Johari Window dalam perspektif Santri

 Johari Window diperkenalkan pada tahun 1955 oleh dua psikolog Amerika bernama Joseph Luft dan Harry Ingham. Model ini dikembangkan saat mereka bekerja di University of California dan publikasi awalnya terkait dengan pelatihan kelompok di institusi tersebut. Nama "Johari" sendiri diambil dari gabungan nama depan kedua penciptanya, yaitu "Jo" dari Joseph dan "Hari" dari Harry.  Joseph Luft (1916-2014) dan Harry Ingham (kadang disebut Harrington Ingham, 1914-1995). Joseph Luft dikenal karena karyanya di bidang psikologi sosial dan hubungan interpersonal. Harry Ingham juga merupakan psikolog yang bersama Luft mengembangkan konsep ini di University of California. 

Teori Johari Window mereka adalah sebuah alat atau model yang membantu orang memahami hubungan antara kesadaran diri dan bagaimana orang lain memandangnya, dengan fokus pada aspek komunikasi dan hubungan interpersonal. Model ini menjadi populer dalam pelatihan kelompok, pengembangan diri, serta pelatihan dalam organisasi dan manajemen karena kemampuannya membantu individu dan kelompok untuk meningkatkan pemahaman diri dan keterbukaan dalam interaksi sosial.

Johari Window bekerja dengan membagi aspek kesadaran dan informasi diri ke dalam empat kuadran yang berbeda, yaitu:

  1. Kuadran Terbuka (Open Self): Berisi informasi tentang diri seseorang yang diketahui oleh dirinya sendiri dan juga diketahui oleh orang lain. Contohnya perilaku, perasaan, dan motivasi yang terbuka untuk komunikasi dan interaksi sosial.

  2. Kuadran Buta (Blind Self): Berisi informasi yang tidak disadari oleh diri sendiri tetapi diketahui oleh orang lain. Misalnya, kebiasaan atau reaksi yang terlihat oleh orang lain tapi tidak disadari oleh individu tersebut.

  3. Kuadran Tersembunyi (Hidden Self): Berisi informasi yang diketahui oleh diri sendiri tetapi tidak dibagikan atau disembunyikan dari orang lain. Contohnya rahasia atau perasaan yang disengaja tidak diungkapkan.

  4. Kuadran Tidak Diketahui (Unknown Self): Berisi informasi tentang diri seseorang yang tidak diketahui baik oleh dirinya sendiri maupun oleh orang lain, termasuk potensi, motivasi, atau perasaan yang belum teridentifikasi.

Perhatikan  gambar kuadran berikut:

Paralel dengan teori tersebut adalah pandangan dari Imam al Ghozali tentang 4 type manusia.  Imam Al-Ghazali hidup pada periode Dinasti Abbasiyah, khususnya pada masa pemerintahan Dinasti Bani Saljuk yang menguasai Abbasiyah dalam periode keempat pemerintahan Abbasiyah (sekitar tahun 1055-1194 M). Ia lahir pada tahun 450 H / 1058 M dan wafat pada 505 H / 1111 M. Masa hidup dan aktivitas intelektual Al-Ghazali berlangsung di bawah kekuasaan beberapa Khalifah Abbasiyah serta Sultan dari Dinasti Saljuk, termasuk Sultan Tughril Beg, Alp Arslan, dan Malik Shah. Al-Ghazali juga menjabat sebagai guru besar di Universitas Nizamiyah Baghdad selama masa itu. Periode tersebut ditandai oleh pergolakan politik dan pergeseran pengaruh agama, di mana Al-Ghazali berperan penting dalam mengembalikan otoritas keagamaan Sunni melalui karyanya dan pengaruh intelektualnya.

Imam al Ghozali (1058-1111 M) menjelaskan tentang 4 type manusia adalah sebagai berikut:
  1. Rojulun Yadri wa Yadri Annahu Yadri
    (Orang yang tahu dan sadar bahwa dia tahu)
    Golongan ini adalah yang terbaik karena memiliki ilmu dan menyadari pengetahuan tersebut. Mereka menggunakan ilmunya untuk kebaikan umat. Contohnya adalah para ulama sejati yang memiliki kedalaman ilmu dan takut kepada Allah.

  2. Rojulun Yadri wa Laa Yadri Annahu Yadri
    (Orang yang tahu tapi tidak sadar bahwa dia tahu)
    Golongan ini memiliki potensi ilmu tapi tidak menyadari atau mengoptimalkannya, seperti “macan tidur” yang potensinya belum digunakan secara maksimal.

  3. Rojulun Laa Yadri wa Yadri Annahu Laa Yadri
    (Orang yang tidak tahu dan sadar bahwa dia tidak tahu)
    Golongan ini sedang dalam proses mencari ilmu, menyadari kekurangan, dan berusaha memperbaiki diri. Mereka termasuk orang yang masih belajar dan berusaha keras.

  4. Rojulun Laa Yadri wa Laa Yadri Annahu Laa Yadri
    (Orang yang tidak tahu dan tidak sadar bahwa dia tidak tahu)
    Golongan ini dianggap paling buruk oleh Imam Ghazali karena mereka merasa tahu dan memiliki ilmu padahal sebenarnya tidak, dan sulit diberi pengertian.

Perhatikan tabel perbandingan berikut:

Johari Window (1955)

Tipe Manusia Imam Ghazali (1111)

Keterangan

Kuadran Terbuka (Open Self), diketahui diri sendiri dan orang lain.

Rojulun Yadri wa Yadri Annahu Yadri (Orang yang tahu dan sadar bahwa dia tahu)

Orang yang tahu dan sadar akan ilmunya, menggunakan ilmu untuk kebaikan. Setara dengan manusia terbaik yang sadar dan mengoptimalkan ilmunya.

Kuadran Buta (Blind Self), tidak diketahui diri sendiri , namun diketahui orang lain

Rojulun Yadri wa Laa Yadri Annahu Yadri (Orang yang tahu tapi tidak sadar bahwa dia tahu)

Orang yang tahu tapi tidak sadar akan ilmunya. Sama seperti "macan tidur" yang punya potensi tapi belum optimal menyadarinya.

Kuadran Tersembunyi (Hidden)diketahui diri sendiri , namun tidak diketahui orang lain

Rojulun Laa Yadri wa Yadri Annahu Laa Yadri (Orang yang tidak tahu dan sadar bahwa dia tidak tahu)

Orang yang tidak tahu tapi sadar bahwa dia tidak tahu. Ini yang sedang dalam proses belajar dan introspeksi.

Kuadran Tidak Diketahui (Unknown), tidak diketahui diri sendiri maupun orang lain

Rojulun Laa Yadri wa Laa Yadri Annahu Laa Yadri (Orang yang tidak tahu dan tidak sadar bahwa dia tidak tahu)

Orang yang tidak tahu dan tidak sadar bahwa dia tidak tahu. Ini golongan paling buruk, karena tidak menyadari ketidaktahuannya dan sulit diberi pengertian.

Perbandingan ini menunjukkan kesesuaian konsep antara Johari Window dan pemikiran Imam Ghazali dalam hal kesadaran diri dan pengetahuan. Kuadran terbuka dalam Johari Window mencerminkan tipe manusia yang sadar ilmunya dan menggunakannya secara aktif, yang juga merupakan golongan terbaik menurut Ghazali. Kuadran buta paralel dengan orang yang memiliki ilmu tapi tidak menyadarinya, menunjukkan potensi yang belum dimanfaatkan penuh.

Kuadran tersembunyi dihubungkan dengan orang yang menyadari ketidaktahuannya dan sedang berusaha belajar, sejalan dengan ajaran Ghazali tentang pentingnya introspeksi dan kesadaran atas kelemahan diri untuk perkembangan ilmu. Kuadran tidak diketahui mencerminkan orang yang paling buruk dalam tipe Ghazali, yaitu yang tidak tahu dan tidak sadar akan ketidaktahuannya, yang mengakibatkan stagnasi dan kesulitan pembelajaran.

Dengan demikian, kedua model ini menekankan pentingnya kesadaran diri dan keterbukaan sebagai kunci perkembangan pribadi dan hubungan sosial yang sehat. Johari Window mengaplikasikannya dalam komunikasi interpersonal, sementara Imam Ghazali membingkainya dalam kerangka spiritual dan pengetahuan untuk kehidupan yang lebih bermakna.

Apabila mencermati tabel perbandingan tersebut, maka tampak bahwa materi dari johari window dan imam ghozali  adalah paralel. Namun jika dilihat dari tahun diperkenalkan pada publik maka jelas sekali hal tersebut adalah serial, dimana imam al Ghozali lebih dahulu lebih dari 840 tahun.

Dalam perspektif santri, Joseph Luft dan Harry Ingham (Johari), patut diduga "Nyantri" kepada Imam al Ghozali melalui kitab Ihya 'Ulumuddin yang dipelajarinya lewat beragam kanal. Nyantri dalam tanda petik disini memiliki banyak makna, dan yang paling mungkin memiliki makna menyadur atau menjiplak. Iya, Johari Window menjiplak Imam al Ghozali.




Tidak ada komentar: