Senin, 13 Oktober 2025

Fakta tentang air

 Air yang kita ketahui sbb.:

  • 1/6 dari seluruh populasi dunia tidak memiliki akses terhadap air bersih.
  •  2,5 miliar orang (sebagian besar di negara berkembang) tidak memiliki toilet yang layak, sehingga kotoran dengan mudah mencemari air tanah yang diminum sehari- hari.
  • Pencemaran air di Indonesia menimbulkan kerugian Rp 45 triliun per tahun.
  • Sejumput kecil kotoran manusia mengandung 1.000.000.000.000 virus dan 10.000.000 bakteri. Dan orang yang meminumnya dapat terjangkit penyakit seperti kolera, yang dapat menyebabkan diare yang parah.
  • Setiap menit, 4 orang di dunia meninggal akibat penyakit yang timbul akibat penggunaan air yang tidak bersih. Di seluruh dunia, diare membunuh 4.100 anak setiap hari.
  • Setiap tahunnya, 443 juta hari sekolah hilang akibat diare.
  • Curah hujan di beberapa daerah di Jawa dan Bali mencapai 360 mm/bulan, namun banyak daerah yang kesulitan air bersih.
  • Indonesia memiliki potensi air tawar sebesar 1.957 miliar m3/tahun. Hampir 87% terkonsentrasi di pulau kalimantan, papua, dan sumatera.
  • Pulau Jawa memiliki luas 7% dari total luas daratan Indonesia dan memiliki 4,5% dari total cadangan air tawar nasional. Namun pulau ini dihuni oleh 65% dari total pendudukan Indonesia.
  • Pemerintah memiliki 7,1 sambungan air bersih yang hanya mampu melayani 35,5 juta jiwa. Hal tersebut mengakibatkan masyarakat yang belum memiliki akses air bersih terpaksa menggantungkan kebutuhnannya pada sumber air permukaan sepereti empang dan air hujan.
  • Indonesia memiliki 6% persediaan air dunia atau sekitar 21% persediaan air Asia Pasifik. Namun dari tahun ke tahun Indonesia mengalimi krisis air bersih.
  • Indonesia memiliki lebih dari 500 danau dan diperkirakan memiliki volume sebesar 308 juta meter kubik.
  • Menurut laporan USAID 2007, hampir 100% sumber air minum Indonesia tercemar bakteri E. Coli dan Coliform.
  • 60 juta penduduk Indonesia saat ini tidak memiliki akses ke air bersih.
  • Sungai Ciliwung terbesar tercemar bakteri E.Coli, kadar pencemaran mencapai 1,6-3 juta individu per 100 cc, padahal standar amannya adalah 2000 individu per 100 cc.
---------------

Sumber :  Moses W. Y.; M. Teguh F.; Tresna I.; Fikri F.,    "ARSITEKTUR DAN LINGKUNGAN", Architecture Department – Indonesia University of Education

Kamis, 02 Oktober 2025

Surfaktan Diterjen Modern

Surfaktan berfungsi menurunkan tegangan permukaan air agar air dapat membasahi dan mengangkat kotoran dengan lebih baik. Dalam deterjen modern, kombinasi berbagai jenis surfaktan digunakan untuk keseimbangan daya pembersih, busa, dan kelembutan. Jenis bahan penurun tegangan (surfaktan) yang umum digunakan dalam deterjen modern:

1. Surfaktan Anionik

  • Bersifat bermuatan negatif, paling umum digunakan dalam deterjen karena efektif dalam mengangkat kotoran dan minyak.

  • Contoh:

    • Sodium Lauryl Sulfate (SLS)

    • Sodium Laureth Sulfate (SLES)

    • Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS)

    • Methyl Ester Sulfonate (MES) dari minyak nabati

2. Surfaktan Nonionik

  • Tidak bermuatan, dikenal lebih lembut dan cocok untuk kulit sensitif.

  • Contoh:

    • Alkyl Polyglucosides (APG)

    • Alcohol Ethoxylates (AE)

  • Biasanya digunakan bersama surfaktan anionik untuk meningkatkan pembersihan dan mengurangi iritasi.

3. Surfaktan Kationik

  • Bermuatan positif, sering dipakai dalam kondisioner atau pelembut kain karena sifat antistatik dan antimikrobanya, bukan sebagai bahan utama deterjen.

  • Contoh:

    • Behentrimonium Chloride

    • Cetyltrimethylammonium Chloride

4. Surfaktan Amfoterik

  • Memiliki muatan positif dan negatif tergantung pH larutan, digunakan untuk membuat produk pembersih yang lembut seperti sampo bayi.

  • Contoh:

    • Cocamidopropyl Betaine


Pemanfaatan khusus:

  • Sodium Lauryl Sulfate (SLS), Sodium Laureth Sulfate (SLES) sering ditemukan sebagai surfaktan anionik utama.

  • Alkyl Polyglucosides (APG) sebagai surfaktan nonionik ramah lingkungan.

