Kaporit dan sejenisnya telah banyak dipakai untuk kegiatan desinfeksi atau sterilisasi air minum, kolam renang, spa, kandang, ambing payudara hewan (susu),
Efek toksik dari kalsium hipoklorit utamanya bergantung pada sifat korosif hipoklorit. Jika sejumlah kecil dari pemutih (3-6% hipoklorit) tertelan (ingesti), efeknya adalah iritasi pada sistem gastrointestinal. Jika konsentrasi pemutih yang tertelan lebih besar, misalnya hipoklorit 10% atau lebih, efek yang akan dirasakan adalah iritasi korosif hebat pada mulut, tenggorokan, esofagus, dan lambung dengan pendarahan, perforasi (perlubangan), dan pada akhirnya kematian. Jaringan parut permanen dan penyempitan esofagus dapat muncul pada orang-orang yang dapat bertahan hidup setelah mengalami intoksikasi (mabuk hipoklorit) hebat.
Gas klorin yang terlepas dari larutan hipoklorit terhirup (inhalasi), efek yang akan muncul adalah iritasi pada rongga hidung, sakit pada tenggorokan, dan batuk.
Kontak dengan larutan hipoklorit kuat dengan kulit akan menyebabkan kulit melepuh, nyeri bakar, dan inflamasi. Kontak mata dengan larutan pemutih konsentrasi rendah menyebabkan iritasi ringan, tetapi tidak permanen.
Larutan dengan konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan luka mata parah. Pengaruh hipoklorit dalam level rendah pada jangka waktu lama dapat menyebabkan iritasi kulit.
Belum diketahui apakah pengaruh klorin memiliki efek pada kemampuan reproduksi. International Agency for research on Cancer (IARC) telah menetapkan bahwa garam hipoklorit tidak diklasifikasikan bersifat karsinogenik terhadap manusia. Anak-anak mungkin terpengaruh kalsium hipoklorit dengan jalur yang sama dengan orang dewasa. Tidak diketahui apakah anak-anak berbeda dengan orang dewasa terkait dengan suseptibilitasnya terhadap kalsium hipoklorit. Secara umum, anak-anak dapat lebih berisiko terhadap bahan korosif daripada orang dewasa. Belum diketahui juga apakah kalsium hipoklorit dapat menyebabkan cacat lahir atau efek pada perkembangan tubuh lainnya.
Sekilas bahaya kaporit:
Penambahan kaporit ke dalam air akan menghasilkan senyawa kimia sampingan yang bernama Trihalometana (THM). Senyawa ini banyak diklaim oleh para pakar air di luar negeri sebagai penyebab produksi radikal bebas dalam tubuh ( mengakibatkan kerusakan sel dan bersifat karsinogenik ).
Penelitian lain di Hartford, Connecticut, AS menemukan "Wanita dengan kanker payudara mempunyai kadar organochlorines (zat sampingan klorinasi) lebih tinggi hingga 50-60% lebih tinggi di dalam jaringan payudaranya dibanding mereka yang tidak mempunyai kanker.
Fakta yang lebih mengejutkan adalah bahwa efek negatif kaporit terhadap tubuh manusia sebanyak 70% bukan masuk melalui air yang diminum, melainkan dari uap klor (kloroform) dalam kaporit yang terhirup saat mandi, ditambah dengan penyerapan kaporit melalui kulit. Hal ini terutama saat mandi dengan air hangat. Selain meningkatkan jumlah kaporit yang menguap, air hangat juga membuka pori-pori kulit. Dengan demikian kaporit terhirup dan terserap kulit dan langsung masuk ke pembuluh darah
sumber : http://www.purewatercare.com
Senin, 16 Desember 2019
Senin, 30 September 2019
Efisiensi Removal Logam Berat pada IPAL Lumpur Aktif
Tabel : Efisiensi Removal
Logam Berat pada IPAL Lumpur Aktif
No
|
Logam Berat
|
Efisiensi (%)
|
|
|
|
1
|
Al
|
<20 font="">20>
|
2
|
Mo
|
<20 font="">20>
|
3
|
As
|
<20 font="">20>
|
4
|
Pb
|
20 -50
|
5
|
Mn
|
20 - 50
|
6
|
Ag
|
20 - 50
|
7
|
Cd
|
>50
|
8
|
Fe
|
>50
|
9
|
Cr
|
>50
|
Sumber : Ashish Agarwal (2018), “Waste WaterTreatment
Process”.
