Klik detail
Air limbah yang mengandung pencemar organik biodegradable (bisa diurai oleh jasad renik) sangat tepat apabila diolah dengan cara biologi. Pengolahan secara biologi memiliki kelebihan yakni murah dan efisien. Kendatipun yang diolah oleh jasad renik hanyalah bahan organik biodegradable, tetapi ternyata bahan-bahan non biodegradable dan bahan non organik seperti logam berat juga bisa terkurangi bahkan hilang bila konsentrasi tidak terlalu tinggi.
Berkurangnya konsentrasi bahan non organik dalam air limbah yang diproses dengan cara biologi, adalah melalui mekanisme terjerap oleh flok (gumpalan) yang terbentuk oleh pertumbuhan koloni bakteri. Secara singkat dapat dikemukakan bahwa proses pengolahan dengan cara biologi dapat berlangsung secara aerob dan anaerob. Proses aerob berarti bahwa penguraian bahan organik dilakukan oleh bakteri yang dalam aktivitasnya memerlukan kehadiran oksigen (O2). Sebaliknya, proses anaerob berarti dilakukan oleh bakteri yang aktivitasnya tidak memerlukan oksigen.
Pertumbuhan bakteri dalam proses penguraian bahan pencemar organik dibedakan dalam dua kelompok yakni (a) pertumbuhan tersuspensi (suspended growth) dan (b) pertumbuhan lekat (attached growth). Atas dasar keberadaan oksigen dan pertumbuhan bakteri dalam proses pengolahan air limbah, maka pengolahan secara biologi dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Pengolahan secara aerobik, meliputi proses lumpur aktif (pertumbuhan tersuspensi) dan pengolahan film biologi (pertumbuhan lekat). Proses lumpur aktif memiliki beragan tipe , yakni tipe konvensional /standar, aerasi diperluas (extended aeration), proses bebas bulk (lumpur tak bisa mengendap), parit oksidasi (oxidation ditch), proses nitrifikasi dan denitrifikasi. Sedangkan yang termasuk tipe pengolahan film biologi, antara lain saringan tetes (trickling filter), cakram biologi (RBC = Rotating Biological Contactor), aerasi kontak (contact aeration), proses filter biologi (biofilter) dan proses media unggun biologi.
Proses lumpur aktif pada prakteknya adalah mengalirkan air limbah kedalam bak yang di aliri udara (bak aerasi). Selanjutnya dalam bak tersebut akan tumbuh koloni bakteri berwarna kelabu hingga coklat-kehitaman. Koloni bakteri inilah yang disebut sebagai lumpur aktif. Koloni bakteri akan terus tumbuh membesar sehingga membentuk gumpalan (flok). Gumpalan – gumpalan ini kemudian di endapkan di bak pengendap II, dengan cara mengalirkan air limbah dari bak aerasi. Endapan lumpur yang terbentuk di bagian bawah bak pengendap sebagian dibuang dan sebagian yang lain dikembalikan ke bak aerasi, dan cairan yang ada dibagian atas bak pengendap akan tampak jernih. Cairan yang jernih ini adalah air limbah yang sudah bersih dari bahan organik pencemar.
Reaktor pertumbuhan lekat seperti saringan tetes berupa tumpukan kerikil dengan tinggi > 2m dan air limbah dialirkan menetes dari atas. Pada permukaan batu kerikil akan tumbuh koloni bakteri, yang semakin lama semakin tebal sehingga akan terkelupas. Koloni bakteri yang terkelupas ini ditampung dalam bak pengendap II.
Pengolahan air limbah dengan proses aerob cocok untuk pengolahan air limbah yang memiliki BOD <>4000 mg/lt lebih cocok diolah dengan proses anaerob.
2) Pengolahan secara anaerobik meliputi pencerna anaerob (anaerobic digestion) dan UASB (Upflow Anaerobic Sludge Blanket). Tangki pencerna enaerob adalah sebuah tangki kedap udara yang dialiri air limbah. Di dalam tangki ini, air limbah mengalami proses penguraian oleh bakteri anaerob. Proses ini menghasilkan gas, diantaranya yang paling khas adalah gas H2S yang berbau busuk. Proses anaerob juga dapat menghasilkan gas metan, sehingga apabila dikelola dengan baik akan diperoleh gas bio yang sangat bermanfaat.
UASB pada dasarnya sama dengan pencerna anaerob, perbedaannya terletak pada cara pengaliran air limbah. Pada UASB aliran air mengarah ke atas pada tangki vertikal. Unit pengolah limbah anaerobik lainnya adalah ABR (Anaerobic Baffle Reactor). ABR sangat rentan terhadap perubahan debit limbah dan perubahan konsentrasi bahan organik secara mendadak (organic & hydrolic loading)
3) Lagoon merupakan kolam yang didalamnya terjadi proses aerob, fakultatip dan anaerob, sesuai kedalaman air. Pasokan oksigen mengandalkan dari proses alam, yakni oksigen dari udara yang melarut kedalam air dan oksigen yang berasal dari fotosintesis tumbuhan air. Kadang lagoon disertai juga dengan aerator untuk menambah oksigen terlarut pada air (aerated lagoon)
4) Pengolahan secara irigasi (land treatment) adalah mengolah air limbah dengan cara untuk mengairi tanaman atau rumput. Air limbah yang mengandung bahan organik biodegradable berpotensi sebagai penyubur tanaman. Air limbah yang mengandung logam berat dapat digunakan untuk penyiraman hutan bambu yang berlokasi jauh dari pemukiman dan sumber air. Logam berat akan terakumulasi pada batang bambu. Selanjutnya air limbah akan mengalami proses pembersihan secara alami melalui mekanisme penguraian oleh jasad renik dan filtrasi oleh tanah dan batuan lainnya.
Kamis, 18 November 2010
Pengolahan Lumpur eks IPAL
Prinsip pengolahan lumpur adalah mengurangi kadar air dan volume lumpur melalui pengentalan, pengeringan, pemadatan, atau untuk menghancurkan racun melalui pembakaran, atau membunuh patogen melalui dekomposisi / degradasi fisik. Beberapa unit pengolahanan lumpur yang banyak dikenal adalah sbb. :
a. Sludge conditioning
Sludge conditioning dapat dilakukan melalui penggumpalan dengan bahan kimia koagulan seperti pada proses koaglasi-flokulasi. Bahan koagulan yang digunakan juga sama yakni Tawas, feri klorida, PAC atau kadang menggunakan kapur tohor atau abu dapur / incenerator.
Teknik yang lain adalah dengan cara pemanasan dan pengepresan lumpur. Panas yang digunakan sekitar 350 – 450 oF (177 – 232 oC) dan tekanan pengepresan 150 – 300 psi (10,5 – 21,0 kg/cm2).
b. Sludge thikening (pengentalan lumpur)
Proses ini bisa dengan teknik pengapungan (floating) atau juga dengan teknik pengendapan gravitasi ( gravity thickening). Pengapungan dilakukan dengan menginjeksikan udara bertekanan 40 – 80 psi (2,8 - 5,5 kg/cm2) kedalam lumpur. Udara akan “melarut” kedalam lumpur sehingga lumpur akan terangkat dan terapung. Pengendapan gravitasi dilakukan seperti pada proses sedimentasi. Disini lumpur akan bertambah pekat, pemekatan b isa mencapai 3 – 10%.
c. Sludge stabilization (pemecahan bahan organik)
Sludge stabilization pada dasarnya adalah penguraian bahan organik biodegradeable dalam lumpur dengan memanfaatkan kerja mikroorganisme. Pada proses ini hakikatnya sama dengan pengolahan limbah secara biologi, yakni dengan cara aerobik atau cara anaerobik.
Untuk stabilisasi lumpur dipandang lebih murah menggunakan cara anaerobik. Lumpur dimasukkan dalam kontainer kedap udara (sludge digester) dan dibiarkan beberapa waktu sehingga terjadi proses penguraian oleh mekroorganisme. Pada proses ini akan dihasilkan gas methane (gas bio). Lazimnya sludge digester dibuat dua buah (untuk dua tahap). Effluent dari digester pertama masuk menjadi influent digester kedua.
Pengolahan cara aerobik prinsipnya sama dengan instalasi lumpur aktif, yakni meamasukkan udara kedalam lumpur, sehingga akan terjadi peningkatan oksigen terlarut dalam air lumpur. Banyaknya oksigen tersebut merangsang bakteri aerob untuk beraktivitas menguraikan / memecahkan bahan organik yang ada pada lumpur dimaksud.
Lumpur hasil dari proses aerobik atau anaerobik berupa lumpur stabil yang dapat digunakan untuk pupuk.
d. Sludge Dewatering / Sludge drying bed
Proses ini adalah untuk mengurangi kadar air dalam lumpur, dapat dilakukan dengan mengalirkan air pada saringan pasir (sludge drying Bed). Tebal pasir 10 – 25 Cm yang didasari kerikil setebal 10 – 45 Cm mampu memadatkan lumpur hingga 95% dalam 6 minggu bila cuaca baik.
Pengurangan air dalam lumpur dapat juga dilakukan dengan teknik vacum filter, pressure filter, Compactor, Centrifuge.
e. Incenerator
Lumpur yang dapat dibakar terlebih dahulu harus dilakukan proses pengentalan / pemekatan (thicken) dan pengurangan air (dewatering). Abu hasil pembakaran lumpur dapat digunakan untuk pengurugan lahan yang rendah (land fill).
f. Land fill
Lumpur yang dapat digunakan untuk pengisian lahan yang rendah (pengurugan = land fill) terlebih dahulu harus dilakukan proses pengentalan / pemekatan (thicken) dan pengurangan air (dewatering). Abu hasil pembakaran pada proses incenerator juga dapat digunakan untuk pengurugan lahan yang rendah (land fill).
g. Fertilizer
Lumpur yang berasal dari IPAL ternyata dapat langsung digunakan untuk pupuk pada tanaman keras. Ada sebuah laporan riset yang merekomendasikan limbah / lumpur yang mengandung logam berat dapat digunakan sebagai pupuk pada hutan bambu yang jauh dari permukiman dan bukan daerah resapan air (catchment area).
Lumpur yang aman digunakan untuk pupuk tanaman adalah lumpur yang telah mengalami proses sludge digestion / stabilization, dewatering dan drying. Ternyata dalam lumpur IPAL pada umumnya banyak mengandung N (6%), P (4%) dan K (0,4%) serta unsur mikro lainnya yang bermanfaat bagi tanaman.
a. Sludge conditioning
Sludge conditioning dapat dilakukan melalui penggumpalan dengan bahan kimia koagulan seperti pada proses koaglasi-flokulasi. Bahan koagulan yang digunakan juga sama yakni Tawas, feri klorida, PAC atau kadang menggunakan kapur tohor atau abu dapur / incenerator.
Teknik yang lain adalah dengan cara pemanasan dan pengepresan lumpur. Panas yang digunakan sekitar 350 – 450 oF (177 – 232 oC) dan tekanan pengepresan 150 – 300 psi (10,5 – 21,0 kg/cm2).
b. Sludge thikening (pengentalan lumpur)
Proses ini bisa dengan teknik pengapungan (floating) atau juga dengan teknik pengendapan gravitasi ( gravity thickening). Pengapungan dilakukan dengan menginjeksikan udara bertekanan 40 – 80 psi (2,8 - 5,5 kg/cm2) kedalam lumpur. Udara akan “melarut” kedalam lumpur sehingga lumpur akan terangkat dan terapung. Pengendapan gravitasi dilakukan seperti pada proses sedimentasi. Disini lumpur akan bertambah pekat, pemekatan b isa mencapai 3 – 10%.
c. Sludge stabilization (pemecahan bahan organik)
Sludge stabilization pada dasarnya adalah penguraian bahan organik biodegradeable dalam lumpur dengan memanfaatkan kerja mikroorganisme. Pada proses ini hakikatnya sama dengan pengolahan limbah secara biologi, yakni dengan cara aerobik atau cara anaerobik.
Untuk stabilisasi lumpur dipandang lebih murah menggunakan cara anaerobik. Lumpur dimasukkan dalam kontainer kedap udara (sludge digester) dan dibiarkan beberapa waktu sehingga terjadi proses penguraian oleh mekroorganisme. Pada proses ini akan dihasilkan gas methane (gas bio). Lazimnya sludge digester dibuat dua buah (untuk dua tahap). Effluent dari digester pertama masuk menjadi influent digester kedua.
Pengolahan cara aerobik prinsipnya sama dengan instalasi lumpur aktif, yakni meamasukkan udara kedalam lumpur, sehingga akan terjadi peningkatan oksigen terlarut dalam air lumpur. Banyaknya oksigen tersebut merangsang bakteri aerob untuk beraktivitas menguraikan / memecahkan bahan organik yang ada pada lumpur dimaksud.
Lumpur hasil dari proses aerobik atau anaerobik berupa lumpur stabil yang dapat digunakan untuk pupuk.
d. Sludge Dewatering / Sludge drying bed
Proses ini adalah untuk mengurangi kadar air dalam lumpur, dapat dilakukan dengan mengalirkan air pada saringan pasir (sludge drying Bed). Tebal pasir 10 – 25 Cm yang didasari kerikil setebal 10 – 45 Cm mampu memadatkan lumpur hingga 95% dalam 6 minggu bila cuaca baik.
Pengurangan air dalam lumpur dapat juga dilakukan dengan teknik vacum filter, pressure filter, Compactor, Centrifuge.
e. Incenerator
Lumpur yang dapat dibakar terlebih dahulu harus dilakukan proses pengentalan / pemekatan (thicken) dan pengurangan air (dewatering). Abu hasil pembakaran lumpur dapat digunakan untuk pengurugan lahan yang rendah (land fill).
f. Land fill
Lumpur yang dapat digunakan untuk pengisian lahan yang rendah (pengurugan = land fill) terlebih dahulu harus dilakukan proses pengentalan / pemekatan (thicken) dan pengurangan air (dewatering). Abu hasil pembakaran pada proses incenerator juga dapat digunakan untuk pengurugan lahan yang rendah (land fill).
g. Fertilizer
Lumpur yang berasal dari IPAL ternyata dapat langsung digunakan untuk pupuk pada tanaman keras. Ada sebuah laporan riset yang merekomendasikan limbah / lumpur yang mengandung logam berat dapat digunakan sebagai pupuk pada hutan bambu yang jauh dari permukiman dan bukan daerah resapan air (catchment area).
Lumpur yang aman digunakan untuk pupuk tanaman adalah lumpur yang telah mengalami proses sludge digestion / stabilization, dewatering dan drying. Ternyata dalam lumpur IPAL pada umumnya banyak mengandung N (6%), P (4%) dan K (0,4%) serta unsur mikro lainnya yang bermanfaat bagi tanaman.
Eksploitasi Air Tanah
Teknik eksploitasi air tanah yang paling sederhana adalah dengan pembuatan sumur gali dan sumur bor. Di bawah ini disajikan beberapa teknik pengeboran sederhana.
1. Cara Auger
A. ALAT :
Mata bor auger ø 30 cm atau 10 cm, 1 bh
Batang auger ø 0,75” a’ 1 m, 10 bh
Klem pemutar ø 0,75” , 2 bh
Pompa lumpur
Pipa besi (gi) ø 1,25”, 2 bt
Kunci inggris, 1 bh
Kunci pas, 1 set
Kunci trimo, 1 bh
Kunci rantai, 1 bh
Knee besi (gi), 1 bh
Tripod bambu
Papan pelurus
B. BAHAN :
Pelumas
C. CARA KERJA :
Sambungkan mata bor auger dgn batang auger
Pasangkan dgn kuat klem pemutar pd batang auger
Gali lubang sedalam 0,3 m & pasang papan pelurus di atas titik pengeboran yg direncanakan
Lakukan pengeboran dgn cara menekan ke bawah dgn kuat & memutar ke kanan batang auger pd titik pengeboran yg dituju secara berulang-ulang, sampai mencapai kedalaman muka air tanah + 1sp 2 meter dlm lubang
Secara berkala (bila mata bor auger sdh penuh tanah), angkat batang auger ke atas tanah untuk membersihkannya
Lakukan penyambungan batang auger pd saat diperlukan (bila ujung atas batang auger sdh setinggi 0,5 m dari muka tanah)
Bila sdh mencapai air tanah, lakukan pembersihan lumpur dgn pompa lumpur, pompa kodok, at pipa besi+knee yg difungsikan spt pipet penyedot lumpur
2. Cara Rojok
ALAT :
Mata bor rojok ø 1,25”, 1 bh
Pipa rojok ø 0,75” a 3 m, 5 bh
Klem pemutar ø 0,75” , 2 bh
Pompa lumpur
Pipa besi (GI = Galvanized Iron) ø 1,25”, 2 bt
Papan pelurus, 1 bh
Kunci inggris, 1 bh
Kunci pas, 1 set
Kunci trimo, 1 bh
Kunci rantai, 1 bh
Knee besi (GI), 1 bh
B. BAHAN : -
Pelumas
C. CARA KERJA :
1. Sambungkan mata bor dgn pipa rojok
2. Pasangkan dgn kuat klem pemutar pd batang pipa rojok
3. Lakukan pengeboran dgn cara mengangkat & menjatuhkan dgn kuat pipa bor rojok & diputer ke kanan (searah jarum jam) pd titik pengeboran yg dituju secara berulang-ulang, sampai mencapai kedalaman muka air tanah + 1sp 2 meter dlm lubang
4. Lakukan penyambungan pipa bor pd saat diperlukan (bila ujung atas pipa rojok sdh setinggi + 0,5 m dari muka tanah)
5. Bila sdh mencapai air tanah, lakukan pembersihan lumpur dgn pompa lumpur, pompa kodok, at pipa besi+knee yg difungsikan spt pipet penyedot lumpur
3. Cara Pantek
ALAT :
Mata bor pantek ø 1,25”, 1 bh
Pipa pantek ø 1,25” a 6 m, 3 bh
Kerek dobel, 1 bh
Tali, 20 m
Besi pemberat dgn dua lubang kanan & kiri, 1 bh
Klem penahan pemberat
Klem pemutar ø 1,25” , 2 bh
Pompa lumpur, 1 bh
Papan pelurus, 1 bh
Kunci inggris, 1 bh
Kunci pas, 1 set
Kunci trimo, 1 bh
Kunci rantai, 1 bh
Knee besi (gi), 1 bh
B. BAHAN : -
Pelumas
C. CARA KERJA :
Pasang klem penahan & besi pemberat pd pipa pantek, ikatkan tali penarik pd lubang di kanan kiri pemberat
Sambungkan mata bor dgn pipa pantek & kerek dobel, pasang tali pd kerek
Angkat & tegakkan pipa bor di atas tanah
Pasangkan dgn kuat klem pemutar pd batang pipa pantek
Lakukan pengeboran dgn cara menarik & melepaskan tali unt mengangkat & menjatuhkan pemberat pd pipa pantek& memutar pipa pantek ke kanan (searah jarum jam) pd titik pengeboran yg dituju secara berulang-ulang, sampai mencapai kedalaman muka air tanah + 1sp 2 meter dlm lubang
Lakukan penyambungan pipa bor pantek saat diperlukan (bila posisi klem pemutar sdh setinggi + 0,5 m dari muka tanah)
Bila sdh mencapai air tanah, lakukan pembersihan lumpur dgn pompa lumpur, pompa kodok, at pipa besi+knee yg difungsikan spt pipet penyedot lumpur
4. Cara Jetting
A. ALAT
Tripod besi, 1 set
Kerekan, 1 bh
Swivel head, 1 bh
Lier hand
Kabel rit, 15 m
Motor pompa 4-5 pk, 1 bh
Slang hisap, 1 bh
Slang hantar, 1 bh
Pipa bor ø 1,25” a’ 3m, 10 bt
Mata bor jetting, 1 bh
Klem pemutar ø 1,25” , 1 bh
Klem ø 1,25” , 1 bh
Pemberat (balok kesi)
Kunci inggris, 1 bh
Kunci pas, 1 set
Kunci trimo, 1 bh
Kunci rantai, 1 bh
Papan pelurus
B. BAHAN :
1. PREMIUM, 5 L
2. Pelumas
C. CARA KERJA :
Pasanglah tripod, kerekan, swivel head, lier hand, kabel rit, motor pompa, slang hisap & slang hantar menjadi satu kesatuan
Gali lubang sedalam 0,3 m & pasang papan pelurus di atas titik pengeboran yg direncanakan
Sambungkan mata bor jetting dgn pipa bor & pasangkan pd ujung bawah swivel head
Pasang klem & pemberat besi pd pipa bor bag atas, di bawah swivel head
Pasangkan dgn kuat klem pemutar pd pipa bor
Hubungkan slang hisap dgn sumber air & hidupkan motor pompa
Lakukan pengeboran dgn cara menekan ke bawah dgn kuat & memutar ke kanan pipa bor pd titik pengeboran yg dituju secara berulang-ulang, sampai mencapai kedalaman muka air tanah + 1sp 2 meter dlm lubang
Lakukan penyambungan pipa bor pd saat diperlukan (bila ujung atas pipa bor sdh setinggi 0,5 m dari muka tanah)
Bila sdh mencapai air tanah, lakukan pembersihan lumpur dgn menghidupkan motor pompa terus beberapa saat sampai air yg keluar dari lubang jernih
5. Cara Rojet (Rojok-Jetting)
A. ALAT :
1. Mata bor rojok berlubang ø 1,25”, 1 bh
2. Knee & potongan pipa ø 0,75” , 1 set
3. Pipa rojok ø 0,75” a 3 m, 5 bh
4. Motor pompa 4-5 pk, 1 bh
5. Slang hisap ø 0,75”, 10 m
6. Slang hantar ø 0,75”, 10 m
7. Klem pemutar ø 0,75” , 2 bh
8. Papan pelurus, 1 bh
9. Kunci inggris, 1 bh
10. Kunci pas, 1 set
11. Kunci trimo, 1 bh
12. Kunci rantai, 1 bh
B. BAHAN :
Premium 5 l
Pelumas
C. CARA KERJA :
1. Sambungkan mata bor dgn pipa rojok
2. Pasangkan dgn kuat klem pemutar pd batang pipa rojok
3. Pasang motor pompa, slang hisap & slang hantar
4. Pasang knee & potongan pipa pd ujung atas pipa rojok & hubungkan dgn slang hantar
5. Pasang papan pelurus di atas titik pengeboran yg direncanakan
6. Hubungkan slang hisap dgn sumber air, dan hidupkan motor pompa
7. Lakukan pengeboran dgn cara mengangkat & menjatuhkan dgn kuat pipa bor rojok & diputer ke kanan (searah jarum jam) pd titik pengeboran yg dituju secara berulang-ulang, sampai mencapai kedalaman muka air tanah plus 1sampai 2 meter dlm lubang
8. Lakukan penyambungan pipa bor pd saat diperlukan (bila ujung atas pipa rojok sdh setinggi + 0,5 m dari muka tanah)
9. Bila sudah mencapai air tanah, lakukan pembersihan lumpur dgn menghidupkan motor pompa terus beberapa saat sampai air yang keluar dari lubang jernih
6. Cara Semi Otomatis (Hydradrill)
A. ALAT :
Tripod besi, 1 set
Kerekan, 1 bh
Swivel head hidradrill 1 bh
Lier hand
Kabel rit, 15 m
Motor hydradrill p 200, 3 pk, 1 bh
Motor pompa 3 pk, 1 bh
Slang hisap & saringan, 1 bh
Slang hantar, 1 bh
Pipa bor ø 0,75” a’ 1,5 m, 20 bt
Mata bor hydradrill, 1 bh
Kunci inggris, 1 bh
Kunci pas, 1 set
Kunci trimo, 1 bh
Kunci rantai, 1 bh
Papan pelurus
B. BAHAN :
1. Premium, 5 l
2. Pelumas
C. CARA KERJA :
Pasanglah tripod, kerekan, swivel head, lier hand, kabel rit, motor pompa, slang hisap & slang hantar menjadi satu kesatuan (tripod & kerekan berfungsi untuk menahan mesin hidradrill pd saat dilakukan penyambungan pipa bor)
Gali lubang sedalam 0,3 m & pasang papan pelurus di atas titik pengeboran yg direncanakan
Sambungkan mata bor hidradrill dgn pipa bor & pasangkan pd ujung bawah swivel head
Hubungkan slang hisap dgn sumber air & hidupkan motor pompa
Lakukan pengeboran dgn cara menahan mesin motor hydradrill di sebelah kanan & kiri serta menekan ke bawah dgn kuat pd titik pengeboran yg dituju secara berulang-ulang, sampai mencapai kedalaman muka air tanah + 1sp 2 meter dlm lubang
Lakukan penyambungan pipa bor pd saat diperlukan (bila ujung atas pipa bor sdh setinggi 0,5 m dari muka tanah)
7. Pembuatan Sumur Gali (SGL)
A. ALAT :
Cangkul, 2 bh
Linggis, 1 bh
Cetok, 1 bh
Sekop, 1 bh
Ember/kranjang, 2 bh
Tangga, 2 bh a” 4 m
Tali, 20 m
Kerek/katrol. 1 bh
Parang
Gergaji
BAHAN :
CARA KERJA :
Tentukan lokasi yang tepat sesuai hasil pendugaan dan bebas pencemaran
Buat garis batas horizontal penggalian, biasanya berupa lingkaran
Buat tripod bambu & pasang kerek/katrol pada puncak tripod
Pasang tali pada kerek dan ikat ember/kranjang di masing-2 ujung tali
Lakukan penggalian dengan alat-alat yang tersedia sampai kedalaman muka air tanah + 1 sp 2 m
Minimum diperlukan 2 orang pekerja yang bekerja bergantian di atas & di bawah
Tanah galian diangkat ke atas permukaan tanah secara bertahap dengan kerek
1. Cara Auger
A. ALAT :
Mata bor auger ø 30 cm atau 10 cm, 1 bh
Batang auger ø 0,75” a’ 1 m, 10 bh
Klem pemutar ø 0,75” , 2 bh
Pompa lumpur
Pipa besi (gi) ø 1,25”, 2 bt
Kunci inggris, 1 bh
Kunci pas, 1 set
Kunci trimo, 1 bh
Kunci rantai, 1 bh
Knee besi (gi), 1 bh
Tripod bambu
Papan pelurus
B. BAHAN :
Pelumas
C. CARA KERJA :
Sambungkan mata bor auger dgn batang auger
Pasangkan dgn kuat klem pemutar pd batang auger
Gali lubang sedalam 0,3 m & pasang papan pelurus di atas titik pengeboran yg direncanakan
Lakukan pengeboran dgn cara menekan ke bawah dgn kuat & memutar ke kanan batang auger pd titik pengeboran yg dituju secara berulang-ulang, sampai mencapai kedalaman muka air tanah + 1sp 2 meter dlm lubang
Secara berkala (bila mata bor auger sdh penuh tanah), angkat batang auger ke atas tanah untuk membersihkannya
Lakukan penyambungan batang auger pd saat diperlukan (bila ujung atas batang auger sdh setinggi 0,5 m dari muka tanah)
Bila sdh mencapai air tanah, lakukan pembersihan lumpur dgn pompa lumpur, pompa kodok, at pipa besi+knee yg difungsikan spt pipet penyedot lumpur
2. Cara Rojok
ALAT :
Mata bor rojok ø 1,25”, 1 bh
Pipa rojok ø 0,75” a 3 m, 5 bh
Klem pemutar ø 0,75” , 2 bh
Pompa lumpur
Pipa besi (GI = Galvanized Iron) ø 1,25”, 2 bt
Papan pelurus, 1 bh
Kunci inggris, 1 bh
Kunci pas, 1 set
Kunci trimo, 1 bh
Kunci rantai, 1 bh
Knee besi (GI), 1 bh
B. BAHAN : -
Pelumas
C. CARA KERJA :
1. Sambungkan mata bor dgn pipa rojok
2. Pasangkan dgn kuat klem pemutar pd batang pipa rojok
3. Lakukan pengeboran dgn cara mengangkat & menjatuhkan dgn kuat pipa bor rojok & diputer ke kanan (searah jarum jam) pd titik pengeboran yg dituju secara berulang-ulang, sampai mencapai kedalaman muka air tanah + 1sp 2 meter dlm lubang
4. Lakukan penyambungan pipa bor pd saat diperlukan (bila ujung atas pipa rojok sdh setinggi + 0,5 m dari muka tanah)
5. Bila sdh mencapai air tanah, lakukan pembersihan lumpur dgn pompa lumpur, pompa kodok, at pipa besi+knee yg difungsikan spt pipet penyedot lumpur
3. Cara Pantek
ALAT :
Mata bor pantek ø 1,25”, 1 bh
Pipa pantek ø 1,25” a 6 m, 3 bh
Kerek dobel, 1 bh
Tali, 20 m
Besi pemberat dgn dua lubang kanan & kiri, 1 bh
Klem penahan pemberat
Klem pemutar ø 1,25” , 2 bh
Pompa lumpur, 1 bh
Papan pelurus, 1 bh
Kunci inggris, 1 bh
Kunci pas, 1 set
Kunci trimo, 1 bh
Kunci rantai, 1 bh
Knee besi (gi), 1 bh
B. BAHAN : -
Pelumas
C. CARA KERJA :
Pasang klem penahan & besi pemberat pd pipa pantek, ikatkan tali penarik pd lubang di kanan kiri pemberat
Sambungkan mata bor dgn pipa pantek & kerek dobel, pasang tali pd kerek
Angkat & tegakkan pipa bor di atas tanah
Pasangkan dgn kuat klem pemutar pd batang pipa pantek
Lakukan pengeboran dgn cara menarik & melepaskan tali unt mengangkat & menjatuhkan pemberat pd pipa pantek& memutar pipa pantek ke kanan (searah jarum jam) pd titik pengeboran yg dituju secara berulang-ulang, sampai mencapai kedalaman muka air tanah + 1sp 2 meter dlm lubang
Lakukan penyambungan pipa bor pantek saat diperlukan (bila posisi klem pemutar sdh setinggi + 0,5 m dari muka tanah)
Bila sdh mencapai air tanah, lakukan pembersihan lumpur dgn pompa lumpur, pompa kodok, at pipa besi+knee yg difungsikan spt pipet penyedot lumpur
4. Cara Jetting
A. ALAT
Tripod besi, 1 set
Kerekan, 1 bh
Swivel head, 1 bh
Lier hand
Kabel rit, 15 m
Motor pompa 4-5 pk, 1 bh
Slang hisap, 1 bh
Slang hantar, 1 bh
Pipa bor ø 1,25” a’ 3m, 10 bt
Mata bor jetting, 1 bh
Klem pemutar ø 1,25” , 1 bh
Klem ø 1,25” , 1 bh
Pemberat (balok kesi)
Kunci inggris, 1 bh
Kunci pas, 1 set
Kunci trimo, 1 bh
Kunci rantai, 1 bh
Papan pelurus
B. BAHAN :
1. PREMIUM, 5 L
2. Pelumas
C. CARA KERJA :
Pasanglah tripod, kerekan, swivel head, lier hand, kabel rit, motor pompa, slang hisap & slang hantar menjadi satu kesatuan
Gali lubang sedalam 0,3 m & pasang papan pelurus di atas titik pengeboran yg direncanakan
Sambungkan mata bor jetting dgn pipa bor & pasangkan pd ujung bawah swivel head
Pasang klem & pemberat besi pd pipa bor bag atas, di bawah swivel head
Pasangkan dgn kuat klem pemutar pd pipa bor
Hubungkan slang hisap dgn sumber air & hidupkan motor pompa
Lakukan pengeboran dgn cara menekan ke bawah dgn kuat & memutar ke kanan pipa bor pd titik pengeboran yg dituju secara berulang-ulang, sampai mencapai kedalaman muka air tanah + 1sp 2 meter dlm lubang
Lakukan penyambungan pipa bor pd saat diperlukan (bila ujung atas pipa bor sdh setinggi 0,5 m dari muka tanah)
Bila sdh mencapai air tanah, lakukan pembersihan lumpur dgn menghidupkan motor pompa terus beberapa saat sampai air yg keluar dari lubang jernih
5. Cara Rojet (Rojok-Jetting)
A. ALAT :
1. Mata bor rojok berlubang ø 1,25”, 1 bh
2. Knee & potongan pipa ø 0,75” , 1 set
3. Pipa rojok ø 0,75” a 3 m, 5 bh
4. Motor pompa 4-5 pk, 1 bh
5. Slang hisap ø 0,75”, 10 m
6. Slang hantar ø 0,75”, 10 m
7. Klem pemutar ø 0,75” , 2 bh
8. Papan pelurus, 1 bh
9. Kunci inggris, 1 bh
10. Kunci pas, 1 set
11. Kunci trimo, 1 bh
12. Kunci rantai, 1 bh
B. BAHAN :
Premium 5 l
Pelumas
C. CARA KERJA :
1. Sambungkan mata bor dgn pipa rojok
2. Pasangkan dgn kuat klem pemutar pd batang pipa rojok
3. Pasang motor pompa, slang hisap & slang hantar
4. Pasang knee & potongan pipa pd ujung atas pipa rojok & hubungkan dgn slang hantar
5. Pasang papan pelurus di atas titik pengeboran yg direncanakan
6. Hubungkan slang hisap dgn sumber air, dan hidupkan motor pompa
7. Lakukan pengeboran dgn cara mengangkat & menjatuhkan dgn kuat pipa bor rojok & diputer ke kanan (searah jarum jam) pd titik pengeboran yg dituju secara berulang-ulang, sampai mencapai kedalaman muka air tanah plus 1sampai 2 meter dlm lubang
8. Lakukan penyambungan pipa bor pd saat diperlukan (bila ujung atas pipa rojok sdh setinggi + 0,5 m dari muka tanah)
9. Bila sudah mencapai air tanah, lakukan pembersihan lumpur dgn menghidupkan motor pompa terus beberapa saat sampai air yang keluar dari lubang jernih
6. Cara Semi Otomatis (Hydradrill)
A. ALAT :
Tripod besi, 1 set
Kerekan, 1 bh
Swivel head hidradrill 1 bh
Lier hand
Kabel rit, 15 m
Motor hydradrill p 200, 3 pk, 1 bh
Motor pompa 3 pk, 1 bh
Slang hisap & saringan, 1 bh
Slang hantar, 1 bh
Pipa bor ø 0,75” a’ 1,5 m, 20 bt
Mata bor hydradrill, 1 bh
Kunci inggris, 1 bh
Kunci pas, 1 set
Kunci trimo, 1 bh
Kunci rantai, 1 bh
Papan pelurus
B. BAHAN :
1. Premium, 5 l
2. Pelumas
C. CARA KERJA :
Pasanglah tripod, kerekan, swivel head, lier hand, kabel rit, motor pompa, slang hisap & slang hantar menjadi satu kesatuan (tripod & kerekan berfungsi untuk menahan mesin hidradrill pd saat dilakukan penyambungan pipa bor)
Gali lubang sedalam 0,3 m & pasang papan pelurus di atas titik pengeboran yg direncanakan
Sambungkan mata bor hidradrill dgn pipa bor & pasangkan pd ujung bawah swivel head
Hubungkan slang hisap dgn sumber air & hidupkan motor pompa
Lakukan pengeboran dgn cara menahan mesin motor hydradrill di sebelah kanan & kiri serta menekan ke bawah dgn kuat pd titik pengeboran yg dituju secara berulang-ulang, sampai mencapai kedalaman muka air tanah + 1sp 2 meter dlm lubang
Lakukan penyambungan pipa bor pd saat diperlukan (bila ujung atas pipa bor sdh setinggi 0,5 m dari muka tanah)
7. Pembuatan Sumur Gali (SGL)
A. ALAT :
Cangkul, 2 bh
Linggis, 1 bh
Cetok, 1 bh
Sekop, 1 bh
Ember/kranjang, 2 bh
Tangga, 2 bh a” 4 m
Tali, 20 m
Kerek/katrol. 1 bh
Parang
Gergaji
BAHAN :
CARA KERJA :
Tentukan lokasi yang tepat sesuai hasil pendugaan dan bebas pencemaran
Buat garis batas horizontal penggalian, biasanya berupa lingkaran
Buat tripod bambu & pasang kerek/katrol pada puncak tripod
Pasang tali pada kerek dan ikat ember/kranjang di masing-2 ujung tali
Lakukan penggalian dengan alat-alat yang tersedia sampai kedalaman muka air tanah + 1 sp 2 m
Minimum diperlukan 2 orang pekerja yang bekerja bergantian di atas & di bawah
Tanah galian diangkat ke atas permukaan tanah secara bertahap dengan kerek
Pengukuran Kapasitas Air
1. Pendahuluan
Dalam rangka penyediaan air bersih bagi masyarakat perlu diketahui kapasitas air yang tersedia. Untuk mengetahui kapasitas air yang tersedia perlu dilakukan pengukuran. Pengukuran kapasitas air (debit air) dapat dilakukan mulai dengan cara yang paling sederhana hingga yang canggih.
2. Teknik pengukuran debit
a. Saluan terbuka
Gordon, dkk (1992) mengemukakan tentang teknik pengukuran debit aliran di lapangan dapat dilakukan melalui empat kategori, yaitu (a). Pengukuran volume air sungai, (b). Pengukuran debit dengan cara mengukur kecepatan aliran dan luas penampang melintang, (c). Pengukuran debit dengan menggunakan bahan pewarna yang dialirkan dalam aliran sungai, (d). Pengukuran debit dengan membuat bangunan pengukur debit seperti weir dan flume. Penjelasan tentang pengukuran debit menggunakan weir dan flume dapat dilihat pada lampiran.
Diantara beberapa teknik pengukuran debit yang ada, pengukuran debit aliran yang sederhana adalah menggunakan rumus kontinyuitas. Debit aliran (Q) dipertoleh dengan mengalikan kecepatan aliran (V) dengan luas penampang melintang (A), secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
Q = A.V.
Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan memperkirakan debit empiris menggunakan persamaan empiris dari manning. Cara ini dikenal sebagai slope-area methode. Bentuk persamaan manning adalah untuk memperoleh angka kecepatan pada saluran terbuka. Adapun rumusnya sebagai berikut :
V = (1/n) r 2/3 S 1/2
Dimana :
V = kecepatan aliran (m/dt),
r = jari-jari hidrolik (m),
S = kemiringan permukaan air, dan
n = angka koefisien kekasaran manning.
Pengukuran kecepatan aliran dapat dilakukan dengan cara sederhana yaitu dengan uji celup. Uji celup dilakukan dengan cara meletakan bola pingpong (atau benda terapung lainnya) diatas permukaan aliran air. Tentukan jarak tempuh bola pingpong dimaksud, misal J meter, Catat waktu tempuh bola pingpong sejauh J meter, misal ; t menit. Kecepatan (V) aliran adalah : J / t meter/menit.
Apabila data kecepatan (V) diatas di ketahui dan luas penampang melintang juga diketahui, maka selanjutnya dapat dihitung debit aliran(Q) menggunakan persamaan Q = A.V.
b. Saluran tertutup
Pengukuran debit pada saluran tertutup (pipa) dapat dilakukan dengan instrumen watermeter, venturymeter, flowmeter. Hasil pembacaan Venturymeter dan flowmeter adalah data tentang kecepatan aliran air (V). luas penampang pipa (A) dapat diukur dan dihitung dengan rumus ¼ p D2 . Selanjutnya data kecepatan dan luas penampang pipa digunakan untuk menghitung debit air Q = V.A.
Cara sedehana dapat dilakukan dengan bantuan alat penakar. Sebuah kontainer dengan volume tertentu (vol) digunakan untuk menampung aliran dari pipa selama waktu tertentu (t). Selajutnya data yang diperoleh dapat digunakan untuk menghitung debit air (Q) dalam pipa dimaksud. Debit air dapat dihitung dengan rumus Q = Vol / t .
Pengukuran debit air dalam pipa dapat juga dilakukan dengan bantuan Nomograph Hazen-William, apabila telah diketahu data diamater pipa (D), Kemiringan pipa (S), dan jenis material pipa (C).
c. Air tanah
Pengukuran debit air tanah yang keluar melalui mata air atau sumur dapat diukur. Pengukuran debit air sumur dapat dilakukan dengan bantuan pemompaan. Cara sederhana yang dapat dilakukan adalah :
- Ukur / hitung volume air sumur stabil (maksimal). Bila sumur berbentuk lingkaran, maka volume air dihitung berdasarkan rumus volume silinder (T x ¼ p D2 ), misal l m3.
- air sumur dipompa / dikuras sampai habis.
- Biarkan air sumur terisi kembali sampai dengan volume semula, catat waktu yang diperlukan untuk pengisian air sumur seperti volume semula, misal t menit.
- Hitung debit air sumur (Q), dengan rumus ; Q = l / t m3/menit .
Untuk mengukur debit mata air dapat dilakukan salah satu teknik diatas, yakni bisa dengan bantuan aliran dalam pipa menggunakan flowmeter, Weir, saluran terbuka, atau dengan cara menakar.
Pengukuran debit air tanah secara menyeluruh harus dilakuan dengan analisis / perhitungan flow net yang akan dibahas kemudian.
d. Air limbah
Pengukuran debit air limbah dapat dilakukan dengan rumus kontinuitas pada aliran air permukaan, Weir, Flume, menakar dan dapat pula melalui pendekatan kapasitas pemompaan.
Dalam rangka penyediaan air bersih bagi masyarakat perlu diketahui kapasitas air yang tersedia. Untuk mengetahui kapasitas air yang tersedia perlu dilakukan pengukuran. Pengukuran kapasitas air (debit air) dapat dilakukan mulai dengan cara yang paling sederhana hingga yang canggih.
2. Teknik pengukuran debit
a. Saluan terbuka
Gordon, dkk (1992) mengemukakan tentang teknik pengukuran debit aliran di lapangan dapat dilakukan melalui empat kategori, yaitu (a). Pengukuran volume air sungai, (b). Pengukuran debit dengan cara mengukur kecepatan aliran dan luas penampang melintang, (c). Pengukuran debit dengan menggunakan bahan pewarna yang dialirkan dalam aliran sungai, (d). Pengukuran debit dengan membuat bangunan pengukur debit seperti weir dan flume. Penjelasan tentang pengukuran debit menggunakan weir dan flume dapat dilihat pada lampiran.
Diantara beberapa teknik pengukuran debit yang ada, pengukuran debit aliran yang sederhana adalah menggunakan rumus kontinyuitas. Debit aliran (Q) dipertoleh dengan mengalikan kecepatan aliran (V) dengan luas penampang melintang (A), secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
Q = A.V.
Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan memperkirakan debit empiris menggunakan persamaan empiris dari manning. Cara ini dikenal sebagai slope-area methode. Bentuk persamaan manning adalah untuk memperoleh angka kecepatan pada saluran terbuka. Adapun rumusnya sebagai berikut :
V = (1/n) r 2/3 S 1/2
Dimana :
V = kecepatan aliran (m/dt),
r = jari-jari hidrolik (m),
S = kemiringan permukaan air, dan
n = angka koefisien kekasaran manning.
Pengukuran kecepatan aliran dapat dilakukan dengan cara sederhana yaitu dengan uji celup. Uji celup dilakukan dengan cara meletakan bola pingpong (atau benda terapung lainnya) diatas permukaan aliran air. Tentukan jarak tempuh bola pingpong dimaksud, misal J meter, Catat waktu tempuh bola pingpong sejauh J meter, misal ; t menit. Kecepatan (V) aliran adalah : J / t meter/menit.
Apabila data kecepatan (V) diatas di ketahui dan luas penampang melintang juga diketahui, maka selanjutnya dapat dihitung debit aliran(Q) menggunakan persamaan Q = A.V.
b. Saluran tertutup
Pengukuran debit pada saluran tertutup (pipa) dapat dilakukan dengan instrumen watermeter, venturymeter, flowmeter. Hasil pembacaan Venturymeter dan flowmeter adalah data tentang kecepatan aliran air (V). luas penampang pipa (A) dapat diukur dan dihitung dengan rumus ¼ p D2 . Selanjutnya data kecepatan dan luas penampang pipa digunakan untuk menghitung debit air Q = V.A.
Cara sedehana dapat dilakukan dengan bantuan alat penakar. Sebuah kontainer dengan volume tertentu (vol) digunakan untuk menampung aliran dari pipa selama waktu tertentu (t). Selajutnya data yang diperoleh dapat digunakan untuk menghitung debit air (Q) dalam pipa dimaksud. Debit air dapat dihitung dengan rumus Q = Vol / t .
Pengukuran debit air dalam pipa dapat juga dilakukan dengan bantuan Nomograph Hazen-William, apabila telah diketahu data diamater pipa (D), Kemiringan pipa (S), dan jenis material pipa (C).
c. Air tanah
Pengukuran debit air tanah yang keluar melalui mata air atau sumur dapat diukur. Pengukuran debit air sumur dapat dilakukan dengan bantuan pemompaan. Cara sederhana yang dapat dilakukan adalah :
- Ukur / hitung volume air sumur stabil (maksimal). Bila sumur berbentuk lingkaran, maka volume air dihitung berdasarkan rumus volume silinder (T x ¼ p D2 ), misal l m3.
- air sumur dipompa / dikuras sampai habis.
- Biarkan air sumur terisi kembali sampai dengan volume semula, catat waktu yang diperlukan untuk pengisian air sumur seperti volume semula, misal t menit.
- Hitung debit air sumur (Q), dengan rumus ; Q = l / t m3/menit .
Untuk mengukur debit mata air dapat dilakukan salah satu teknik diatas, yakni bisa dengan bantuan aliran dalam pipa menggunakan flowmeter, Weir, saluran terbuka, atau dengan cara menakar.
Pengukuran debit air tanah secara menyeluruh harus dilakuan dengan analisis / perhitungan flow net yang akan dibahas kemudian.
d. Air limbah
Pengukuran debit air limbah dapat dilakukan dengan rumus kontinuitas pada aliran air permukaan, Weir, Flume, menakar dan dapat pula melalui pendekatan kapasitas pemompaan.
Pendugaan Air Tanah
Metode :
A. Tradisional / konvensional :
- Daun pisang yang di tengkurapkan di tanah yang diduga, selama semalam suntuk à positip ada air bila jumlah embun besar. Dilakukan pada musim paling kering (September).
- Melempar tampah, digelindingkan à tempat berhenti tengkurap à positip ada air
- Revealer à menggunakan dua buah ranting kering bercabang yang dipegang dengan tangan kanan-kiri à positip air bila ujung ranting saling berhimpit.
- Dll.
B. Indikator lingkungan
- Memperhatikan daerah yang paling rendah (lembah) à buat sumur.
- Terdapat lebih banyak tumbuhan menghijau
- Bila di padang tandus / pasir à diatasnya banyak burung terbang berputar-putar.
- Bila pelepah dahan pohon kelapa SENGKLEH / semplak berarti ada air tanah dengan kedalaman < 10 M.
- Dll
C. Metode Sonar (radar):
- dengan instrument pembangkit dan penangkap gelombang à hasilnya ditampilkan dalam grafik kerapatan batuan. Perbedaan kerapatan ditafsirkan akan selalu berhubungan dengan kadar air dalam batuan.
D. Metoda Loren :
- ini identik dengan revealer, menganggap bahwa tubuh manusia seperti hal dioda. Tubuh manusia bila menginjak tanah akan mengalirkan listrik dengan muatan tertentu ( - / + ) yang kemudian dialirkan ke ujung revealer. Bila bermuatan kembar akan tolak-menolak (ujung reveler akan membuka) à menunjukan bahwa tanah yang diinjak dibawahnya tidak ada air.
- Pengguna revealer disyaratkan harus memiliki hambatan jenis tertentu (1 kOhm). Diukur dengan memegang ujung elektroda multi tester, dengan posisi ukur ohm-meter. Berhubungan dengan sensitivitas.
E. Metode Remote sensing (penginderaan jauh)
- Menggunakan interpretasi (tafsir) foto udara atau foto satelit.
à 9 Kunci interpretasi :
- Rona/warna (Tone/Color)
- Bentuk/Shape
- Ukuran/Size
- Pola/Pattern
- Kekasaran/Texture
- Tinggi/Height
- Bayangan/Shadow
- Situs/Site
- Asosiasi/ Association
F. Metode Resistifity meter (geolistrik)
- Prinsip kerja : mengalirkan listrik searah kedalam bumi, kemudian diukur nilai resistan-nya (nilai hambatan). Semakin kecil nilai hambatan berarti semakin basah. à banyak air.
- pertama kali dilakukan oleh Conrad Schlumberger pada tahun 1912
- merupakan salah satu metoda geofisika untuk mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik DC ('Direct Current') yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah
- berguna untuk mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah permukaan sampai kedalaman sekitar 300 m sangat berguna untuk mengetahui kemungkinan adanya lapisan akifer yaitu lapisan batuan yang merupakan lapisan pembawa air.
- Umumnya yang dicari adalah 'confined aquifer' yaitu lapisan akifer yang diapit oleh lapisan batuan kedap air (misalnya lapisan lempung) pada bagian bawah dan bagian atas. 'Confined' akifer ini mempunyai 'recharge' yang relatif jauh, sehingga ketersediaan air tanah di bawah titik bor tidak terpengaruh oleh perubahan cuaca setempat
- Dipandu dengan peta hydrologi. Dilengkapi fasilitas koordinat UTM (universal Tele Mercator), bisa dengan koordinat Bujur dan Lintang. Perlu GPS (global positioning system).
A. Tradisional / konvensional :
- Daun pisang yang di tengkurapkan di tanah yang diduga, selama semalam suntuk à positip ada air bila jumlah embun besar. Dilakukan pada musim paling kering (September).
- Melempar tampah, digelindingkan à tempat berhenti tengkurap à positip ada air
- Revealer à menggunakan dua buah ranting kering bercabang yang dipegang dengan tangan kanan-kiri à positip air bila ujung ranting saling berhimpit.
- Dll.
B. Indikator lingkungan
- Memperhatikan daerah yang paling rendah (lembah) à buat sumur.
- Terdapat lebih banyak tumbuhan menghijau
- Bila di padang tandus / pasir à diatasnya banyak burung terbang berputar-putar.
- Bila pelepah dahan pohon kelapa SENGKLEH / semplak berarti ada air tanah dengan kedalaman < 10 M.
- Dll
C. Metode Sonar (radar):
- dengan instrument pembangkit dan penangkap gelombang à hasilnya ditampilkan dalam grafik kerapatan batuan. Perbedaan kerapatan ditafsirkan akan selalu berhubungan dengan kadar air dalam batuan.
D. Metoda Loren :
- ini identik dengan revealer, menganggap bahwa tubuh manusia seperti hal dioda. Tubuh manusia bila menginjak tanah akan mengalirkan listrik dengan muatan tertentu ( - / + ) yang kemudian dialirkan ke ujung revealer. Bila bermuatan kembar akan tolak-menolak (ujung reveler akan membuka) à menunjukan bahwa tanah yang diinjak dibawahnya tidak ada air.
- Pengguna revealer disyaratkan harus memiliki hambatan jenis tertentu (1 kOhm). Diukur dengan memegang ujung elektroda multi tester, dengan posisi ukur ohm-meter. Berhubungan dengan sensitivitas.
E. Metode Remote sensing (penginderaan jauh)
- Menggunakan interpretasi (tafsir) foto udara atau foto satelit.
à 9 Kunci interpretasi :
- Rona/warna (Tone/Color)
- Bentuk/Shape
- Ukuran/Size
- Pola/Pattern
- Kekasaran/Texture
- Tinggi/Height
- Bayangan/Shadow
- Situs/Site
- Asosiasi/ Association
F. Metode Resistifity meter (geolistrik)
- Prinsip kerja : mengalirkan listrik searah kedalam bumi, kemudian diukur nilai resistan-nya (nilai hambatan). Semakin kecil nilai hambatan berarti semakin basah. à banyak air.
- pertama kali dilakukan oleh Conrad Schlumberger pada tahun 1912
- merupakan salah satu metoda geofisika untuk mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik DC ('Direct Current') yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah
- berguna untuk mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah permukaan sampai kedalaman sekitar 300 m sangat berguna untuk mengetahui kemungkinan adanya lapisan akifer yaitu lapisan batuan yang merupakan lapisan pembawa air.
- Umumnya yang dicari adalah 'confined aquifer' yaitu lapisan akifer yang diapit oleh lapisan batuan kedap air (misalnya lapisan lempung) pada bagian bawah dan bagian atas. 'Confined' akifer ini mempunyai 'recharge' yang relatif jauh, sehingga ketersediaan air tanah di bawah titik bor tidak terpengaruh oleh perubahan cuaca setempat
- Dipandu dengan peta hydrologi. Dilengkapi fasilitas koordinat UTM (universal Tele Mercator), bisa dengan koordinat Bujur dan Lintang. Perlu GPS (global positioning system).
Nama-nama Menteri Kesehatan RI
Saya seorang dosen /PNS yang bekerja di Kemeterian Kesehatan RI. Saya merasa perlu mengoleksi nama-nama para menteri kesehatan. kebetulan saya menemukan di tokohindonesia.com . meraka adalah sbb. :
Menteri Kesehatan RI:
► Dr. Endang Rahayu Sedyaningsiht,MPH
Kabinet Indonesia Bersatu II = 2009 -
►Siti Fadilah Supari
Kabinet Indonesia Bersatu I = 21 Oktober 2004-20 Oktober 2009
► Achmad Sujudi
Kabinet Gotong-Royong = 10 Agustus 2001-20 Oktober 2004
► Achmad Sujudi
Kabinet Persatuan Nasional = 23 Oktober 1999 – 22 Juli 2001
►Dr. dr. Farid Anfasa Moeloek
Kabinet Reformasi Pembangunan = 23 Mei 1998-20 Oktober 1999
►Dr. dr. Farid Anfasa Moeloek
Kabinet Pembangunan VII = 16 Maret 1998-21 Mei 1998
►Prof. Dr. Sujudi
Kabinet Pembangunan VI = 17 Maret 1993-16 Maret 1998
►Dr. Adyatma, MPH
Kabinet Pembangunan V = 21 Maret 1988-17 Maret 1993
►Dr. Suwardjono Surjaningrat
Kabinet Pembangunan IV = 19 Maret 1983-21 Maret 1988
►Dr. Soewardjono Surjaningrat
Kabinet Pembangunan III = 29 Maret 1978-19 Maret 1983
►Prof. Dr. G.A. Siwabessy
Kabinet Pembangunan II = 28 Maret 1973-29 Maret 1978
►Prof. Dr. G.A. Siwabessy
Kabinet Pembangunan I = 6 Juni 1968-28 Maret 1973
►Prof. Dr. G.A. Siwabessy
Kabinet Ampera II = 17 Oktober 1967-6 Juni 1968
►Prof. Dr. G.A. Siwabessy
Kabinet Ampera I = 25 Juli 1966-17 Oktober 1967
►Mayjen Prof. Dr. Satrio
Kabinet Dwikora II = 28 Maret 1966-25 Juli 1966
►Mayjen Prof. Dr. Satrio
Kabinet Dwikora I = 27 Agustus 1964-28 Maret 1966
►Mayjen Prof. Dr. Satrio
Kabinet Kerja IV = 13 November 1963-27 Agustus 1964
►Mayjen Prof. Dr. Satrio
Kabinet Kerja III = 6 Maret 1962-13 November 1963
►Brigjen Prof. Dr. Satrio
Kabinet Kerja II = 18 Februari 1960-6 Maret 1962
►Kol. Prof. Dr. Satrio
Kabinet Kerja I = 10 Juli 1959-18 Februari 1960
►Kol. Dr. Azis Saleh (IPKI)
Kabinet Karya = 9 April 1957-10 Juli 1959
►Dr. Handrianus S (Parkindo)
Kabinet Ali Sastroamidjojo II = 24 Maret 1956-9 April 1957
►Dr. Handrianus S (Parkindo)
Kabinet Burhanuddin Harahap = 12 Agustus 1955-24 Maret 1956
►Dr. J. Leimena (Parkindo)
Kabinet Ali Sastroamidjojo I = 30 Juli 1953-12 Agustus 1955
►Dr. J. Leimena (Parkindo)
Kabinet Wilopo = 3 April 1952-30 Juli 1953
►Dr. J. Leimena (Parkindo)
Kabinet Sukiman-Suwirjo = 27 April 1951-3 April 1952
►Dr. J. Leimena (Parkindo)
Kabinet Natsir = 6 September 1950-27 April 1951
►Dr. Sutopo (PIR)
Kabinet Halim = 21 Januari 1950-6 September 1950
►Dr. J. Leimena (Parkindo)
Kabinet RIS = 20 Desember 1949-6 September 1950
►Dr. Surono
Kabinet Hatta II = 4 Agustus 1949-20 Desember 1949
►Ir. Sitompul
Kabinet Darurat = 19 Desember 1948-13 Juli 1949
►Dr. J. Leimena (Parkindo)
Kabinet Hatta I = 29 Januari 1948-4 Agustus 1949
►Dr. J. Leimena (Parkindo)
Kabinet Amir Syarifuddin II = 11 November 1947-29 Januari 1948
►Dr. J. Leimena (Parkindo)
Kabinet Amir Syarifuddin I = 3 Juli 1947-11 November 1947
►Dr. Darma Setiawan
Kabinet Syahrir III = 2 Oktober 1946-26 Juni 1947
►Dr. Darma Setiawan
Kabinet Syahrir II = 12 Maret 1946-2 Oktober 1946
►Dr. Darma Setiawan
Kabinet Syahrir I = 14 November 1945-12 Maret 1946
►Dr. Buntaran Martoatmodjo
Kabinet Presidentil = 19 Agustus 1945-14 November 1945
Menteri Kesehatan RI:
► Dr. Endang Rahayu Sedyaningsiht,MPH
Kabinet Indonesia Bersatu II = 2009 -
►Siti Fadilah Supari
Kabinet Indonesia Bersatu I = 21 Oktober 2004-20 Oktober 2009
► Achmad Sujudi
Kabinet Gotong-Royong = 10 Agustus 2001-20 Oktober 2004
► Achmad Sujudi
Kabinet Persatuan Nasional = 23 Oktober 1999 – 22 Juli 2001
►Dr. dr. Farid Anfasa Moeloek
Kabinet Reformasi Pembangunan = 23 Mei 1998-20 Oktober 1999
►Dr. dr. Farid Anfasa Moeloek
Kabinet Pembangunan VII = 16 Maret 1998-21 Mei 1998
►Prof. Dr. Sujudi
Kabinet Pembangunan VI = 17 Maret 1993-16 Maret 1998
►Dr. Adyatma, MPH
Kabinet Pembangunan V = 21 Maret 1988-17 Maret 1993
►Dr. Suwardjono Surjaningrat
Kabinet Pembangunan IV = 19 Maret 1983-21 Maret 1988
►Dr. Soewardjono Surjaningrat
Kabinet Pembangunan III = 29 Maret 1978-19 Maret 1983
►Prof. Dr. G.A. Siwabessy
Kabinet Pembangunan II = 28 Maret 1973-29 Maret 1978
►Prof. Dr. G.A. Siwabessy
Kabinet Pembangunan I = 6 Juni 1968-28 Maret 1973
►Prof. Dr. G.A. Siwabessy
Kabinet Ampera II = 17 Oktober 1967-6 Juni 1968
►Prof. Dr. G.A. Siwabessy
Kabinet Ampera I = 25 Juli 1966-17 Oktober 1967
►Mayjen Prof. Dr. Satrio
Kabinet Dwikora II = 28 Maret 1966-25 Juli 1966
►Mayjen Prof. Dr. Satrio
Kabinet Dwikora I = 27 Agustus 1964-28 Maret 1966
►Mayjen Prof. Dr. Satrio
Kabinet Kerja IV = 13 November 1963-27 Agustus 1964
►Mayjen Prof. Dr. Satrio
Kabinet Kerja III = 6 Maret 1962-13 November 1963
►Brigjen Prof. Dr. Satrio
Kabinet Kerja II = 18 Februari 1960-6 Maret 1962
►Kol. Prof. Dr. Satrio
Kabinet Kerja I = 10 Juli 1959-18 Februari 1960
►Kol. Dr. Azis Saleh (IPKI)
Kabinet Karya = 9 April 1957-10 Juli 1959
►Dr. Handrianus S (Parkindo)
Kabinet Ali Sastroamidjojo II = 24 Maret 1956-9 April 1957
►Dr. Handrianus S (Parkindo)
Kabinet Burhanuddin Harahap = 12 Agustus 1955-24 Maret 1956
►Dr. J. Leimena (Parkindo)
Kabinet Ali Sastroamidjojo I = 30 Juli 1953-12 Agustus 1955
►Dr. J. Leimena (Parkindo)
Kabinet Wilopo = 3 April 1952-30 Juli 1953
►Dr. J. Leimena (Parkindo)
Kabinet Sukiman-Suwirjo = 27 April 1951-3 April 1952
►Dr. J. Leimena (Parkindo)
Kabinet Natsir = 6 September 1950-27 April 1951
►Dr. Sutopo (PIR)
Kabinet Halim = 21 Januari 1950-6 September 1950
►Dr. J. Leimena (Parkindo)
Kabinet RIS = 20 Desember 1949-6 September 1950
►Dr. Surono
Kabinet Hatta II = 4 Agustus 1949-20 Desember 1949
►Ir. Sitompul
Kabinet Darurat = 19 Desember 1948-13 Juli 1949
►Dr. J. Leimena (Parkindo)
Kabinet Hatta I = 29 Januari 1948-4 Agustus 1949
►Dr. J. Leimena (Parkindo)
Kabinet Amir Syarifuddin II = 11 November 1947-29 Januari 1948
►Dr. J. Leimena (Parkindo)
Kabinet Amir Syarifuddin I = 3 Juli 1947-11 November 1947
►Dr. Darma Setiawan
Kabinet Syahrir III = 2 Oktober 1946-26 Juni 1947
►Dr. Darma Setiawan
Kabinet Syahrir II = 12 Maret 1946-2 Oktober 1946
►Dr. Darma Setiawan
Kabinet Syahrir I = 14 November 1945-12 Maret 1946
►Dr. Buntaran Martoatmodjo
Kabinet Presidentil = 19 Agustus 1945-14 November 1945
Sejarah Kesehatan Lingkungan
Pengantar :
Tulisan dibawah ini berupa rentetan tahun peristiwa (time line) yang berhubungan atau dihubungkan dengan kesehatan lingkungan. Sesungguhnya hanya sebagai umpan bagi pembaca untuk dapat memberikan koreksi dan tambahan materi dalam rangka menyusun “Sejarah Kesehatan Lingkungan”.
Pembaca diharapkan dapat berperan aktif dalam diskusi yang digelar via milist sanitarian_indonesia@yahoogroup.com. Diskusi ini diniatkan sebagai bentuk kegiatan Peringatan HKN 2010.
A. Umum (di dunia)
- Tahun 3000 sm (Minoa & Kreta) dan 1500 sm (Mesir & Yahudi) : telah ada pembuangan air limbah, pengaturan air minum, WC umum.
- Zaman Romawi Kuno : ada semacam IMB, pencatatan hewan piaraan.
- Abad I – VII : mulai memperhatikan lingkungan dalam mengatasi epidemi/endemi penyakit.
- Buku Zon airs, waters and places (Hipocrates, 2400 t yl) : hubungan timbal balik antar penyakit dan lingkungan.
- Abad XVII : beberapa negara di Eropa membuat UU Sanitary Legeslation serta penerapan militery hygiene.
- Abad XVII : Pada masa ini telah diterapkan lapangan hygiene dan social medicine. Terjadi gerakan secara besar-besaran bidang kesehatan masyarakat di Inggris yang disebut Public hygiene.
- Di Perancis lahir sebuah dewan yang bernama : Council of Publick Hygiene (UU 1789 – 1791)
- Sanitary Condition of The Labouring Population of Great Britain (Edwin Chadwick, 1842) : Dewan Umum Kesehatan mengontrol kondisi perumahan, SPAL, air bersih dan tenaga kesehatan.
- Sanitary Condition of The Labouring Population in New York (John C. Griscom, 1848) dan Report of The Sanitary Commission on Massachussets (Samuel Shattuck, 1850)
- Di Inggris dibentuk kementrian : Ministri of Pablick Health (1 Juli 1919)
- Gordon dan Le Richt (1950) : teori ekologi untuk menjelaskan peristiwa penyakit.
- Blum (1974) : Planning For Health, Development and Application of Social Change Theory.
- Perhatian masyarakat yang luar biasa terhadap kasus-kasus pencemaran lingkungan al. smog di Inggris (1952), Minamata, Jepang (1973), dll.
- Deklarasi WHO di Alma alta tentang Kesehatan Untuk Semua Tahun 2000
- ……?
- 4 Desember 2006, PBB menetapkan Tahun Sanitasi Internasional 2008
B. Khusus (di Indonesia)
- Tahun 1882 : diundangkannya UU Hygiene oleh Belanda
- 1924 Dinas Higiene dibentuk oleh pemerintah Belanda. Kegiatan berupa pemberantasan cacing tambang di daerah Banten dengan cara mendorong rakyat untuk membuat kakus / jamban sederhana. pendirian Rival Hygiene Work di Banyuwangi dan Kebumen atas prakarsa Rochefeller Foundation
- 1933 di Banyumas dibentuk organisasi higiene tersendiri dengan nama Percontohan Dinas Kesehatan Kabupaten di Purwokerto (Demonstratie Regentschaps Gezondheid Dienst (DRGD)). Dinas ini terpisah dari Dinas Kuratif yang telah ada sebelumnya. Kegiatan utamanya adalah pemberantasan cacing tambang yang menekankan anjuran pembangunan jamban dan perbaikan pelayanan air minum (Bodemen water verontriniging). Proyek ini mendapat bantuan dari Rockoveller foundation dengan Professor Hedrick sebagai menegernya.
- 1936 didirikanlah Sekolah Mantri Hygiene atau Hygiene Mantri School (HMS) bertempat di Purwokerto. Lulusannya dekenal sebagai mantri kakus.
- 1942 – 1947 Lulusan HMS telah disebar ke pelosok jawa dan madura. Lulusan yang masih tinggal di Purwokerto ditugasi untuk mengajar di Sekolah Mantri Kesehatan (SMK). SMK merupakan perubahan bentuk dari HMS. Pada periode ini dr R. Moehtar membentuk Juru Hygiene Desa yang disebar di seluruh desa di kabupaten Banyumas. Juru Hygiene Desa diupah /dibiayai oleh desa setempat dengan mendapatkan tanah bengkok (tanah garapan). Lingkup tugasnya adalah water supply dan latrine (penyediaan air bersih dan jamban)
- Tahun 1950an Berdiri institusi pendidikan dibawah Departemen Kesehatan RI yang bernama Pendidikan Kontrolir Kesehatan di Jakarta dan Surabaya. Institusi ini mengajarkan materi tentang sanitasi dan kesehatan lingkungan. Lulusannya langsung diangkat menjadi PNS yang bertugas mengurusi masalah sanitasi/kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular dan penyuluhan kesehatan.
- 1955 Percontohan Usaha Hygiene dan Pendidikan Kesehatan Rakyat (PUH / PKR) menjadi bagian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas sebagai embrio Seksi Kesehatan Lingkungan.
- 5 September tahun 1955 berdiri Ikatan Kontrolier Kesehatan Indonesia ( IKKI).
- 1956 : adanya integrasi usaha pengobatan dan usaha kesehatan lengkungan di Bekasi hingga didirikan Bekasi Training Center
- 12 November 1959 : pencanangan program pemberantasan malaria sebagai program kesehatan lingkungan di tanah air (12 November 1959 : hari Kesehatan Nasional)
- 1968 : Program Kesehatan Lingkungan masuk dalam upaya pelayanan PUSKESMAS
- 1974 Terbit instruksi presiden ( INPRES) tentang SAMIJAGA (sarana air minum dan jamban keluarga)
- 1975 – 1985an diselenggarakan Crash Training Program Tenaga Hygiene & Sanitasi dan didirikan Sekolah Pembantu Penilik Hygiene (SPPH) dibeberapa propinsi. Pesertanya dari lulusan SMA Paspal dididik dan dipersiapkan untuk menjadi tenaga lini depan proyek SAMIJAGA (Sarana Air Minum dan Jamban Keluarga).
- 12 April 1980, di Bandung berdiri organisasi Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI)
- 1982 terbit SKN (Sistem Kesehatan Nasional)
- ………………?
- 1999 Visi Indonesia Sehat 2010 dicanangkan dan ditandatangani Presiden BJ Habibie. Visi Indonesia sehat 2010 secara umum berisi keinginan agar masyarakat Indonesia berperilaku hidup bersih dan sehat, berada di lingkungan yang sehat dan memperoleh pelayanan kesehatan yang adil dan merata.
- Juli 2003 WASPOLA (Water Suply and Sanitation Policy Formulation and Action Planning) dibawah koordinasi BAPPENAS melahirkan Kebijakan Nasional Pembanguan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Berbasis Masyarakat.
- 19-21 November 2007 di Jakarta di selenggarakan Konferensi Sanitasi Nasional (KSN)
Sumber Bacaan :
- Presentasi kuliah Kesehatan Lingkungan oleh Dr. Irwin Aras Bagian IKM/IKK FK-UNHAS
- Presentasi kuliah Dasar Kesehatan Lingkungan oleh Sri Puji Ganefati, SKM., M.Kes, JKL Yogyakarta
- Riwayat Berdirinya SPPH Purwokerto oleh S. Purwanto, MSc, Buletin Keslingmas SPPH Purwokerto.
- Sejarah PKM, Kliping Yayasan Sanitarian Banyumas
- CD Ensiklopedi Hutchinson Reference 2000
- CD Eksiklopedi Encarta Refference Library 2005
- CD Ensiklopedi Ilmu Pengetahuan & Teknologi YASAMAS 2005
Tulisan dibawah ini berupa rentetan tahun peristiwa (time line) yang berhubungan atau dihubungkan dengan kesehatan lingkungan. Sesungguhnya hanya sebagai umpan bagi pembaca untuk dapat memberikan koreksi dan tambahan materi dalam rangka menyusun “Sejarah Kesehatan Lingkungan”.
Pembaca diharapkan dapat berperan aktif dalam diskusi yang digelar via milist sanitarian_indonesia@yahoogroup.com. Diskusi ini diniatkan sebagai bentuk kegiatan Peringatan HKN 2010.
A. Umum (di dunia)
- Tahun 3000 sm (Minoa & Kreta) dan 1500 sm (Mesir & Yahudi) : telah ada pembuangan air limbah, pengaturan air minum, WC umum.
- Zaman Romawi Kuno : ada semacam IMB, pencatatan hewan piaraan.
- Abad I – VII : mulai memperhatikan lingkungan dalam mengatasi epidemi/endemi penyakit.
- Buku Zon airs, waters and places (Hipocrates, 2400 t yl) : hubungan timbal balik antar penyakit dan lingkungan.
- Abad XVII : beberapa negara di Eropa membuat UU Sanitary Legeslation serta penerapan militery hygiene.
- Abad XVII : Pada masa ini telah diterapkan lapangan hygiene dan social medicine. Terjadi gerakan secara besar-besaran bidang kesehatan masyarakat di Inggris yang disebut Public hygiene.
- Di Perancis lahir sebuah dewan yang bernama : Council of Publick Hygiene (UU 1789 – 1791)
- Sanitary Condition of The Labouring Population of Great Britain (Edwin Chadwick, 1842) : Dewan Umum Kesehatan mengontrol kondisi perumahan, SPAL, air bersih dan tenaga kesehatan.
- Sanitary Condition of The Labouring Population in New York (John C. Griscom, 1848) dan Report of The Sanitary Commission on Massachussets (Samuel Shattuck, 1850)
- Di Inggris dibentuk kementrian : Ministri of Pablick Health (1 Juli 1919)
- Gordon dan Le Richt (1950) : teori ekologi untuk menjelaskan peristiwa penyakit.
- Blum (1974) : Planning For Health, Development and Application of Social Change Theory.
- Perhatian masyarakat yang luar biasa terhadap kasus-kasus pencemaran lingkungan al. smog di Inggris (1952), Minamata, Jepang (1973), dll.
- Deklarasi WHO di Alma alta tentang Kesehatan Untuk Semua Tahun 2000
- ……?
- 4 Desember 2006, PBB menetapkan Tahun Sanitasi Internasional 2008
B. Khusus (di Indonesia)
- Tahun 1882 : diundangkannya UU Hygiene oleh Belanda
- 1924 Dinas Higiene dibentuk oleh pemerintah Belanda. Kegiatan berupa pemberantasan cacing tambang di daerah Banten dengan cara mendorong rakyat untuk membuat kakus / jamban sederhana. pendirian Rival Hygiene Work di Banyuwangi dan Kebumen atas prakarsa Rochefeller Foundation
- 1933 di Banyumas dibentuk organisasi higiene tersendiri dengan nama Percontohan Dinas Kesehatan Kabupaten di Purwokerto (Demonstratie Regentschaps Gezondheid Dienst (DRGD)). Dinas ini terpisah dari Dinas Kuratif yang telah ada sebelumnya. Kegiatan utamanya adalah pemberantasan cacing tambang yang menekankan anjuran pembangunan jamban dan perbaikan pelayanan air minum (Bodemen water verontriniging). Proyek ini mendapat bantuan dari Rockoveller foundation dengan Professor Hedrick sebagai menegernya.
- 1936 didirikanlah Sekolah Mantri Hygiene atau Hygiene Mantri School (HMS) bertempat di Purwokerto. Lulusannya dekenal sebagai mantri kakus.
- 1942 – 1947 Lulusan HMS telah disebar ke pelosok jawa dan madura. Lulusan yang masih tinggal di Purwokerto ditugasi untuk mengajar di Sekolah Mantri Kesehatan (SMK). SMK merupakan perubahan bentuk dari HMS. Pada periode ini dr R. Moehtar membentuk Juru Hygiene Desa yang disebar di seluruh desa di kabupaten Banyumas. Juru Hygiene Desa diupah /dibiayai oleh desa setempat dengan mendapatkan tanah bengkok (tanah garapan). Lingkup tugasnya adalah water supply dan latrine (penyediaan air bersih dan jamban)
- Tahun 1950an Berdiri institusi pendidikan dibawah Departemen Kesehatan RI yang bernama Pendidikan Kontrolir Kesehatan di Jakarta dan Surabaya. Institusi ini mengajarkan materi tentang sanitasi dan kesehatan lingkungan. Lulusannya langsung diangkat menjadi PNS yang bertugas mengurusi masalah sanitasi/kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular dan penyuluhan kesehatan.
- 1955 Percontohan Usaha Hygiene dan Pendidikan Kesehatan Rakyat (PUH / PKR) menjadi bagian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas sebagai embrio Seksi Kesehatan Lingkungan.
- 5 September tahun 1955 berdiri Ikatan Kontrolier Kesehatan Indonesia ( IKKI).
- 1956 : adanya integrasi usaha pengobatan dan usaha kesehatan lengkungan di Bekasi hingga didirikan Bekasi Training Center
- 12 November 1959 : pencanangan program pemberantasan malaria sebagai program kesehatan lingkungan di tanah air (12 November 1959 : hari Kesehatan Nasional)
- 1968 : Program Kesehatan Lingkungan masuk dalam upaya pelayanan PUSKESMAS
- 1974 Terbit instruksi presiden ( INPRES) tentang SAMIJAGA (sarana air minum dan jamban keluarga)
- 1975 – 1985an diselenggarakan Crash Training Program Tenaga Hygiene & Sanitasi dan didirikan Sekolah Pembantu Penilik Hygiene (SPPH) dibeberapa propinsi. Pesertanya dari lulusan SMA Paspal dididik dan dipersiapkan untuk menjadi tenaga lini depan proyek SAMIJAGA (Sarana Air Minum dan Jamban Keluarga).
- 12 April 1980, di Bandung berdiri organisasi Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI)
- 1982 terbit SKN (Sistem Kesehatan Nasional)
- ………………?
- 1999 Visi Indonesia Sehat 2010 dicanangkan dan ditandatangani Presiden BJ Habibie. Visi Indonesia sehat 2010 secara umum berisi keinginan agar masyarakat Indonesia berperilaku hidup bersih dan sehat, berada di lingkungan yang sehat dan memperoleh pelayanan kesehatan yang adil dan merata.
- Juli 2003 WASPOLA (Water Suply and Sanitation Policy Formulation and Action Planning) dibawah koordinasi BAPPENAS melahirkan Kebijakan Nasional Pembanguan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Berbasis Masyarakat.
- 19-21 November 2007 di Jakarta di selenggarakan Konferensi Sanitasi Nasional (KSN)
Sumber Bacaan :
- Presentasi kuliah Kesehatan Lingkungan oleh Dr. Irwin Aras Bagian IKM/IKK FK-UNHAS
- Presentasi kuliah Dasar Kesehatan Lingkungan oleh Sri Puji Ganefati, SKM., M.Kes, JKL Yogyakarta
- Riwayat Berdirinya SPPH Purwokerto oleh S. Purwanto, MSc, Buletin Keslingmas SPPH Purwokerto.
- Sejarah PKM, Kliping Yayasan Sanitarian Banyumas
- CD Ensiklopedi Hutchinson Reference 2000
- CD Eksiklopedi Encarta Refference Library 2005
- CD Ensiklopedi Ilmu Pengetahuan & Teknologi YASAMAS 2005
Langganan:
Postingan (Atom)