  • Surfaktan kationik dan amfoterik lebih sering terdapat pada produk pelembut atau pembersih spesial

Rabu, 01 Oktober 2025

Indikator pencemaran logam berat pada limbah batik

Tabel:  Indikator Keberadaan Logam Atau Senyawa Tertentu Pada Pewarna Sintetis

Warna Air limbah

Indikator Logam/Senyawa yang Terkandung

Contoh Pewarna Sintetis

Merah

Mengandung senyawa besi (Fe), tembaga (Cu), senyawa azo dan anthraquinone

Amaranth, Eritrosin

Kuning

Mengindikasikan keberadaan kromium (Cr), aluminium (Al), senyawa azo

Tartrazine, Sunset Yellow

Hijau

Dapat mengandung tembaga (Cu), logam berat atau senyawa kompleks

Fast Green FCF, Malachite Green

Biru

Biasanya mengandung cobalt (Co), tembaga (Cu), atau senyawa indigoid

Indigo Carmine, Brilliant Blue FCF

Ungu / Violet

Mengandung senyawa chromium (Cr), kadmium (Cd), atau campuran senyawa organik

Violet 1 (Benzyl violet 4B)

Coklat / Coklat kemerahan

Biasanya akibat reaksi oksidasi logam seperti besi (Fe), tembaga (Cu)

Brown FK, Brown HT

Keterangan:

AzoSenyawa yang memiliki gugus fungsi azo (-N=N-) sebagai ikatan ganda nitrogen antara dua gugus aril atau alkil pada molekul. Gugus azo menghubungkan dua cincin aromatik atau rantai karbon. Biasanya berwarna cerah seperti merah, kuning, atau oranye karena adanya delokalisasi elektron pada gugus azo dan cincin aromatik. Sering digunakan sebagai pewarna sintetis di industri tekstil, makanan, dan kosmetik. Senyawa azo stabil secara kimia dan memiliki warna yang hidup. Contoh: tartrazin, metil jingga, azobenzena
.
AnthraquinoneSenyawa yang berasal dari turunan anthracene dengan dua gugus karbonil (=O) pada posisi 9 dan 10 dalam struktur tiga cincin aromatik tersusun linear (trifenil). Pewarna antraquinon umumnya memberi warna biru atau ungu yang cerah dan tahan lama. Digunakan di industri tekstil dan tinta. Senyawa ini cenderung lebih tahan pudar dan stabil dibanding senyawa azo. Contoh: alizarin (merah), indanthrene (biru).

Metode  penghilangan warna limbah tekstil adalah sbb: 

Metode

Deskripsi Singkat

Kelebihan

Koagulasi-flokulasi

Gumpalkan dan endapkan partikel warna

Murah, cocok untuk warna pekat

Adsorpsi karbon aktif

Serap zat warna pada pori-pori karbon

Efektif menurunkan warna

Pengolahan biologis

Mikroorganisme uraikan zat warna

Ramah lingkungan

Oksidasi lanjut (AOP)

Hasilkan radikal kuat untuk pecah molekul warna

Cepat, efektif

Filtrasi/Membran

Saring zat warna secara fisik

Presisi tinggi

Biochar + mikroba

Adsorpsi dan degradasi alami oleh mikroba

Berkelanjutan


Rabu, 24 September 2025

Penilaian Risiko Kualitas Fisik Air

Risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu peristiwa atau kondisi yang dapat menyebabkan dampak negatif terhadap kesehatan, lingkungan, atau aset tertentu. Dalam konteks kualitas air, risiko merujuk pada potensi bahaya yang ditimbulkan oleh adanya pencemaran atau parameter kualitas air yang tidak memenuhi standar sehingga dapat membahayakan manusia, biota air, dan ekosistem.

Secara lebih rinci, risiko dikombinasikan dari dua komponen utama yaitu:

  • Probabilitas (Kemungkinan Terjadi): Seberapa besar peluang terjadinya kejadian yang membahayakan akibat kualitas air buruk.

  • Dampak (Konsekuensi): Seberapa besar akibat atau kerusakan yang ditimbulkan jika kejadian tersebut terjadi.

  • Rumus sederhana ---->>   Risiko=Probabilitas×Dampak

Dimana :
Probabilitas adalah ukuran atau angka yang menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu peristiwa atau kejadian. Dalam konteks analisis risiko, probabilitas menggambarkan seberapa besar peluang bahwa suatu risiko atau bahaya akan terjadi.

Dampak adalah akibat atau konsekuensi yang timbul sebagai hasil dari suatu kejadian atau kondisi tertentu. Dalam konteks kualitas fisika air, dampak mengacu pada efek negatif yang terjadi pada lingkungan, ekosistem, atau kesehatan manusia akibat perubahan atau pencemaran parameter fisika air.

Kualitas fisik air : Suhu, bau, warna, rasa, DHL. kekeruhan, kecerahan.