Minggu, 15 September 2019
Pengambilan Sampel Air (Bakteriologis)
PENGAMBILAN SAMPEL AIR SECARA MIKROBIOLOGIS
A. DASAR TEORI
Penggunaan air khususnya air minum dan air bersih dalam kehidupan sehari-hari harus memenuhi syarat-syarat kesehatan, termasuk syarat mikrobiologis. Hal itu dikarenakan bahwa air minum dapat menjadi media pembawa penyakit terutama penyakit perut (gastroenteritris). Air merupakan benda yang mudah tercemar, tidak terkecuali oleh tinja. Untuk mengetahui bahwa sumber air telah tercemar oleh tinja dapat dilakukan dengan cara menguji adanya bakteri Coliform dalam sumber air tersebut. Hal ini karena Coliform merupakan bakteri yang hidup dalam usus manusia dan hewan berdarah panas lainnya yang keluar bersama tinja. Air yang terkontaminasi oleh Coliform menunjukkan bahwa air tersebut telah tercemar oleh tinja dan identik dengan terkontaminasi oleh pathogen yang berada dalam usus menusia dan hewan berdarah panas lainnya.
Untuk menguji kualitas air secara mikrobiologis, tidak perlu menguji semua jasad renik yang ada dalam air tersebut. Pengujian yang dilakukan cukup hanya dengan menguji adanya Coliform saja. Air yang terkontaminasi oleh Coliform menunjukkan bahwa kualitas mikrobiologis air tersebut buruk. Mekanisme pemeriksaan kualitas air bersih atau air minum secara mikrobiologis ada 3 langkah penting yaitu pengambilan sampel yang representative, transport serta pengawetan sampel dan analisis di laboratorium. Maksud dari pengambilan sampel adalah mengumpulkan volume dari suatu sumber air yang akan diteliti dengan jumlah sekecil mungkin, tetapi mewakili (representative) yaitu masih mempunyai sifat-sifat yang sama dengan sumber air bersih tersebut.
Berberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan sampel air secara mikrobiologis adalah sebagai berikut:
1. Wadah/ Botol Sampel
Pengambilan sampel secara mikrobiologis diperlukan volume sampel air minimal 100 ml. oleh karena itu botol sampel harus berukuran besar dan bermulut lebar, minimal bervolume 200 ml. hal ini dimaksudkan apabila botol diisi dengan 100 ml sampel air, maka masih terdapat rogga atau ruang udara untuk mengocok air sampel air sampel air sebelum dianalisis sehingga penyebara jasad renik dapat merata. Botol sampel harus dalam keadaan steril. Sebelum disteril botol sampel harus ditutup kapas dahulu dan dibungkus dengan dengan kertas paying. Botol kemudian disterul dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121°C, tekanan 1 Atm selama 15 menit. Botol sampel harus disesuaikan dengan sumber air bersih yang akan diambil.
· Sumur gali, reservoie dan sejenisnya perlu menggunakan botol sampel yang bertali dan pemberat.
· Sumur pompa, kran/perpipaan : langsung menggunakan wadah/botol sampel tanpa tali dan pemberat
· Sungai, danau/waduk langsug menggunakan wadah/botol sampel tanpa tali dan pemberat atau bila perlu dapat juga menggunakan botol sampel bertali dan pemberat.
2. Pengawetan Sampel
Sampel air yang telah diambil harus segera dibawa dalam keadaan dingin (diletakan dalam termos es dan diisi dengan pecahan es batu) ke laboratorium untuk segera dianalisis. Apabila sampel air tidak segera dianalisis, maka sampel boleh disimpan dalam tempat dingin seperti kulkas/refrigerator tetapi sebaiknya tidak lebih dari 24 jam.
3. Teknik Pengambilan sampel
a. Alat
|
::
|
1) Botol sampel steril volume ± 250 ml
2) Botol sampel steril dengan pemberat volume ± 250 ml
3) Bunsen
4) Tas pembawa sampel
| |||
b. Bahan
|
:
|
5) Kapas
6) Alkohol 70%
7) Korek
8) Lebel
9) Kertas pembungkus/ kertas payung
| |||
c. Cara kerja :
|
:
| ||||
1) Sumur gali, reservoir dan sejenisnya
a) Aseptiskan tangan dan tempat kerja dengan alcohol 70%
b) Membuka bungkus kertas dan botol dipegang bagian bawah yang masih ada kertas bungkusnya sehingga tangan tidak bersentuhan dengan botol.
c) Tali dibuka dan botol diturunkan pelan-pelan sampai mulut botol masuk minimum 10 cm ke dalam air (bila tinggi air memungkinkan)
d) Setelah terisi penuh, botol diangkat dan isi dibuang 1/3 volume botol sehingga volumenya 2/3 volume botol
e) Panaskan mulut botol dengan nyala api dan ditutup
f) Botol yang telah berisi contoh air dibungkus kembali dengan kertas pembungkusnya.
g) Tulis label
Hal yang harus diperhatikan
· botol dihindarkan bersentuhan dengan dinding
· untuk pemeriksaan sisa chlor dan pH, contoh diambil dengan botol bersih lain yang tidak diberi Natrium Thiosulfat
2) Kran/perpipaan
a) Aseptiskan tangan dan tempat kerja dengan alcohol 70%
b) Kran dibuka penuh dan dibiarkan mengalir selama 2 – 3 menit atau dalam waktu yang dianggap cukup untuk membersihkan pipa persil, kemudian ditutup
c) Kran dipanaskan/ diaseptiskan dengan nyala api/ alcohol
d) Kran dibuka 1-3 menit kemudian penutup penutup botol dilepas dengan tangan kiri dan botol dipegang dengan tangan kanan.
e) Botol diisi sampai 2/3 volume botol (lebih besar dari 100 ml)
f) Panaskan mulut botol dengan nyala api, dan ditutup
g) Botol yang telah berisi contoh air dibungkus dengan kertas pembungkusnya.
h) Tulis label.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
· Air harus jelas dari pipa persil yang dihubungkan langsung dengan pipa induk.
· Contoh sebaiknya diambil dari kran yang sering dipakai
· Hindarkan pengambilan contoh air dari alat-alat tambahan yang dipasang pada kran atau dari kran yang bocor
· Apabila kran kotor, harus dibersihkan lebih dahulu sebelum dilakukan pengambilan contoh.
3) Sungai
Sampel air yang akan diambil dipilih pada bagian sungai yang mengalir. Bagian sungai yang diam sebaiknya dihindari. Usahakan jangan terlalu di tepi, jangan terlalu pada permukaan air, jangan pada dasar sungai. Mulut botol sampel steril diletakkan horizontal searah dengan arah aliran air. Setelah penuh, botol diangkat, sebagian airnya dibuang. Mulut botol dipanaskan dengan api Bunsen dan segera ditutup.
4. Label sampel
Untuk menghindari kesalahan dalam analisis, sampel perlu diberi label, seperti:
1) Nama dan alamat pengirim sampel
2) Waktu dan tanggal pengambilan sampel
3) Jenis sumber air dan tempat pengambilan sampel
4) Jenis pengolahan air yang dilakukan (kalau ada)
5) Tanda tangan pengambil sampel.
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel Botol harus tetap tertutup sampai saat diisi dan bagian botol yang berhubungan dengan air dihindari dari kontaminasi.
· Botol diisi ± 100 ml sampel air sehingga di dalam botol masih tersedia ruang udara untuk mengocok sampel air sebelum dianalisis agar penyebaran jasad renik merata.
· Hati-hati memegang tutup botol agar tidak terjadi kontaminasi dengan tangan, udara atau benda lainnya.
