Air limbah tertentu sering mengandung sianida dan H2S. Sianida (HCN) sering dijumpai pada air limbah tapioka. Hidrogen Sulfida (H2S) merupakan salah satu gas alam. Gunung meletus dapat mengeluarkan gas H2S. Proses penguraian bahan organik, protein dan lemak yang bersumber hewan dan tumbuhan oleh mikroorganisme, salah satunya dihasilkan gas H2S. Danau, sungai, selokan atau perairan permukaan lainnya sering tercemar H2S akibat pencemaran langsung atau dari proses penguraian mikroorganisme. H2S mudah dikenali dengan bau busuk. Air limbah yang berbau busuk sering diketahui mengandung H2S. Kentut (flatus) sering mengandung H2S sehingga bau tak sedap.
Untuk mengolah limbah yang mengandung Sianida atau H2S dapat dilakukan dengan penambahan Hidrogen Peroksida (H2O2). Hidrogen peroksida merupakan bahan kimia
yang ramah lingkungan atau environment friendly, karena tidak
menghasilkan residu berbahaya pada lingkungan ketika digunakan. Hidrogen
peroksida hanya akan terurai menjadi air (H2O) dan oksigen (O2) pada saat digunakan.
Hidrogen peroksida (H2O2), merupakan bahan kimia oksidator, yang banyak digunakan
sebagai bleaching agent (pemutih)
untuk pulp, kertas, tekstil, kayu dan rotan, untuk de-inking
process kertas bekas, bahan pembuatan bahan kimia lain
(deterjen, epoxy, dll), untuk metal etching pada industri
elektronika, disinfectant pada packaging
process, water treatment dan lain-lain
Hidrogen Peroksida juga dipergunakan untuk
membersihkan air limbah yang tercemar polusi seperti : Hidrogen Sulfida (H2S),
Phenilics, Cyanides, dan unsur lain yang terdapat dalam limbah air.
Dosis H2O2 untuk pengolahan air limbah ditentukan dengan perhitungan stosiometri atau dengan pendekatan melalui mekanisme jar test.