadapi situasi darurat?

Metode Pembuangan Limbah Farmasi (situasi darurat)

 


Metode PembuanganJenis Limbah FarmasiKomentar
  • Kembalikan ke donor atau produsen, transfer lintas batas
  • Semua limbah farmasi curah, terutama antineoplastik
  • Biasanya tidak praktis – prosedur lintas batas dapat memakan waktu
  • Tempat pembuangan sampah kota yang disanitasi
  • Kuantitas terbatas dari padatan yang tidak diolah, semi-padatan, dan bubuk
  • Imobilisasi limbah farmasi lebih disukai sebelum pembuangan
  • Tempat pembuangan sampah kota yang direkayasa
  • Padatan, semi-padatan, dan bubuk
  • Imobilisasi padatan, semi-padatan, dan bubuk lebih disukai sebelum pembuangan
  • Tempat pembuangan terbuka, tidak terkendali, tidak direkayasa
  • Padatan yang tidak diolah, semi-padatan yang tidak diolah, dan bubuk yang tidak diolah
  • Sebagai upaya terakhir, padatan yang tidak diolah, semi-padatan, dan bubuk yang tidak diolah harus segera ditutup dengan sampah kota
  • Incinerasi suhu tinggi dengan suhu lebih dari 1200 °C
  • Padatan, semi-padatan, bubuk, antineoplastik, dan zat terkendali
  • Mahal, terutama untuk insinerator yang dibangun khusus
  • Incinerasi suhu menengah dengan insinerator berruang ganda, suhu minimal 850 °C
  • Padatan, semi-padatan, bubuk, dan zat terkendali (jika tidak ada insinerator suhu tinggi)
  • Antineoplastik paling baik dibakar pada suhu tinggi
  • Pembakaran dalam wadah terbuka
  • Kemasan, kertas, dan kardus
  • Sebagai upaya terakhir
  • Saluran pembuangan atau aliran air yang cepat
  • Cairan encer, sirup, cairan intravena, sejumlah kecil disinfektan encer (diawasi)
  • Tidak disarankan untuk antineoplastik, disinfektan atau antiseptik yang tidak encer
  • Dekomposisi kimia
  • NA
  • Tidak disarankan kecuali ada keahlian dan bahan khusus

Sumber: WHO (1999)

  • NA: tidak berlaku
  • PVC: polivinil klorida