· Botol dipegang pada bagian bawah
· Pengambilan sampel dilakukan secara aseptis.
Selasa, 27 Agustus 2019
Sampah Plastik Untuk Reklamasi Teluk Jakarta
Reklamasi
teluk Jakarta telah menuai pro dan kontra dengan argumentasi masing-masing.
Belakangan Gubernur Anis Baswedan telah mengijinkan pembangunan di tiga pulau
reklamasi. Tentu dengan setumpuk argumentasi
yang disertakan. Kelak, siapa tahu Gubernur berikutnya akan mengijinkan
(kembali) melakukan reklamasi di Teluk Jakarta.
Reklamasi
membutuhkan jutaan meter kubik tanah
atau material urug. Material untuk pengurugan
yang lazim adalah batu, tanah dan pasir. Ini masih konvensional atau
mungkin masih konservatif. Setidaknya menurut penulis. Sesungguhnya masih ada material alternative,
yaitu: sampah.
Jakarta
setiap hari membuang sampah 7.500 ton. Ini sudah dapat dikatakan Jakarta darurat sampah. Sampah sebanyak itu
di buang (di tumpuk) di Bantargebang.
TPA Bantargebang diperkirakan hanya mampu menampung sampah Jakarta sampai dengan tahun 2021. Selanjutnya Sesuai
dengan Masterplan Pengelolaan Sampah Provinsi DKI Jakarta tahun 2012-2032,
Jakarta akan membangun Pembangkit
Listrik Tenaga Sampah atau lebih dikenal sebagai Intermediate Treatment Facility (ITF) sebanyak 4 buah di Sunter, Marunda, Cakung, dan
Duri Kosambi. Belum ada alternative pembuangan sampah yang “out of
the box” berupa landfill untuk reklamasi.
ITF atau pengolahan apapun yang saat ini dirancang, pasti
tetap akan menyisakan tumpukan eks sampah padat. Ini artinya masih membutuhkan lahan untuk
menampung. Biaya instalasi dan operasional juga besar.
Bandingkan, misalnya, jika sampah digunakan untuk material urug reklamasi Teluk
Jakarta (?). Nyaris hanya perlu biaya
pengangkutan. Biaya pemadatan dan lain-lain
bisa numpang proyek reklamasi. Problem sampah Jakarta teratasi,
sekaligus memperoleh lahan baru dari
reklamasi.
Teori
pembuangan atau pemusnahan sampah diantaranya adalah open
dumping, dumping in water, feeding to hog, combustion, inceneration, land fill,
control landfill, sanitary landfill dan energy recovery. Ini artinya
pemanfaatan sampah untuk material urug
pada kegiatan reklamasi, memiliki dasar teoritis yang jelas. Sampah dapat digunakan untuk landfill (pengurugan) atau control landfill. Sudah pasti harus
dengan persyaratan tertentu.
Persyaratan
utama penggunaaan sampah untuk landfill (baca : reklamasi) adalah
pencegahan terhadap kemungkinan
terjadinya pencemaran atau bencana dikemudian hari. Untuk ini secara teoritis dan teknis tidak
terlalu sulit, yakni dengan cara
isolasi dan stabilisasi. Mencegah agar lindi (leachete) tidak mencemari
laut, maka pengurugan dengan sampah hanya boleh dilakukan ketika pantai pulau
reklamasi sudah jadi. Minimal selebar 105 meter dari garis pantai. Sampah hanya boleh untuk mengisi bagian tengah
pulau.
Teknik yang
lebih ideal untuk mencegah pencemaran dari sampah adalah dengan
kapsulasi menggunakan bahan kedap air. Sampah yang sudah dipadatkan, kemudian dimasukan kantong-kantong kedap air. Selanjutnya digunakan untuk pengganti
material urug pulau reklamasi. Pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya
bencana akibat penggunaan sampah untuk
reklamasi, tentu harus melibatkan banyak fihak, diataranya para pakar
konstruksi, pakar lingkungan, pakar tata bangunan, pakar hydrologi dan lainnya.
Purwokerto, 27
Agustus 2019.
Langganan:
Postingan (Atom)