“Binaaaa….. lingkungan sehat, masyarakat sentosa…..” . ini adalah sepotong bait lagu Mars Hidup Sehat. Memiliki makna yang agung, mempunyai pesan yang jelas dan implikasi yang luas.
Bina lingkungan memiliki konotasi miring ketika masa orde baru. Bina lingkungan sering diartikan mengikut-sertakan anak, keponakan, teman dan lainnya dalam penyelenggarakan proyek. Atau, mengakomodasi permintaan pejabat untuk menitipkan anak, saudara, dll agar diterima di sebuah institusi pendidikan atau agar diterima sebagai karyawan di sebuah perusahaan. Seringkali, permintaan ini disertai dengan intimidasi dalam bentuk yang beragam.Tetapi, sudahlah, kita tidak perlu bahas bina lingkungan semacam ini.
Kalimat “Bina lingkungan sehat” dalam Mars Hidup Sehat, mestinya menjadi panduan utama bagi Departemen Kesehatan di dalam pelaksaan pembangunan kesehatan. Semua tenaga kesehatan faham bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh empat factor, dan terbesar dipengaruhi oleh lingkungan. Visi Indonesia Sehat 2010 jelas sekali menempatkan aspek lingkungan sehat sebagai sasaran pembangunan, yakni berperilaku sehat di lingkungan yang sehat dan pelayanan yang adil-merata.
Tapi apa mau dikata, Program Desa Siaga yang seharusnya juga membina lingkungan sehat, ternyata baru membina “ibu hamil dan bayi yang sehat”. Rupanya lupa bahwa agar ibu dan bayi yang sehat sangat di pengaruhi oleh kondisi lingkungan. Tegasnya, Program Desa Siaga mestinya tidak hanya mendayagunakan Bidan, tetapi juga harus mendayagunakan Sanitarian.
Lebih ironis, bila bina lingkungan sehat, tidak di tangani oleh Departemen Kesehatan. Gejala ini tampak bila mencermati pencanangan Tahun Sanitasi Internasional 2008, dimana Depkes bukan menjadi leading sector –nya. Kalau sudah begini, lalu muncul pertanyaan “Yang salah bait lagu Mars nya ?” atau “Depkes yang belum konsisten dengan Mars nya?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar