Beberapa indikator yang menunjukan bahwa suhu lingkungan Baturraden telah meningkat antara lain dapat dibaca dari hasil riset Sugeng Abdullah.
Berikut ini adalah hasil riset sederhana yang menunjukkan bukti bahwa
Baturraden makin panas. Riset dimaksud tidaklah mengacu pada metode riset
dengan kaidah-kaidah sampling yang ketat. Hasil riset dimaksud adalah hanya
sekedar menampilkan hasil “Obrolan” antara penulis dengan orang-orang yang tinggal di kawasan wisata Baturraden.
Mereka adalah penduduk asli atau
pendatang yang bermukim lebih dari 20 tahun di Baturraden. Mereka tinggal di
desa Karangmangu, Kemutug Kidul, Kemutug Lor, Karangtengah dan Ketenger. Mereka
umumnya dari kalangan awam berusia diatas 40 tahun yang penulis temui secara
kebetulan. Pengakuan secara subjektip dan testimoni dari mereka dapat diungkapkan :
Pertama. Dahulu mereka selalu menggunakan kerudung sarung atau pakaian
tebal dan tutup kepala yang menutupi
telinga, ketika keluar rumah, terutama pada waktu pagi, sore dan malam hari. Hal ini dilakukan karena udara
diluar dirasa sangat dingin. Sekarang sudah panas, sehingga mereka lebih suka menggunakan pakaian yang tipis dan
topi biasa. Bahkan diantara mereka ada yang lebih suka menggunakan kaos singlet
saja.
Kedua. Dahulu mereka selalu merasa dingin/nyaman ketika berada di
dalam rumah. Ketika tidur menggunakan selimut. Lubang-lubang angin ditutup rapat. Sekarang mereka merasakan sering gerah dan berkeringat ketika didalam rumah.
Udaranya makin panas, lubang angin dan jendela tidak lagi ditutup rapat.
Ketiga. Dahulu ketika masih
dingin nyaris tidak dijumpai adanya nyamuk. Sekarang makin banyak nyamuk karena
makin panas.
Keempat. Dahulu tidak ada keluarga atau kantor yang menggunakan kipas
angin atau AC. Sekarang makin banyak keluarga dan kantor yang menggunakan kipas
angin dan memasang AC. Itu merupakan bukti udara makin panas.
Kelima. Dahulu nyaris setiap hari selepas dhuhur selalu diselimuti kabut. Sekarang
jarang sekali adanya kabut, bahkan
nyaris tidak ada kabut.
Keenam. Dahulu setiap hari, hampir
sepanjang tahun selalu turun hujan,
Sekarang makin jarang turun hujan.
Ketujuh. Dahulu kaca jendela rumah sering mengembun. Sekarang kaca
jendela tidak ada embun, malah kadang terasa hangat.
Kedelapan: dahulu nyaris tidak
dijumpai penjual minuman es, tapi pada awal tahun 2000an mulai banyak penjual
es keliling. Bahkan saat ini makin
beragam penjual es termasuk es degan.
Bukti ilmiah.
Fakta ilmiah mengenai Baturraden makin panas perlu dilacak dan
ditampilkan kepada publik. Bukti-bukti itu diperkirakan ada tersimpan di kantor meteorologi atau di
lembaga pendidikan atau di lembaga-lembaga penelitian. Melalui penelusuran dengan membaca ceceran arsip
laporan praktek mahasiswa
SPPH/PAM-SKL/APK/AKL Purwokerto, ternyata kondisi suhu udara dilingkungan laboratorium/
kampus tersebut (yang berada di desa
Karangmangu) dahulu dan sekarang dapat
dibandingkan.
Suhu udara dilingkungan laboratorium / kampus SPPH/PAM-SKL/APK/AKL
Purwokerto (sekarang Kampus 7 Poltekkes Semarang) dari tahun 1980 sampai sekarang dapat dilihat pada
catatan berikut. Tahun 1980an suhu udara
minimal 16-20 oC dan
maksimal 24-27 oC.
Tahun 1990an suhu udara minimal 16-22 oC dan
maksimal 26 - 30 oC.
Tahun 2000an suhu udara minimal 19-23 oC dan
maksimal 27 - 31 oC. Akurasi pengukuran suhu yang terekam dalam
laporan praktek mahasiswa ini, tentu masih bisa diperdebatkan karena
dilakukan dengan alat ukur yang tidak
terkalibrasi secara sah oleh lembaga yang berkompeten. Kendatipun begitu, data
tersebut dapat dijadikan fakta bahwa suhu udara di Baturraden makin panas.
Implikasi terhadap gangguan kesehatan
Perubahan suhu udara yang makin panas, secara teoritis dapat memicu
timbulnya penyakit dan gangguan kesehatan.
Udara yang makin panas juga merangsang berkembang biaknya serangga
penular penyakit. Nyamuk sebagai penular
penyakit Demam Berdarah Dengue, Chikungunya, Malaria dan Filaria sangat
diuntungkan dengan suhu udara yang makin
panas di Baturraden. Kewaspadaan dini
terhadap munculnya penyakit dan gangguan kesehatan akibat suhu makin panas harus nyata-nyata
ditindak lanjuti.
Dahulu kasus Demam Berdarah di Baturraden nyaris tidak ada, tetapi
sekarang makin sering kita dengar warga Baturraden yang terkena penyakit tersebut. Hal ini manjadi logis,
karena makin banyak nyamuk Aedes akibat suhu makin panas. Penggunaan AC di Baturraden makin banyak. Penggunaan
AC yang tidak benar dapat memicu
penyakit dan gangguan pernafasan akibat bakteri Legiunella sp. Penyakit dan
gangguan kesehatan lainnya yang berhubungan dengan peningkatan suhu
lingkungan di Baturraden perlu makin
diwaspadai.
-----------------------------
*) Sugeng Abdullah, Dosen Poltekkes Semarang; Wakil Ketua Himpunan Ahli Kesehatan
Lingkungan Indonesia (HAKLI) Cabang Banyumas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar